Nuansa - Chapter 93
“Jadi … Itzan itu pacarmu, ya?” tanya Nuansa pada Vega, mereka bersama Neptunus kini sedang dalam perjalanan menuju rumah Nuansa.
“Apa?! Tidak! Tidak!” ucap Neptunus tiba-tiba, sontak saja Vega dan Nuansa langsung meliriknya.
“Kenapa kau yang jawab?” tanya Vega pada Neptunus, pria itu pun kemudian hanya terdiam.
“Bukan, dia temanku, lagi pula kami baru berteman, dia orang baru di hidupku, soalnya aku kan pindah sekolah, jadi … mana mungkin kami pacaran,” Vega menjawab pertanyaan Nuansa.
“Tapi kau memiliki niat untuk berpacaran dengannya?” tanya Nuansa, mendengar pertanyaan Nuansa, tiba-tiba Neptunus langsung melirik gadis itu.
“Kami hanya berteman, tapi … siapa yang tahu kedepannya, kan? Dia baik, yang lain juga, sama saja seperti suasana sekolah lamaku, semuanya baik-baik, tapi sepertinya mereka-mereka yang baru ini akan membuat kesan yang lebih membekas, walaupun teman-teman lamaku juga tetap membekas, tapi … di awal-awal seperti ini saja aku bisa bergabung dengan mereka seolah kami adalah teman lama.”
“Bagus, itu artinya kalian sama-sama nyaman dengan kedatanganmu, kan?”
“Begitulah.”
“Tapi jujur saja kau cocok dengan Itzan.”
Sekali lagi, Neptunus melirik Nuansa.
“Benarkah?” tanya Vega yang tampak malu-malu.
“Ya.”
“Ngomong-ngomong, bagaimana dengan temanmu yang satu lagi itu?” sambung Nuansa.
“Yang mana?” tanya Vega.
“Alvaro, Nuansa menanyakan Alvaro,” ujar Neptunus.
“Iya, yang agak gemulai itu,” kata Nuansa.
“Tidak usah dibahas, dia memang salah baris.”
“Hei, kau ini apa-apaan,” ucap Vega yang tidak terima dengan perkataan Neptunus yang dinilainya terlalu kasar.
“Seharusnya kita membuatnya berprilaku sebagaimana seharusnya dia, seperti pria sesungguhnya, bukan malah mencacainya seperti itu,” lanjut Vega.
“Lalu kau akan membiarkannya ikut dengan Rea dan Nuansa melakukan perawatan lumpur konyol itu?” tanya Neptunus.
“Hei, perawatan lumpur itu tidak konyol, itu sungguh-sungguh membuat hasil seperti kulitku ini, kalau tidak dari mana aku bisa mendapatkan kulit seperti? Aku waktu lahir tidak seperti ini, dan kulit orangtuaku juga sawo matang, tidak mungkin aku anak adopsi, kan? Wajahku sangat mirip dengan orangtuaku,” protes Nuansa pada Neptunus.
“Kau memakai pemutih,” kata Neptunus.
“Hei!”
“Lagi pula mana ada benda jorok dan hitam seperti lumpur bisa membuat kulit menjadi putih? Yang ada kulitmu seharusnya menjadi hitam.”
“Tapi kulitku buktinya, lihat saja!”
“Hei, sudah, sudah, kalian kenapa jadi ribut?” Vega melerai keributan Neptunus dan Nuansa.
“Memangnya apa yang bisa aku lakukan? Untuk hal itu biarkan saja,” Vega menjawab pertanyaan Neptunus.
“Huh? Kau bicara apa?” tanya Neptunus.
“Aku menjawab pertanyaanmu tadi,” jawab Vega.
“Telat.”
“Tidak telat kalau kalian tidak ribut.”
“Salahkan Nuansa.”
“Aku?!” ucap Nuansa tidak terima.
“Kau menyahutiku tadi.”
“Kau yang mencari ribut tadi.”
“Hei, kalian, sudahlah, apa kalian selalu bertengkar seperti ini setiap hari?” tanya Vega.
“Bisa dibilang begitu,” jawab Neptunus.
“Astaga.”
“Dia selalu mencari ribut,” ucap Nuansa.
“Sekarang sepertinya kau ingin cari ribut denganku,” kata Neptunus.
“Cukup! Kalian akan pergi makan malam romantis dan kalian malah bertengkar seperti ini?!” seru Vega.
