Nuansa - Chapter 96
Malam harinya, Neptunus dan Nuansa akhirnya tiba di restoran romantis yang menjadi tempat pertemuan pertama mereka dulu. Dengan setelah pakaian masing-masing yang sangat ok, keduanya tampak sangat serasi.
Mobil Neptunus kemudian diparkirkan oleh seorang petugas usai dirinya dan Nuansa keluar dari dalam mobil tersebut, kini mereka berada di depan pitnu restoran itu, ada petugas lainnya di sana.
Nuansa masih sangat ingat saat pertama kali dirinya datang ke sini, saat itu si petugas bertanya kepadanya apakah tujuannya ke sini untuk makan, dan Nuansa mengatakan bahwa dia tidak berpikir bahwa restoran adalah tempat untuk berenang.
Petugas itu sekarang masih berada di sini, dia masih bekerja di bidang yang sama, dan Nuansa masih sangat mengingatnya, jadi ia tersenyum kepadanya. Petugas itu sendiri awalnya sempat tidak mengingat Nuansa karena pakaiannya yang benar-benar berbeda dari pada yang sebelumnya, namun untunglah dia mengingatnya, jadi dia bisa membalas senyuman Nuansa dengan perasaan kagum.
“Ini masih tetap bukan tempat untuk berenang, kan?” tanya Nuansa padanya.
“Hahaha, masih, Nona,” jawab petugas tersebut.
“Hahaha, terima kasih karena sudah sangat ramah kepadaku,” ujar Nuansa.
“Itu sudah menjadi tugas saya, Nona.”
“Bagus, pertahankan.”
Neptunus dan Nuansa lantas masuk seperti pasangan sesungguhnya, Neptunus menggandeng Nuansa.
“Kalian sangat akrab, apa kalian sudah saling kenal sebelumnya?” tanya Neptunus pada Nuansa saat mereka sedang berjalan menuju meja dan kursi mereka.
“Kami tidak saling kenal, tapi pernah bertemu sebelumnya, saat aku pertama kali datang ke sini untuk bertemu denganmu,” jawab Nuansa.
“Lalu apa maksud perkataanmu padanya tadi?”
“Ish, kenapa kau ingin tahu? Itu bukan hal yang penting, berhentilah bersikap kepo.”
“Aku hanya bertanya.”
“Diam, aku saat ini sedang merasa seperti seorang bangsawan dengan kehidupan yang sangat mewah.”
“Teruslah bermimpi.”
“Dan akan aku jadikan mimpi itu sebagai kenyataan.”
Neptunus lantas tertawa meremehkan.
“Hei, lihat saja nanti,” ucap Nuansa.
Tidak terasa, mereka akhirnya sampai di meja dan kursi mereka.
“Kau memesan meja yang sama dengan yang waktu itu?” tanya Nuansa.
“Tentu saja, letaknya, juga kursi-kursinya juga sama persis,” jawab Neptunus.
“Astaga, kau ini, para pelayan pasti kerepotan.”
“Mereka dibayar untuk itu.”
“Yah, benar juga.”
“Bagaimana gaunmu?”
“Lumayan,” jawab Nuansa seraya duduk.
Nuansa memang menggunakan gaun kali ini, namun bukan yang panjang sampai menyeret-nyeret ke lantai, hanya gaun yang panjangnya sampai mata kaki saja.
“Kau tidak memesan makanan atau minuman?” tanya Nuansa.
“Sudah, aku sudah memesannya saat aku memesan meja dan kursi ini tadi,” jawab Neptunus.
“Oooh.”
Neptunus kemudian menatap Nuansa sembari menopang dagunya di atas telapak tangannya yang bertopang pada sikunya, Neptunus juga tersenyum dan membuat Nuansa salah tingkah.
“Ada apa?” tanya Nuansa.
“Tidak ada apa-apa, aku hanya teringat masa lalu,” ujar Neptunus.
“Waktu kita bertemu pertama kali belum terlalu lama, bodoh! Kau belum bisa menyebutnya masa lalu.”
“Ahh, aku rindu makianmu.”
“Engh, maaf, aku tidak bermaksud untuk-”
“Tidak apa-apa, lupakan saja, aku memang benar-benar rindur, dan aku bersyukur kau memakiku tadi, karena itu membawa suasana masa lalu bagiku. Ngomong-ngomong, satu detik yang lalu juga masa lalu, jadi jangan berdebat denganku tentang hal sekecil itu.”
“O-ok.”
