Nuansa - Chapter 82
Nuansa mengikuti Neptunus yang sedang berlari menghampiri Thomas. Thomas sendiri memang bisa terlihat dari area parkir, pria itu sedang berkumpul dengan beberapa temannya sembari berjalan menuju sebuah kelas.
Neptunus akhirnya berhasil menghampiri Thomas, begitu juga Nuansa.
“Jangan katakan padaku bahwa ini yang membuat mereka semua terlihat membicarakan topik yang sama,” ucap Neptunus pada Thomas saat ia baru saja berhasil menghampiri teman dekat barunya itu.
Thomas tentu saja terkejut dengan kehadiran Neptunus yang sangat tiba-tiba dan langsung bertanya padanya seperti itu.
“Ish, kau ini! Mengangetkan saja!” seru Thomas.
“Jawab saja pertanyaanku!” ujar Neptunus.
“Ya,” jawab Thomas.
“Semua orang tengah membahas tentang rekaman ini, Emma yang menyebarkannya, dia mengatakan ini adalah bukti bahwa Gladys berselingkuh denganmu disaat dia menyadari bahwa hubungan Gladys dan Finn sebenarnya tidak pura-pura. Kau tahu kan bagaimana anggapan Emma tentang hubungan Gladys dan Finn, dia bilang dia akhirnya mengubah pendapatnya tentang hal itu-”
Belum selesai Thomas berbicara, Neptunus langsung pergi begitu saja.
“Hei! Kau mau ke mana?!” teriak Thomas dan Nuansa secara bersamaan.
“Wah, kita serempak,” kata Thomas pada Nuansa.
“Jangan-jangan kita jodoh,” sambungnya.
“Aku pacarnya Neptunus,” ucap Nuansa.
“Kau?! Benarkah?!”
“Ya.”
“Kupikir semua orang di sini tahu siapa aku,” lanjut Nuansa.
“Kau bukan orang terkenal, bagaimana bisa semua orang di sini mengenalmu?” ujar Thomas.
“AAAAH, tentang pesta Emma itu, ya?” sambung Thomas.
Nuansa lantas mengangguk.
“Aku tidak ada di sana malam itu, aku tidak terlalu dekat dengan diktator teri itu, tapi berita mengenai kau yang merusak pestanya begitu menggelegar di sini, jadi … ya, aku hanya tahu sedikit kisahmu, tapi tidak dengan wajahmu, bahkan juga namamu, Neptunus tidak menceritakan apa-apa tentangmu padaku,” kata Thomas.
“Diktator?” tanya Nuansa.
“Oh, ayolah, kenapa malah jadi membahas diktator itu?”
“Kenapa kau menyebutnya begitu?”
“Karena dia memang begitu, apa lagi?! Dia Princess Hitler, tapi bedanya dia bukan siapa-siapa.”
Nuansa mengernyitkan dahinya mendengar hal itu.
“Tentu saja dia bukan siapa-siapa!” lanjut Thomas, ia mengatakan hal itu usai melihat ekspresi Nuansa.
“Dia hanya berlagak seperti itu! Dia mengendalikan teman-temannya seperti boneka! Itulah kenapa aku tidak suka padanya! Jika dia mendapati ada satu orang temannya yang berusaha melawannya, dia tidak akan segan untuk melakukan hal-hal gila!” sambung Thomas.
“Hal-hal gila?” tanya Nuansa.
“Ya … seperti … mencari tahu ukuran BH mereka.”
“Itu Neptunus, bukan Emma.”
“Kau mengetahuinya?!”
“Tentang Neptunus? Tentu saja.”
“Dan kau bertahan padanya?”
“Well, ya.”
“Oh hohoho, gadis yang malang.”
“Bagaimana kau bisa mengetahui hal itu? Itu adalah rahasia Neptunus.”
“Kau tidak tahu siapa aku, kan?”
“Thomas.”
“Ya, itu memang namaku, tapi itu bukan yang sebenarnya.”
“Lalu siapa namamu yang sebenarnya? Thomas and Friends?”
Seketika kedua bola mata Thomas terbelalak mendengar hal itu.
“Maaf, tapi kau bersama teman-temanmu saat ini, jadi …”
“Kau benar!” Thomas menyela Nuansa sembari mendekatinya.
“Teman-temanku ini memiliki keahlian intelijen setingkat agen-agen CIA, itulah kenapa aku mengetahui semua hal tentang setiap orang di sini, termasuk tentang Neptunus, itu mengapa orang-orang menyebutku sebagai Thomas and Friends,” bisik Thomas pada Nuansa.
“Karena teman-temanmu memberikanmu segala informasi?” tanya Nuansa.
“Tepat sekali!”
Nuansa tiba-tiba menarik napas panjang ala orang yang terkejut setengah mati.
“Kau adalah biang gosip!” ucap Nuansa.
“Hei, itu tidak keren,” ujar Thomas dengan ekspresi wajah datar.
“Tapi sama saja, kan?!”
“Harus kuakui. Ya. Tapi aku tidak suka menggosip.”
“Jadi apa keuntunganmu dengan mengetahui semua hal tentang semua orang di sini?”
“Tidak ada.”
“Kau hanya membuang-buang waktumu untuk melakukan hal yang sia-sia asal kau tahu saja.”
“Memang, tapi aku hanya terus melatih kemampuan anak-anak ini,” kata Thomas sembari menunjuk tiga temannya yang sangat culun-culun.
