Nuansa - Chapter 87
“Kau …! Apa?!” Neptunus terkejut mendengar pengakuan Nuansa.
“Nuansa, apa yang kau lakukan?!” tanya Gladys.
“Sudahlah, itu diperlukan untuk membuat semuanya menjadi jelas,” ucap Nuansa.
Neptunus lantas melotot kepada Nuansa.
“Mau melotot sampai matamu keluar pun tidak akan gunanya, Neptunus, semuanya sudah terlanjur, lagi pula hubungan kita akan berakhir besok, kan? Gladys adalah orang yang paling kau percaya sejauh ini, kan? Jadi kenapa dia tidak boleh tahu tentang hubungan kontrak kita?” ujar Nuansa pada Neptunus.
“Ya, tapi …. Grrrh!” Neptunus tidak bisa mengatakan apapun lagi.
“Kontrak kalian akan selesai besok?” tanya Gladys yang terlihat heran.
“Ya, tapi sebaiknya kita tidak usah membicarakan tentang hal itu, lanjutkan saja ceritamu tadi, aku sudah mengambil bagianku untuk membuat ceritamu nanti menjadi sangat jelas, sekarang lanjutkan,” kata Nuansa.
“Maafkan aku, Neptunus,” ucap Gladys yang merasa tidak enak pada Neptunus.
Neptunus kemudian mendengus dengan perasaan sedikit kesal. “Yasudah, lanjutkan saja,” ujar Neptunus seraya memalingkan wajahnya dari Nuansa dan Gladys.
Melihat sikap Neptunus, Nuansa dan Gladys pun kemudian saling melirik, kini mereka sama-sama merasa tidak enak dan bersalah karena sudah saling sangat terbuka mengenai Neptunus di antara satu sama lain.
Ketiganya malah sama-sama terdiam sekarang, dan Neptunus tidak menyuruh Gladys untuk menyambungkan ceritanya karena ia terlihat masih kesal pada Nuansa, namun sepertinya tidak hanya pada Nuansa, melainkan juga pada Gladys.
Gladys pun lantas bertanya pada Nuansa melalui bahasa isyarat mengenai bagaimana jadinya selanjutnya, gadis itu hanya mengangkatkan sedikit kepalanya.
Nuansa terdiam sesaat memikirkan cara terbaik untuk mencairkan suasana. Dia kemudian mengambil sumpit Neptunus dan mengambil Sashimi yang ada di atas piring makan Neptunus, gadis tersebut kemudian berusaha menyuapi Neptunus.
“Ayo … ayo, buka mulutmu, pesawat mau lepas landas,” rayu Nuansa, ia memperlakukan Neptunus seperti anak bayi.
Neptunus melirik Nuansa sedikit, hanya sedikit, dan kemudian ia tidak merespon sama sekali.
“Eh, eh, eh, jangan malu, nanti kalau Dedek atit gimana? Nanti dicuntik pakai jalum loh, atiiiiiit pakai jalum itu. Dedek mau dicuntik? Kalau enggak, buka dong mulutnya, ayo maem, biar enggak atit nanti, biar Dedek sehat terus, angk, buka mulutnya,” Nuansa masih berusaha, namun Neptunus sama sekali tidak meresponnya.
Gladys hanya bisa tertawa kecil melihat hal itu, apa lagi Nuansa kemudian semakin mendekatkan Sashimi tersebut ke mulut Neptunus dan menempelkannya sekarang.
Kepala Neptunus terus mundur saat Nuansa terus mendorong sesuap Sashimi itu ke bibirnya.
“Ih, ih, ih, malu-malu dia, gemes deh. Dibuka dulu saya mulutnya, ayo,” kata Nuansa.
Neptunus menyadari bahwa mereka menjadi tontonan orang-orang karena aksi Nuansa tersebut, dan tentu saja ia merasa malu akan hal itu.
‘Apa-apaan dia?! Kenapa dia mau menjadi bahan tertawaan orang?! Memalukan saja!’ batin Neptunus.
“Ayo, Dedek, buka mulutnya, nanti Mama cubit loh,” ancam Nuansa, tetapi Neptunus tidak meresponnya.
