Nuansa - Chapter 81
Hari akhirnya berganti, saat ini Nuansa dan Neptunus sedang berada di dalam mobil Neptunus, mereka sedang menuju ke suatu tempat.
“Jadi … kita sepakat bahwa besok adalah hari terakhir kita menjalin hubungan palsu ini?” ucap Nuansa.
“Ya, kita akan membuat keluargaku tahu lusa,” ujar Neptunus.
“Baiklah.”
Keduanya telah membuat kesepakatan tentang kapan pastinya mereka akan mengakhiri hubungan kontrak mereka ini. Besok adalah hari terakhir Nuansa menjadi pacar sewaan Neptunus, dan besok pula hari terakhir ia mendapatkan gaji 5 jutanya itu. Mulai lusa, mereka akan membuat ‘pengumuman’ tentang ‘hubungan’ mereka yang ‘berakhir’.
“Ke mana kita akan pergi?” tanya Nuansa.
“Ke kampusku,” jawab Neptunus.
“Oh, ayolah, aku tidak ingin pergi ke sana lagi, setiap berada di sana aku selalu tidak tahu harus melakukan apa, tidak mungkin aku terus-terusan mampir ke restoran tempat Gladys bekerja, kan?”
“Ya memangnya kenapa?”
“Aku bosan.”
“Kau belum sesering itu datang ke restoran tempat Gladys bekerja untuk merasa bosan terus-terusan berada di sana.”
“Apa maksudmu?”
“Kau saja tidak tahu nama restoran itu, kan? Jadi bagaimana bisa kau menyebut dirimu itu sudah bosan ke sana disaat kau saja tidak tahu nama restorannya?”
“Eh …” Nuansa hanya bisa terdiam.
“Sudahlah, jangan banyak protes.”
“Maksudku … kau benar-benar telah rugi besar dengan membayarku untuk melakukan hal-hal yang tidak penting. Mengikutimu ke kampusmu dan segala macam.”
“Kalau kau tidak mau gajimu tidak masalah.”
“Eh, eh, eh. Mau lah!”
“Yasudah, makanya jangan banyak protes.”
“Ish, kau ini, di mana selera humormu? Aku tadi hanya bercanda.”
“Aku tahu kau tidak bercanda.”
“Tentu saja.”
“Eh, m-maksudku, tentu saja aku bercanda,” sambung Nuansa.
Neptunus kemudian hanya menggelengkan kepalanya. Beberapa saat setelahnya, suasana menjadi hening di dalam mobil tersebut, hingga akhirnya Nuansa buka suara dan memulai pembicaraan lagi.
“Kau tahu? Mungkin setelah hubungan palsu kita ini berakhir, aku harus serius belajar cara menggunakan ponsel pintar,” ucap Nuansa sembari memandangi ponselnya yang merupakan pemberian Neptunus.
“Ya, kau memang harus melakukannya,’ ujar Neptunus.
“Menurutmu otodidak saja cukup?”
“Istilah otodidak aku rasa terlalu mewah untuk digunakan sebagai cara untuk mahir bermain ponsel, karena anak zaman sekarang yang masih buta huruf dan angka saja bisa memainkan gadeget dengan lancar, jadi itu sebenarnya bisa dikuasai dengan mudah, bahkan tanpa harus melewati belajar atau semacamnya lah.”
“Menurutmu aku bisa dengan cepat menguasainya?”
“Kau gadis yang pintar, walaupun kau sangat asing dengan barang itu sebelumnya, aku yakin kau akan bisa menguasainya hanya dalam satu hari.”
“Kalau tidak itu artinya aku kalah dari anak ingusan, hahaha.”
“Tidak juga, anak-anak ingusan zaman sekarang juga butuh waktu untuk bisa menguasai gadget, mereka buta huruf, gagap teknologi, dan sebagainya, tapi mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga mereka bisa dengan cepat mahir menggunakan gadget, meskipun sebelumnya mereka pasti pernah melakukan kesalahan dengan gadget. Tapi kau bukan mereka, pertama kau tidak ingusan, kedua kau bukan anak-anak, ketiga kau mengenal huruf, angka, dan warna, tidak seperti mereka, jadi kau pasti akan bisa mahir menggunakan ponsel itu dengan cepat, karena kau memiliki rasa ingin tahu yang sama besarnya dengan anak-anak ingusan itu, kecuali jika usiamu sudah mulai menua, karena biasanya orang-orangtua yang sudah tahu banyak hal karena telah memiliki pengalaman hidup yang banyak sudah berkurang rasa keingin tahuannya, jadi orang-orangtua yang belum mahir menggunakan gadget pasti agak susah untuk mahir menggunakan benda-benda itu.”
