Nuansa - Chapter 91
“Tadi itu gila sekali,” ucap Neptunus pada Nuansa, mereka berdua kini sedang dalam perjalanan menuju sekolah Vega, dan Nuansa tidak mengetahui ke mana mereka akan pergi.
“Ya, maafkan aku karena-”
“Tidak apa-apa, kau tidak perlu meminta maaf untuk hal itu, kami memahami bagaimana perasaanmu sebagai seorang teman,” Neptunus menyela Nuansa.
“Sebenarnya aku akan meminta maaf karena telah memasukkan Sashimi itu secara paksa ke dalam mulutmu, tapi … sepertinya tidak jadi karena kau sendiri yang menghalangiku,” ujar Nuansa.
“Benarkah?”
“Ya.”
“Kenapa kau tidak meminta maaf tentang kau yang telah memberitahu dua orang selain orangtuamu mengenai hubungan kontrak kita?”
Mendengar hal itu, Nuansa mendadak merasa sedikit ngeri karena ia takut Neptunus akan marah.
“A-aku minta maaf untuk hal itu, aku memang sengaja memberitahukannya kepada Gladys, tapi kepada Thomas tidak, kau lihat sendiri tadi, kan?” kata Nuansa.
“Ya, ya, lupakan saja, lagi pula kontrak kita akan berakhir satu hari lagi.”
“Baiklah kalau kau rasa itu berpengaruh.”
“Sebenarnya tidak, dan aku marah padamu, tapi aku sudah lelah untuk marah-marah, jadi lupakan saja.”
“Tapi … sebenarnya … selain mereka, juga orangtuaku yang sudah mengetahuinya sejak awal, masih ada dua orang lagi yang mengetahui tentang kontrak kita,” ucap Nuansa sembari sedikit ketakutan.
“Apa?!”
“Ya … yang dua itu … bukan salahku.”
“Lalu salah siapa?!”
“Orangtuaku.”
Neptunus lantas terdiam.
“Mereka menceritakannya pada Reynand, dan kemudian Reynand menceritakannya kepada kak Taufan,” sambung Nuansa.
“Siapa mereka?”
“Mereka adalah pelanggan setia keripikku, mereka berdua sama-sama Polisi, aku selalu datang ke kantor Polisi tempat mereka bertugas pada saat aku berjualan keripik singkong,” jelas Nuansa.
“Kenapa orangtuamu memberitahu mereka?”
“Reynand menyukaiku, dan dia tidak suka dengan pekerjaan baruku.”
Mendengar hal itu, Neptunus lalu melirik Nuansa. “Kau menyukainya juga?” tanya Neptunus.
“Tidak, benar-benar tidak, terlebih lagi sekarang,” jawab Nuansa.
Usai mendapatkan jawaban dari Nuansa, Neptunus kemudian kembali fokus ke depan dan terlihat lega.
“Selama ini Reynand terbuka kepadaku mengenai perasaannya padaku, dan aku tidak pernah membalas perasaannya, aku pernah jujur padanya saat dia menyatakan perasaan sukanya padaku ke aku langsung, saat itu dia mengatakan kalau dia akan memberiku waktu, karena dia yakin kalau aku akan membalas perasaannya, menurutnya aku hanya butuh waktu untuk bisa merasakan hal yang sama dengannya, tapi pada kenyataannya tidak, aku benar-benar tidak bisa membalas perasaannya,” papar Nuansa.
“Dan … dia bertanya padaku apakah perasaanku padanya sudah berubah tak lama setelah itu, aku memberikan jawaban yang tidak pasti, tapi dia malah menganggapku telah membalas perasaannya, dan dia langsung mengatakan bahwa dia akan membicarakan kepada orangtua kami tentang hubungan kami yang dia mau lebih serius lagi, dan itu terjadi beberapa hari sebelum pertemuan pertama kita di restoran romantis itu,” lanjutnya.
“Apa yang terjadi selanjutnya?” tanya Neptunus.
“Aku tidak mampir ke kantornya sejak dia mengira kalau aku membalas perasaannya, karena lagi pula aku lebih fokus ke pendafataranku ke situs itu, sampai akhirnya aku mulai bekerja padamu dan aku tidak pernah melihatnya lagi saat itu, tapi tentu saja aku tidak benar-benar tidak bertemu dengannya lagi, karena kantor dia berada dekat dengan rumahku.”
“Kantor Polisi itu?! Yang dekat rumahmu itu?!”
“Iya.”
“Kenapa aku tidak menyadarinya dari tadi padahal aku sangat sering melewatinya jika aku pergi ke rumahmu?”
“Itu tidak penting, tapi … ngomong-ngomong, ke mana kita akan pergi?”
“Ke sekolah baru Vega, sekolahnya yang baru ini tidak menyediakan bus sekolah, jadi aku harus mengantar jemputnya kalau aku memiliki waktu, kalau tidak paling dia menggunakan taksi online,” jawab Neptunus.
“Kenapa dia pindah sekolah?”
“Sekolah dia yang sebelumnya terlalu jauh dari rumah kami, dan Vega sendiri tidak suka menaiki bus sekolah sebenarnya, menurut dia itu terlalu kekanak-kanakan, makanya sekarang dia memilih sekolah yang tidak menyediakan jasa bus sekolah itu. Anak itu memang banyak tingkah dan tidak tahu cara bersyukur, padahal masih banyak orang yang tidak bisa bersekolah, dan dia protes hanya karena bus sekolahnya.”
“Ahahaha, tidak apa-apa, itu kan demi kenyamanan dia juga.”
“Iya, tapi … ugh, lupakan saja, lanjutkan saja ceritamu tadi.”
“Cerita tentang apa?”
“Reynand.”
“Kau tertarik mendengarnya?”
“Tidak, tapi dari pada kita diam-diaman selama perjalanan, kan?”
“Hmm, baiklah.”
Nuansa kemudian menceritakan semuanya mengenai Reynand, sampai pada saat Taufan mendatanginya dan mengatakan hal-hal yang aneh-aneh seolah-olah merendahkannya.
Dan tidak terasa, pada saat Nuansa selesai bercerita, mereka sampai pada sekolahnya Vega.
“Kau tunggu di sini saja, ya, aku akan turun dan mencarinya,” ujar Neptunus pada Nuansa.
“Kalian tidak menjanjikan tempat bertemu sebelumnya?” tanya Nuansa.
“Tidak.”
“Astaga.”
“Biarkan saja, lagi pula aku ingin buang air kecil dulu.”
“Yasudah, jangan lama-lama.”
Neptunus pun kemudian keluar dari dalam mobilnyaa dan meninggalkan Nuansa sendirian di dalam mobil tersebut, mobilnya sendiri terparkir di area parkir, jadi tidak mengganggu jalanan.