“Tapi … sungguh, berada di sini lagi membuatku teringat akan pertemuan pertama kita yang sangat berkesan,” kata Neptunus.
“Kau masih ingat, kan?” lanjutnya.
“Bagaimana mana bisa aku melupakan malam itu? Kau tiba-tiba menanyakan ukuran BHku dan membuatku semakin emosi saat kau tiba-tiba menatap dadaku walaupun aku sudah menutupinya dengan tanganku,” sewot Nuansa.
“Hahahaha,” Neptunus tertawa renyah.
“Itu benar-benar berkesan, ya?” ucap Neptunus.
“Berhenti membicarakan itu atau amu akan menjitakmu,” ancam Nuansa.
“Jitak saja, tidak apa-apa, karena malam itu kau juga menjitakku, kan? Kau ingat, kan? Kalau kau melakukannya lagi, malam ini pasti benar-benar akan terasa seperti malam itu, dan asal kau tahu saja, itu benar-benar malam yang tidak akan pernah aku lupakan.”
“Ish!”
“Hahaha.”
“Engh … ingat saat kau mengancam akan melaporkanku ke Polisi? Kau bilang kau sama sekali tidak bercanda karena kau memiliki seorang teman yang berprofesi sebagai seorang Polisi,” ujar Neptunus.
“Ya, dan itu Reynand,” kata Nuansa.
“Benarkah?”
“Oh, astaga! Tentu saja! Kenapa aku tidak menyadarinya dari awal?!” sambung Neptunus.
“Kau memang tidak pernah sadar,” gumam Nuansa.
“Apa?!”
“Engh, tidak, tidak.”
“Mmm, ngomong-ngomong, agar malam ini berkesan, sebaiknya kita memberi nama pada acara makan malam kita ini,” lanjut Nuansa.
“Hm? Ide macam apa itu?” ucap Neptunus.
“Lakukan saja, itu pasti akan berguna untuk membuat malam terakhir kita sebagai seorang pasangan pura-pura berkesan, karena besok pasti aku tidak akan bersamamu sampai malam, kan? Jadi ini benar-benar malam terakhir kita bersama sebagai seorang sepasang kekasih yang sebenarnya hanya berpura-pura.”
“Hmmmm, bagaimana dengan Makan Malam Salam Perpisahan?” usul Neptunus.
“Kau berpantun atau bagaimana?”
“Eh? Jadi mirip seperti pantun, ya? Hahaha, tidak apa-apalah, keren juga jadinya.”
“Tidak juga sebenarnya, tapi … baiklah, Makan Malam Salam Perpisahan.”
Suasana lantas menjadi hening sesaat.
“Jadi … apa kau sudah memikirkan apa yang akan kau kerjakan setelah kontrak kita selesai? Kau akan bermitra dengan Ibuku?” tanya Neptunus.
“Aku masih belum memikirkannya, aku harus melewati diskusi yang serius dengan kedua orangtuaku mengenai hal itu, sudah pasti,” jawab Nuansa.
“Ya, itu harus, pastikan keputusan yang kalian ambil adalah yang paling tepat dari semua yang tepat.”
“Hahaha, baiklah, akan kuingat itu.”
“Huft, setelah besok, aku benar-benar akan sibuk dengan kehidupanku lagi dan mulai merenggang dengan kehidupanmu, itu artinya aku juga akan mulai jarang bertemu dengan Gladys, dan … astaga, apa aku masih bisa terus mendampingi dan memberikannya semangat dalam masa-masa sulitnya ini? Karena kontrak kita selesai, jadi otomatis aku akan jarang bertemu dengannya, kan? Dan itu artinya dia akan menghadapi semuanya sendirian, a-aku-”
“Hei, hei, sudahlah, fokus saja pada makan malam ini dulu, pikirkan yang lain besok saja, ini malam yang istimewa, kan? Aku paham bagaimana kau sangat tidak ingin lepas dari Gladys saat dia sedang menghadapi masa-masa tersulitnya, tapi, aku mohon, saat ini pikirkan saja dulu tentang makan malam kita ini,” Neptunus menyela Nuansa.
“Maafkan aku,” ujar Nuansa.
“Tidak apa-apa,” kata Neptunus.
Makanan dan minuman mereka kemudian datang, setelah itu, mereka menghabisi semuanya tanpa mengobrol apa-apa lagi, sepertinya Nuansa agak merusak suasana makan malam yang harusnya menjadi acara yang memberikan kesan berlebih ini.