“Uh … kau yakin mereka memiliki kemampuan intelijen setingkat agen-agen CIA?” tanya Nuansa begitu ia menyadari bagaimana ‘bentuk’ teman-teman Thomas itu.
“Nona cantik, itulah kenapa ada pepatah yang mengatakan jangan menilai isi dari tampilan luarnya. Sama seperti kau,” ujar Thomas.
“Aku?”
“Ya, dari luar kau seperti gadis yang banyak tidak tahu apa-apa, tapi aku yakin kalau kau pandai menyelesaikan masalah, dalam artian, kau memiliki kemampuan untuk menyelidiki hal, baik kau sadari atau tidak.”
“Aku sedikit menyadarinya sebenarnya.”
“Benar, kan?! Itulah kemampuanku!”
“Jadi … kalian ini tim intelijen atau bagaimana?”
“Kau bisa menyebutnya seperti itu, tapi Thomad and Friends saja sudah cukup.”
“Ok …”
“Jadi … aku telah memikirkannya.”
“Memikirkan apa?” tanya Nuansa.
“Siapa namamu?”
“Aku? Nuansa.”
“Aku sedang serius.”
“Aku juga serius.”
Thomas lantas terdiam, namun tak lama kemudian ia mendadak tersenyum.
“Ada apa?” tanya Nuansa.
“Kau gadis yang menarik, aku akan dengan senang hati mengajakmu bergabung dengan timku,” kata Thomas.
“Untuk apa?” tanya Nuansa.
“Tentu saja untuk melatih kemampuan intelijen kita!”
“Maaf, tapi aku punya seorang master yang bakal bersedia melatihku.”
“Siapa?”
“Paman Eugene, calon Ayah tiri Neptunus, kami belum membicarakannya, sih, tapi aku yakin dia akan dengan senang hati mengajariku cara menjadi seorang Detektif,” ujar Nuansa sembari tersenyum penuh keyakinan.
“Uh … memangnya siapa si paman Eugene itu?” tanya Thomas.
“Dia seorang Detektif swasta di Inggris, kemampuannya di bidangnya tidak perlu kau pertanyakan lagi, dia seorang Detektif profesional.”
“Benarkah?!”
“Ya.”
“Kalau begitu aku akan bergabung denganmu untuk berguru dengan calon Ayah sambung Neptunus itu.”
“Kalian bertiga aku pecat!” sambung Thomas, ketiga temannya itu kemudian pergi dengan perasaan lega.
“Well, kau jauh lebih terlihat seperti seorang diktator dari pada Emma,” ucap Nuansa pada Thomas.
“Tidak apa-apa, mereka hanya orang-orang yang tidak berguna, lupakan saja.”
“Tapi kau bilang …”
“Lupakan saja, lupakan saja.”
“O-ok …”
“Ngomong-ngomong, bisa kau beritahu aku alamat rumah paman Eugene? Aku selalu ingin menjadi seseorang yang terlibat dalam urusan intelijensi, tetapi orangtuaku memaksaku untuk berada di bidang musik, awalnya aku merasa sangat tidak suka berada di sini, tapi setelah mendengar kabar baikmu mengenai paman Eugene, mungkin aku akan betah berada di sini, karena kampus ini telah mempertemukanku dengan Neptunus yang memiliki calon Ayah sambung seperti paman Eugene, lalu aku bertemu denganmu yang memberitahuku tentang hal itu, jadi … ini terasa seperti mimpi bagiku,” ujar Thomas.
“Tapi kau dipilih sebagai salah satu penampil utama dalam pertunjukan kampus ini nanti, itu artinya kau memiliki bakat yang besar dalam bidang musik, kenapa kau tidak fokus pada musik saja?” tanya Nuansa.
“Kau belum menjawab pertanyaanku tentang alamat rumah paman Eugene.”
“Ah, soal itu … aku tidak tahu, begitu juga dengan Neptunus. Paman Eugene adalah orang yang sangat tertutup, jadi jangan harap kau akan mengetahui hal tentang dia meskipun hanya sebutiran pasir saja.”
“Benarkah?”
“Ya.”
“Itulah master yang kubutuhkan! Tak kusangka Neptunus tidak menceritakan apapun padaku tentang kau dan paman Eugene itu, keterlaluan dia.”
“Kalian tidak dekat, kan?”
“Ya, tapi …”
“Yasudah, itu saja sudah cukup untuk menjawabnya.”
“Engh, iya juga ya. Ngomong-ngomong, aku pergi ke sana dulu senang berkenalan denganmu, N,” ucap Thomas, ia kemudian pergi.
“N? Itu nama panggilan yang aneh,” gumam Nuansa usai Thomas pergi.
“Neptunus juga bisa dipanggil dengan nama panggilan ‘N’,” lanjutnya.
“Lupakanlah.”
“Eh, apa yang aku lakukan? Di mana Neptunus? Kenapa aku malah mengobrol dengan Thomas tadi?” ucap Nuansa seraya menepuk jidatnya.
Gadis itu lalu terdiam, namun sesaat kemudian ia tersenyum kecil.
‘Dia lumayan menarik, tidak kusangka akan ada orang yang bukan mantan-mantan Neptunus berhasil mengetahui bahwa Neptunus memiliki ketertarikan dengan ukuran BH. Paman Eugene pasti akan senang melihat tipe orang yang seperti itu,’ batin Nuansa.