Nuansa - Chapter 94
“Siapa dia?” tanya Neptunus pada Nuansa.
“Reynand,” jawab Nuansa.
“Apa urusanmu?” Nuansa bertanya pada Reynand.
“Tidak ada, aku hanya ingin tahu mana yang namanya Neptunus itu,” ujar Reynand.
“Aku,” jawab Neptunus dengan lantang.
“Tidak usah marah-marah,” bisik Nuansa pada Neptunus.
“Kau?” Reynand bertanya lagi.
“Ya, memangnya ada apa?” Giliran Neptunus yang bertanya.
Reynand kemudian tertawa, dan tentu saja Nuansa dan Neptunus merasa bingung akan hal itu.
“Siapa orang itu?” gumam Vega yang masih berada di dalam mobil, ia pun berniat untuk keluar, namun dia tidak jadi keluar saar dirinya tak sengaja melihat ke belakang.
Vega melihat ke sebuah mobil yang berada di belakang mobil Neptunus dengan jarak beberapa puluh meter.
“Mobil itu? Kenapa berhenti di situ juga? Apa mobil itu mengikuti kami?”
Rupanya, Vega menyadari bahwa sebuah mobil dari tadi mengikuti ke mana perginya mobil Neptunus, dan berhenti saat mobil Neptunus berhenti juga. Vega berusaha melihat wajah pengemudinya, namun tidak bisa karena jarak antaranya dan mobil itu cukup jauh untuk membuatnya bisa melihat sang pengemudi.
‘Aneh sekali,’ batin Vega, gadis itu lantas memilih untuk menetap di dalam mobil untuk memerhatikan mobil tersebut walaupun dia juga ingin tahu siapa orang yang menghampiri Neptunus dan Nuansa itu.
***
“Kenapa kau tertawa?” tanya Nuansa pada Reynand.
“Tidak, tidak, maafkan aku, aku hanya tidak menyangka kalau dia hanya ternyata seorang anak-anak,” ucap Reynand, dia mencomooh wajah Neptunus yang memang baby face, jadi ia terlihat seperti masih remaja meskipun usianya sudah bisa dibilang dewasa.
“Aku bukan anak-anak, memangnya berapa umurmu?” tanya Neptunus.
“Berapa umurku tidak penting, tapi yang jelas, aku tahu Nuansa tidak akan mau denganmu meskipun kekayaanmu berlimpah, tapi aku tahu bahwa Nuansa bukanlah perempuan yang gila harta, iya, kan, Nuansa?” kata Reynand.
“Jika kau berniat untuk merendahkanku lagi, maka sebaiknya kau pergi sekarang,” Nuansa mengusir Reynand.
“Oh, aku minta maaf soal tempo hari, tapi sekarang-”
“Pergi kau! Dan jangan pernah muncul di hadapnku ataupun di hadapan orangtuaku! Mereka juga tidak sudi melihat wajahmu lagi!”
“Nuansa-”
“Reynand, mengertilah, kau tidak bisa memaksa perasaan orang semaumu, dari dulu aku hanya ingin berteman denganmu, aku tidak pernah memiliki perasaan yang sama sepertimu, bukan karena pekerjaan baruku, mengertilah, karena lagi pula, aku dan Neptunus tidak memiliki hubungan spesial apapun.”
Reynand lantas terdiam.
“Hubungan kami hanya sebatas tentang pekerjaan, itu saja,” sambung Nuansa.
“Tapi itu bukan berarti aku akan berusaha untuk menyukaimu, perlakuanmu sangat buruk beberapa hari yang lalu, kau merendahkanku, dan tidak hanya puas dengan itu, kau juga mengirim kak Taufan untuk merendahkanku, laki-laki macam apa kau,” ucap Nuansa.
“Lalu apa bedanya Neptunus dengan hal-hal itu?” tanya Reynand.
“Bedanya, Neptunus dan hal-hal itu tidak memiliki kesamaan sama sekali dan tidak akan pernah memiliki kesamaan apapun, camkan itu!”
Reynand lalu terdiam sesaat. “Nuansa-”
“Pergi! Pergi sekarang juga, Reynand!” teriak Nuansa.
“Nuansa dengarkan aku dulu.”
“Tidak ada hal yang harus ku dengar dari orang sepertimu, kau sama sekali tidak bisa menghargai seorang wanita, kasihan sekali Ibumu.”