Mendengar hal itu, Nuansa dan Neptunus kontan langsung saling melirik, mereka tidak merencanakan tentang makan malam itu sebelumnya, itu hanya alasan agar Nuansa bisa memiliki waktu untuk membereskan rumahnya sebelum Rea datang, dan Neptunus bisa memahami hal itu, ia tahu Nuansa tidak langsung meng-iyakan ucapan Rea tadi karena ada sesuatu, dan dirinya memberikan alasan yang tepat.
Nuansa sendiri seharusnya ingin membicarakan tentang hal itu dengan Neptunus tadi, tapi tentu saja tidak di hadapan Vega, mereka harus hanya berdua saja, entah bagaimana caranya itu, yang jelas, mereka harus membicarakannya sebelum malam tiba, karena kalau tidak, Vega pasti akan berpikir hal yang lain, bisa saja kalau dia tahu itu hanya sebuah alasan, dia jadi salah paham dan menganggap Nuansa tidak menerima kedatangan Rea, makanya Neptunus dan Nuansa benar-benar harus membicarakan hal dadakan ini berdua nanti.
Suasana kemudian menjadi hening usai Vega mengatakan hal tersebut, dan tidak terasa, mereka akhirnya sampai di depan gang tempat rumah Nuansa berada, ini adalah kali pertama Vega berada di sini, dan ia juga baru tau jika rumah Nuansa berada di gang sempit seperti itu, jadi ia banyak melihat-lihat dari dalam mobil.
Nuansa dan Neptunus lantas keluar dari dalam mobil.
“Eh, kau mau ke mana?” tanya Vega pada Neptunus yang juga keluar.
“Kau tidak mengizinkanku untuk berbicara empat mata dengan pacarku sendiri?” Neptunus bertanya balik, Vega lalu terdiam.
“Kau tunggu di sini saja, ini urusan orang dewasa,” sambung Neptunus.
Vega lantas hanya bisa mendengus, namun menuruti apa yang dikatakan oleh Neptunus.
Usai memiliki kesempatan untuk berbicara berdua, Neptunus dan Nuansa langsung saja berbicara mengenai makan malam romantis itu.
“Bagaimana ini? Tentang makan malam itu, kenapa kau mengatakannya tadi?” tanya Nuansa pada Neptunus.
“Itu hanya untuk alasan, aku tahu kau harus melakukan sesuatu dulu sebelum Rea datang, makanya aku memberi alasan itu agar dia tidak datang hari ini ke rumahmu,” jawab Neptunus.
“Memang, aku memang harus berberes rumah dulu, makanya aku tidak mau dia datang sekarang, tapi alasan yang kau berikan tadi sangat tidak tepat, dan saat itu sebenarnya aku baru saja akan mengatakan alasanku, tapi kau mengacaukannya. Kalau begini jadinya, kita harus benar-benar pergi makan malam romantis, kalau tidak Vega pasti akan berpikiran hal yang aneh-aneh mengenaiku juga kau, dia pasti akan berspekulasi itu hanya pembelaanmu kepadaku karena aku tidak mau temannya datang ke rumahku.”
“Kau ini ada-ada saja, Vega tidak mungkin akan berpikir seperti itu.”
“Kita harus mempertimbangkan kemungkinan terburuknya, Neptunus, tidak ada hal yang tidak mungkin.”
“Sebenarnya jika kita ingin membuat hal itu bukan sebuah kebohongan, aku bisa mengatasinya, aku sendiri, dengan pergi dari rumah selama beberapa saat, lalu kembali lagi, dengan alasan makan malam itu, jadi kita tidak perlu repot-repot benar-benar melakukan makan malam romantis, tapi kau terlihat sangat menginginkannya, jadi … kurasa tidak masalah jika kita melakukannya, lagi pula kontrak kita akan berakhir, anggap saja itu sebagai salam perpisahan.”
“Ish, kau ini.”
“Apa?”
“Aku mengajakmu untuk benar-benar melakukannya karena kau yang memberikan alasan itu, padahal sebenarnya kita tidak merencanakan hal itu sama sekali, maksudku … kau harus bertanggung jawab untuk membawaku makan malam, karena jika kita tidak melakukannya, sekalipun kau membuat sandiwara agar terlihat kita benar-benar melakukannya, Vega pasti akan tahu, dia suka menyelidiki hal-hal sepertiku, jadi kita memang harus benar-benar melakukannya.”
“Hahahaha,” Neptunus tertawa geli.
“Kenapa kau tertawa?” tanya Nuansa.
“Baiklah, baiklah, kita akan pergi malam ini.”
“Pergi ke mana?” tanya sebuah suara yang tiba-tiba berada di dekat Neptunus dan Nuansa, suara tersebut terdengar mendekat, dan ternyata itu adalah Reynand yang sedang berjalan menghampiri Neptunus dan Nuansa.