Nuansa lantas menyalakan ponselnya.
“Jadi aku benar-benar tidak perlu memerlukan pembelajaran yang agak ribet?” tanya Nuansa.
“Itu hanya ponsel, bukan soal Matematika,” kata Neptunus.
“Tapi bagaimana jika aku malah merusak ponsel ini?”
“Balik lagi seperti yang aku bilang tadi, anak-anak ingusan itu membutuhkan waktu juga untuk bisa mahir menggunakan gadget, mereka pasti pernah melakukan kesalahan, walaupun aku yakin kalau kau tidak akan terlalu membutuhkan waktu untuk bisa mahir menggunakan ponsel itu, tapi aku yakin kau tetap akan melakukan kesalahan. Jangan takut, salah itu adalah hal yang biasa, asal kau mau terus berusaha untuk menjadi benar, kau pasti akan bisa memperbaiki kesalahanmu. Lagi pula kau punya uang puluhan juta sekarang, membuat satu ponsel bekas rusak bukanlah sebuah masalah bagimu.”
“Hei, tidak begitu juga.”
“Hahaha, tapi benar, kan?”
“Tidak juga.”
“Kau ratunya memberikan jawaban yang tidak pasti.”
“Karena aku tidak berpikiran seperti kau itu, aku tidak merasa santai-santai saja karena memiliki uang puluhan juta sekarang, aku harus tetap bisa menjaga barang, memiliki uang puluhan juta bukan berarti aku bisa merusak barang-barang dengan senang hati.”
“Hahaha, baiklah, baiklah.”
Kebetulan, setelah pembicaraan mereka mengenai ponsel itu selesai, mereka akhirnya sampai di kampus Neptunus.
Saat Nuansa dan Neptunus sama-sama keluar dari dalam mobil yang telah Neptunus parkirkan di area parkir itu, mereka agak sedikit bingung karena semua Mahasiswa dan Mahasiswi yang ada di sini saat ini tampak sedang membicarakan sesuatu satu sama lain sembari memegang ponsel masing-masing, ini menunjukkan bahwa kemungkinan mereka semua sedang membicarakan satu hal yang sama, karena semuanya berlagak sama: berkumpul membentuk kelompok, mulai dari yang isinya dua hingga lima orang, lalu masing-masing mengeluarkan ponsel, dan membicarakan hal yang sepertinya sama berdasarkan hal-hal yang mereka ucapkan, yang kesemuanya benar-benar mirip.
“Ada apa ini?” ujar Neptunus, tidak lama kemudian, ponselnya berbunyi, ada sebuah pesan masuk, ternyata itu adalah sebuah pesan dari Thomas.
Thomas bertanya kepada Neptunus apa dirinya sudah mengetahui tentang berita yang menggemparkan satu kampus sekarang, dan Neptunus menjawab bahwa dirinya tidak mengetahui apa-apa, dan sesaat kemudian, Thomas mengirimkannya sebuah audio singkat.
Neptunus tentu saja langsung mendengarkan audio tersebut.
‘Kau pikir aku tidak tahu bagaimana dekatnya kau dengan Neptunus?’
‘Lalu kenapa kau tidak pernah merasa cemburu dengan kedekatan kami?’
‘Kau selalu cemburu dan tidak suka dengan gadis yang sangat dekat dengan Neptunus, kan? Kau bukan hanya tidak suka saat melihat Neptunus memacari gadis yang bukan dirimu, tapi kau tidak suka melihatnya dekat dengan gadis manapun. Aku selalu dekatnya, jadi kenapa kau tidak pernah membenciku?’
‘Itu bukan urusanmu.’
Ternyata itu adalah rekaman suara percakapan antara Emma dan Gladys, suara mereka sudah sangat familiar bagi Neptunus juga Nuansa, dan mungkin juga bagi seluruh Mahasiswa dan Mahasiswi di kampus ini.
Setelah mendengar itu dengan volume yang cukup kuat dan membuat Nuansa juga bisa mendengarnya, Neptunus langsung mengerti apa yang sedang terjadi.
“Ada apa, Neptunus?” tanya Nuansa, ia menanyakan hal tersebut sebab Neptunus terlihat panik.
“Oh, tidak,” tanpa menjawab Nuansa, Neptunus kemudian langsung berlari meninggalkannya.
“Hei!” teriak Nuansa, segera saja ia menyusul pria tersebut.