System Technology And Superpower - 15 Bab 15
“Benarkah?” tanya Bella.
“Tentu saja benar,” Yudhistira mengangguk dengan senang.
Daniel hanya diam melihat Yudhistira mengaku-ngaku. Nanti ada tiba saatnya kebohongan Yudhistira terbongkar. Karena itulah Daniel hanya diam saja.
Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi.
Yudhistira, yang telah selesai menyombongkan dirinya di depan Bella, kembali ke tempat duduknya.
Daniel duduk rapi menunggu guru masuk.
Tak lama kemudian, guru masuk dan memulai pelajaran.
Berkat System Technology, otak Daniel menjadi lebih berkembang daripada otak manusia biasa. Jika otak manusia biasa digunakan hanya 5%, maka otak Daniel sudah berkembang ke penggunaan otak 15%. Meski tak bisa dipanggil jenius super, Daniel bisa dikatakan jenius.
Pelajaran yang diajarkan guru otomatis masuk ke kepala Daniel dan dengan mudah dipahaminya. Meski begitu, Daniel tak ingin menarik perhatian orang lain. Saat ini dia belum punya kekuatan, baik secara fisik, mental, maupun kekuasaan.
Orang tanpa kekuatan hanya akan dilahap oleh kekuatan besar, karena itulah Daniel masih mencoba memperkuat dirinya. Pertama-tama diawali dengan memperkuat di bidang ekonomi. Ketika kekuatan ekonominya sudah mencukupi, dia akan mencoba melindungi keamanan dirinya dan terutama keluarganya.
Sky Booster hanyalah sebuah awal. Ketika perusahaan secara resmi didirikan, saat itulah Daniel akan mulai mendaki puncak dunia.
Juga, dengan adanya keberadaan System Technology and Superpower atau Sky, Daniel semakin percaya diri.
Empat jam lebih masa pelajaran, akhirnya bel istirahat berbunyi.
Daniel menyimpan bukunya, ia berpikir hari ini lebih baik pergi ke perpustakaan untuk membaca buku mengenai bisnis. Selain itu, Daniel juga mulai tertarik dengan fisika, biologi, dan kimia.
Daniel mengemasi buku, kemudian mengeluarkan kartu perpustakaan.
Sebelum menuju perpustakaan, Daniel menengok kiri-kanan, ia tak menemukan Kinar. Kemudian Daniel berjalan menuju perpustakaan.
Ketika sampai di perpustakaan, Daniel menuju bagian bisnis.
Tepat saat tiba di bagian bisnis, Daniel bertemu dengan Silvia.
Daniel dan Silvia memiliki cerita tersendiri di masa lalu. Bagaimana pun juga, mereka pernah dekat.
Daniel menghampiri Silvia dan menyapanya, “Silvia, halo.”
Silvia yang sedari tadi fokus membaca, mendengar suara familiar ini, ia melihat ke arah suara dan menemukan Daniel disana.
“Oh, Daniel. Sangat jarang bisa melihatmu di sini,” kata Silvia dengan ramah.
“Tentu saja. Aku tertarik pada hal-hal berkaitan dengan bisnis, bagaimana pun juga, hanya mengisi waktu istirahat. Tumben kamu tak bersama dengan Nurul dan Hana,” kata Daniel bercanda.
Silvia memutar matanya, lalu mendesah dan berkata, “Tak perlu juga tiap hari bersama mereka. Toh Nurul selalu menjelek-jelekan dirimu. Aku kadang pusing mendengar ucapannya. Dan lagi, kamu hanya diam saja ketika Nurul berkata seperti itu.”
“Meladeni kata-katanya hanya akan membuatnya semakin senang. Semakin tak kutanggapi, nanti juga dia akan diam sendiri,” Daniel berkata dengan mengangkat bahunya.
“Kadang sikap acuh tak acuhmu juga menguntungkan,” kata Silvia lalu menghela nafas.
“Kamu seperti orang yang tak mengenalku saja. Atau, jangan-jangan kamu mengkhawatirkanku ya?” Daniel tertawa dan bertanya sambil menggoda Silvia.
Wajah Silvia memerah, ia berkata dengan sedikit gugup, “Mengkhawatirkanmu? Te-tentu saja tidak! Dasar itu bocah bau nakal!”
Daniel semakin tertawa melihat Silvia yang malu-malu.