“Kau membicarakan tentang menghargai wanita tapi kau sendiri tidak bisa menjaga kehormatanmu, kau menyedihkan.”
“Hentikan dan pergi, sebelum kuhajar kau.”
“Entah apa yang membuatmu mau menjual dirimu seperti ini, Nuansa.”
Mendengar hal itu, Nuansa berniat untuk menampar Reynand, namun ia kalah cepat, Neptunus melakukannya lebih dulu, tentunya dengan sangat keras, hingga Reynand mundur beberapa langkah dan pipinya yang ditampar Neptunus memerah seperti darah.
Nuansa kontan saja terkejut dengan aksi Neptunus, begitu juga dengan Vega yang berada di dalam mobil, ia jadi semakin penasaran dengan apa yang sedang terjadi, sebab jarak Neptunus, Nuansa, dan Reynand berada cukup jauh darinya, dan dirinya tidak bisa mendengar apapun yang dibicarakan oleh mereka bertiga.
Vega lantas membuka kaca mobil Neptunus dan mengeluarkan kepalanya agar ia bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Untungnya, Nuansa menyadari bahwa Vega membuka kaca mobil dan melihat ke arah mereka, jadi Nuansa langsung memperingatkan Neptunus untuk tidak menyebut hal apapun tentang hubungan kontrak mereka.
“Kau akan mendapat yang lebih dari itu jika berani mengatakan hal yang aneh-aneh lagi mengenai Nuansa, camkan itu,” Neptunus mengancam Reynand dengan nada bicara yang pelan agar Vega tetap tidak bisa mendengarnya.
“Polisi macam apa kau ini,” lanjut Neptunus.
“Neptunus, sudah, sudah, dia memang selalu seperti itu, wajarkan saja dia, ayo kita pergi, tidak enak kalau di dengar Vega nanti,” ucap Nuansa pada Neptunus, Neptunus kemudian menoleh ke arah mobilnya dan melihat Vega yang sedang memerhatikan mereka, ia dan Nuansa pun lantas pergi menghampiri mobilnya dan meninggalkan Reynand yang terus memegangi pipinya yang pastinya terasa amat sakit, Reynand terus menatap Neptunus dan Nuansa meskipun mereka sudah menjauhinya, dan Neptunus merasa tidak nyaman akan hal itu, sesekali Neptunus berbalik badan, tetapi Nuansa memperingatinya untuk melupakan hal itu, hingga akhirnya mereka berada di dekat mobil Neptunus.
“Apa yang terjadi?” tanya Vega begitu Neptunus dan Nuansa berada di dekatnya.
“Seorang Polisi ingin menilang Neptunus, dia memaksa Neptunus untuk ikut dengannya dan tidak mau mendengarkan pembelaan Neptunus yang memang membawa SIM, begitu Neptunus menunjukkannya SIM, dia langsung terdiam dan Neptunus menamparnya karena geram,” papar Nuansa.
“Benarkah? Tapi sepertinya yang terjadi tidak seperti itu, dan lagi pula kenapa Polisi itu menilang kak Neptunus? Kita parkir di tempat yang tidak salah, dan bukankah dia bukan Polisi lalu lintas?”
“Sudah, jangan banyak tanya kau, percaya atau tidak itu urusanmu, yang terpenting kau mendapat penjelasan tentang apa yang terjadi, maka tutup mulutmu itu,” ketus Neptunus.
“Santai saja bicaranya,” sewot Vega, ia lantas memasukkan kepalanya kembali dan menutup jendela tersebut.
Neptunus dan Nuansa kemudian melihat ke Reynand yang masih menatap mereka.
“Abaikan saja, sebaiknya kau pulang sekarang,” ucap Nuansa pada Neptunus.
“Baiklah, nanti aku jemput kau ya, kita makan malam di restoran tempat pertama kali kita bertemu saja,” ujar Neptunus.
“Di situ? Baiklah.”
Neptunus kemudian tersenyum, dia lalu masuk ke dalam mobilnya.
“Sampai jumpa nanti malam,” kata Neptunus setelah membuka kaca mobilnya, Nuansa lantas hanya membalasnya dengan sebuah anggukan, dan mobil itu pun lalu pergi.
Usai mobil Neptunus pergi, Nuansa kembali melihat Reynand yang masih menatapnya, pria itu menjadi agak mengerikan sekarang, tetapi Nuansa berusaha untuk tidak memedulikannya, Nuansa kemudian pergi ke rumahnya.