Mulai merasa pegal pada tangannya, Nuansa pun kehabisan kesabaran, dia kemudian benar-benar mencubit Neptunus pada bagian paha dengan sangat kuat, sampai-sampai Neptunus berteriak kesakitan dengan mulut yang terbuka lebar, dan itulah kesempatan Nuansa untuk memasukkan Sashimi tersebut ke dalam mulut Neptunus.
Dan dia berhasil.
“Ih, nakal ya, Dedek. Kalau nakal-nakal lagi Mama jewer, ya,” ujar Nuansa sambil tersenyum dan meletakkan kembali sumpit Neptunus di atas piringnya, gadis itu kemudian tertawa terbahak-bahak bersama Gladys sementara Neptunus mengunyah Sashimi di dalam mulutnya sembari menahan sakit di pahanya, dan ia benar-benar menjadi bahan tertawaan orang-orang sekarang, bukan hanya Nuansa dan Gladys yang menertawainya, tapi juga seluruh orang yang berada di dalam restoran ini saat ini.
Karena kesal, Neptunus pun kemudian mengambil sumpit Nuansa dan mengambil sebutir Takoyaki Nuansa menggunakan sumpit itu. Nuansa saat ini sedang larut dalam tawa hingga tidak menyadari bahwa Neptunus bersiap untuk membalas perbuatannya.
Dengan menggunakan kesempatan emas saat Nuansa tertawa terbahak-bahak dengan mulut yang terbuka lebarz Neptunus pun langsung memasukkan sebutir Takoyaki itu ke dalam mulut Nuansa dan langsung membuat gadis itu terdiam dengan mulutnya yang langsung penuh karena sebutir Takoyaki itu.
Neptunus lantas tertawa terbahak-bahak begitu melihat ekspresi Nuansa yang langsung terdiam karena sebutir Takoyaki itu, Nuansa terlihat sangat jelek saat sebutir Takoyaki seukuran satu mulutnya masuk ke dalam mulutnya secara bulat-bulat, ia harus menahan itu dan mengunyahnyaz tidak mungkin memuntahkannya, itu akan sangat menjijikkan, walaupun sekarangpun ia terlihat agak menjijikkan dengan satu Takoyaki berukuran cukup besar masuk begitu saja ke dalam mulutnya dengan bentuk yang benar-benar utuh.
Gladys pun ikut berhenti tertawa karena terkejut melihat Takoyaki itu ada di dalam mulut Nuansa secara tiba-tiba, dan ia juga terkejut melihat ekspresi Nuansa yang langsung menjadi datar dengan kondisi mulut yang benar-benar … lebih baik tidak usah dibayangkan.
Nuansa kemudian mulai mengunyah Takoyaki itu dengan tidak ikhlas dan agak kesulitan, ia memalingkan wajahnya dari orang-orang karena malu.
“Dimakan ya, Dedek, nanti atit loh. Kalau atit nanti dicuntik, dicuntik itu atit, Dedek,” Neptunus meledek Nuansa.
Mendengar hal itu, Nuansa sontak melirik pria itu dengan sangat tajam.
‘Awas kau!’ batin Nuansa.
Dengan usaha yang luar biasa, Nuansa akhirnya berhasil menciutkan ukuran Takoyaki tersebut, sehingga akhirnya dia bisa mengunyahnya secara normal tanpa harus memaju-majukan mulutnya agar Takoyaki tersebut tidak jatuh dari dalam mulutnya.
Setelah menelan kunyahan terakhir, Nuansa pun kembali ke posisi Normal, dan dia lantas meminum segelas air putih, sementara Neptunus masih mengunyah dan menertawainya, Neptunus benar-benar merasa puas dengan apa yang telah dia lakukan, sampai-sampai ia tak kunjung berhenti tertawa.
Namun tiba-tiba pria itu tersedak dan langsung meminum segelas air putih juga secara cepat, secepat kilat. Hal itu membuat Nuansa ingin sekali tertawa keras dan berteriak, “Kualat!”, namun Gladys memperingatkan Nuansa untuk tidak menertawai pria tersebut, karena bisa saja malah dia yang akan kualat, Nuansa pun mengurungkan karena perkataan Gladys itu.
“Uh, huah,” Neptunus akhirnya tidak dalam kondisi tersedak lagi, namun beberapa saat kemudian, ia terbatuk-batuk. Nuansa dan Gladys pun terpaksa menunggu drama itu selesai untuk melanjutkan pembicaraan mereka yang sebenarnya.