“Melihat Silvia yang malu-malu mirip seperti waktu itu. Mengingat itu, membuatku merasa bahwa waktu itu kamu lebih imut saat malu-malu.”
Wajah Silvia semakin merah, “K-Kamu malah memgingat hal itu! Jangan ingat itu, please!”
Daniel berhenti menggoda, ia tertawa dan berkata, “Baiklah, aku berhenti mengingatnya. Jangan ribut-ribut, nanti ada gosip loh kalo kamu deket sama aku. Kan, nanti malah kamu yang kena marah sama orang tuamu. Yah, bagaimanapun orang tuamu benar.”
Daniel mengingat hal-hal masa lalu membuatnya menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.
Silvia juga mengingat hal itu.
Saat itu, Silvia tinggal tak jauh dari rumah Daniel. Silvia dan Daniel sering bermain bersama, sering juga bermain bersama Rika dan Raka kecil, dan kadang-kadang mereka berjualan keliling bersama.
Saat orang tua Silvia mengetahui Silvia mengikuti Daniel berjalan keliling untuk berjualan, saat itu juga orang tua Silvia mendatangi rumah kakek Daniel untuk memarahi Daniel.
Sebenarnya, Ayah Silvia tidak keberatan mengenai hal ini, bagaimanapun juga berusaha keras sejak dini itu baik untuk kedepannya, tapi berbeda dengan pemikiran Ibu Silvia yang tidak mau anak perempuannya lelah karena bekerja. Ibu Silvia juga sebenarnya tak mau Silvia bergaul dengan Daniel yang suka mengajak anak perempuannya berjualan keliling, tapi anaknya sangat bawel mengenai pergaulan.
Meskipun Ibu Silvia tak ingin anak perempuannya yang cantik bergaul dengan anak miskin seperti Daniel, tapi mereka tinggal di tempat dimana kelas menengah ke bawah.
Bagaimana pun, Ibu Silvia jugalah seorang Ibu yang tak ingin anaknya kenapa-kenapa. Seorang Ibu yang ingin anaknya memiliki masa depan cerah. Karena itulah dia khawatir anak perempuannya bermain denhan Daniel yang bisa dianggap nakal karena pikirannya lebih dewasa dari anak-anak pada umumnya.
Daniel juga anak yang kreatif dan bekerja keras sejak kecil. Daniel kadang membuat es lalu berjualan keliling, kadang juga bermain seperti anak biasanya. Saat itu kakeknya masih bisa bekerja dan bisa menafkahi Daniel dan adik-adiknya.
Banyak hal Daniel dan Silvia lakukan saat masa kecil. Hal yang membuat Silvia malu adalah saat Daniel dan Silvia bermain rumah-rumahan dimana Daniel menjadi Suami, Silvia menjadi Istri, kemudian Rika dan Raka kecil menjadi anak-anak mereka.
Saat itu, Silvia bermain-main dengan pisau hingga tak sengaja melukai jarinya. Daniel dengan cepat menghisap darah dari jari Silvia yang terluka.
Silvia menjadi malu saat melihat Daniel ‘melahap’ jarinya. Meskipun kelihatan jijik, tapi karena mereka masih kecil, mereka tak memperhatikan itu.
Daniel juga melakukan pertolongan pertama pada Silvia dengan memberinya obat betadine setelah membersihkan luka dengan air mengalir, lalu merapikan dengan kapas dan memberikan handsaplast¹ pada bagian yang terluka.
Silvia kecil bertanya, “Kenapa kamu menolongku?”
Daniel kecil menjawab dengan bangga, “Karena aku adalah suamimu.”
Rika dan Raka kecil berkata dengan serempak, “Ayah Daniel, Ibu Silvia.”
Daniel kecil mendengarkan ini langsung tertawa dan mengusap kepala kedua adik-adiknya.
Silvia kecil menatap Daniel kecil dengan wajah merah dan malu-malu.
Pada saat Silvia berumur 10 tahun, Silvia dan orang tuanya pindah rumah karena pekerjaan ayahnya.
Silvia kecil menangis saat memeluk Daniel kecil dengan sedih karena perpisahan. Silvia takut tak bisa bertemu Daniel lagi. Ia takut karena Daniel telah mengajarkannya banyak hal, kadang juga melindunginya dari gangguan anak-anak lain. Hal itulah yang membuat Silvia sangat dekat dengan Daniel.
2 tahun sebelum kematian kakek Daniel, Daniel dan keluarganya pun pindah karena tak bisa melunasi kontrakan.
Namun, disaat kesusahan menerpa, ada seorang dermawan yang menghibahkan rumah kecil pada kakek Daniel karena pernah menolong sang dermawan dan merawat anak yatim-piatu yang ditelantarkan.
Keduanya tak menyangka bahwa 6 tahun kemudian mereka berdua bertemu di SMK yang sama dan juga tempat tinggal mereka berdua tak jauh jaraknya.
“Kamu membuatku mengingat itu! Daniel bodo!” kata Silvia dengan wajah kesal.
“Yang mengingatnya adalah kamu, kenapa malah menyalahkanku,” Daniel tertawa.
“Daniel bodo! Daniel bodo!” Silvia terus berkata ‘bodo’.
Daniel akhirnya menyerah, “Baiklah, baiklah. Aku akan berhenti. Ini perpustakaan, jangan ribut. Lihat poster itu,” kata Daniel sambil menujuk ke arah poster “Tolong jangan berisik.”
“Aku ribut karenamu, Daniel bodo! Kau tetap tidak berubah, terus saja menyebalkan seperti dulu!” kata Silvia yang masih kesal.
“Oke, oke. Aku memang menyebalkan. Mari baca buku aja,” Daniel mengalihkan topik agar Silvia tak kesal.
Silvia tak menjawab, ia mentap Daniel dengan kesal dan melanjutkan bacaannya.
Daniel hanya tersenyum melihat ini. Dia kemudian mencari buku yang berkaitan dengan bisnis perangkat lunak dan akhirnya ketemu setelah beberapa menit mencari.
Daniel duduk di depan Silvia dan membaca dengan tenang, namun kecepatan membacanya jauh lebih cepat daripada orang lain. Hal ini menarik perhatian Silvia.
Silvia tak bisa menahan rasa penasarannya dan bertanya, “Daniel, apakah kau membaca buku atau bermain-main dengan buku?”
————
Bonus :
Liputan Sky 04
Sky : “Halo, Sky disini! Kembali lagi bersama saya, Sky di SkyTV! Kali ini kita akan intip-intip seseorang yang sedang bermain game. Apakah kalian sudah siap?”
Sang kameramen menjawab pertanyaan Sky dengan anggukan kepala dan acungan jempol.
Sky : “Ngomong dong kalo jawab! Dari kemaren gitu mulu jawabnya!”
Kameramen bingung kemudian dia menjawab.
Kameramen : “-”
Sky : “Oke, tak perlu berbicara. Mari lanjutkan saja pada liputannya.”
Kameramen mengikuti Sky dengan wajah sedikit tak puas.
Sky : “Kenapa? Mau dipecat?”
Kameramen menggelengkan kepalanya dengan cepat menandakan dia menolak.
Sky : “Makanya jawab yang bener dong!”
Kameramen mengangguk dengan cepat seperti ayam.
Sky : “Okay pemirsa. Maaf ada sedikit gangguan.”
Sky memperbaiki posturnya dan kembali berbicara.
Sky : “Pemirsa, kali ini saya menemukan seseorang bermain sebuah game yang menarik. Game ini adalah game moba. Mari kita intip.”
Sky melihat seseorang menggunakan Hoodie bermain game moba.
Sky : “Oh pemirsa. Orang ini menggunakan Layla di Lane atas, lawannya adalah Valhein. Sedangkan di lane tengah dan bawah pertarungan antara Moskov dan Yorn, kemudian Minotaur dan Toro. Sedangkan di lane turtle Kadita dan Wiro sedang ngebuff. Zilong dan Zanis sedang menuju lane tengah!.”
Setelah Sky mengomentari pertandingan tersebut, ia teringat sesuatu.
Sky : “Sejak kapan Mobile Legends dan Arena of Valor bersatu?”
??? : “Sejak aku mencarimu!”
Seseorang yang sedang bermain game membuka Hoodienya.
Ternyata itu adalah Daniel!
Sky : “Oh! Pemirsa, saatnya kabur. Sampai jumpa lagi.”
Sky menarik kameramen lagi dan menghilang lagi.
Sebelum menghilang, kameramen mengacungkan jempolnya pada Daniel!
Daniel : “Sky! Kameramennya Sky!”