System Technology And Superpower - 16 Bab 16
Daniel menghentikan gerakannya, ia menatap Silvia yang penasaran, “Oh, yang kulakukan hanyalah membaca, apakah ada yang salah?”
Melihat Daniel yang terlihat biasa saja, pandangan Silvia pada Daniel berubah jadi seperti menatap orang aneh.
“Benarkah?”
Daniel agak terganggu dengan tatapan Silvia, “Tentu saja benar. Aku membaca seperti itu, meski baru-baru ini.”
Silvia semakin tak yakin dengan Daniel.
“Sini bukunya, aku mau tes kamu. Bener atau gak apa yang kamu baca.”
Daniel memberikan buku yang ia baca kepada Silvia.
Silvia melihat sebentar pada buku, ia kemudian secara acak memilih halaman yang akan dia tanyakan.
“Bacakan paragraf 9 di halaman 23.”
Daniel menyebutkan dengan lancar. Bahkan tanda baca pun tak terlewatkan.
Silvia kembali menantang Daniel, “Bacakan seluruh halaman 57.”
Daniel lagi-lagi membaca seluruh halaman dengan lancar dan tepat tanpa salah sedikitpun.
“Daniel,” Silvia menatap Daniel, kemudian melanjutkan, “apakah kamu seorang alien?”
“Hei, kamu adalah teman masa kecil yang sangat kejam! Bukannya dari dulu kita sudah saling kenal, kenapa sekarang kau mempertanyakan tentang ke-manusia-anku. Aku sedih loh, sedih.”
Daniel berpura-pura sedih. Bagaimanapun juga, Daniel tak peduli bagaimana dia dianggap dan juga dia sudah tau kalau Silvia akan mempertanyakan ini.
Bahkan jika dia adalah seorang alien pun, dia tetap tak akan berubah. Paling banyak, dia akan pulang ke planetnya untuk mencari orang tuanya. Sayangnya, dia bukanlah alien, tapi seorang manusia dengan sistem sebagai partnernya.
Melihat Daniel yang sedih, Silvia merasa bersalah, ia kemudian berkata, “Daniel, maafkan aku, bukan maksudku untuk kasar padamu, tapi aku hanya bingung. Bagaimana bisa kamu membaca dengan sangat cepat tapi mengingat seluruh isi halaman dengan tepat.”
Daniel tertawa melihat Silvia bersedih, “Hei, aku hanya bercanda. Aku tau kok kamu pasti bingung melihatnya, tapi beginilah caraku membaca.”
Silvia merasa kesal, dia meninju Daniel dengan tinju kecilnya, ia berkata, “Kamu selalu saja menyebalkan.”
Daniel tertawa melihat ini. Tinju Silvia tak terasa sakit bagi Daniel, tapi lebih terasa manis bagi Daniel.
Daniel teringat sesuatu, ia kemudian berkata, “Silvia, jika suatu hari aku membuka perusahaan, maukah kamu menjadi sekertarisku?”
Silvia menarik tinjunya dari Daniel dan wajahnya berwarna merah, “I-itu, bagaimana bisa kamu membuka perusahaan sekarang! Tapi, aku mau kok.”
Daniel tersenyum, “Oh, maka aku akan menunggumu di masa depan.”
Wajah Silvia semakin merah. Ia tak memperdulikan Daniel lagi dan dengan cepat mengambil buku untuk menutup wajahnya.
Daniel juga tak terus menggoda Silvia, ia lanjut membaca buku dengan kecepatan yang cepat.
Dalam 30 menit, Daniel membaca 4 buku tebal.
Silvia sesekali melirik Daniel, ia dengan heran melihat Daniel yang membaca dengan kecepatan super.
Waktu istirahat sudah berakhir, Silvia pergi lebih dulu. Daniel tak mempermasalahkan hal ini.
Sampai di kelas, Daniel langsung duduk. Namun, saat baru saja duduk, perutnya berbunyi karena tak makan saat istirahat tadi. Ditambah lagi, dia menggunakan otaknya saat diperpustakaan tadi, perutnya semakin lapar.
Bella mendengar suara aneh, ia bertanya pada Daniel dengan tersenyum, “Daniel, apakah kamu belum makan? Kamu kemana saja tadi?”
Daniel sedikit merasa malu, tapi di depan seorang wanita, ia harus kelihatan kalem.
“Oh, memang belum. Tadi aku ada di perpustakaan, karena keasyikan baca buku, jadi lupa makan deh.”
Bella sedikit tertarik dengan perpustakaan, “Oh, kamu ke perpustakaan? Besok mau ke perpustakaan bareng?”
“Nggak, Besok hari minggu. Besok waktunya libur dan beristirahat,” Daniel menolak dengan halus.
“Oh, kamu benar. Lain kali saja ke perpustakaan bareng.”
Daniel hanya mengangguk saja.
Pelajaran berjalan seperti biasanya. Daniel hanya mendengarkan guru, kadang dia mencatat apa yang harus dicatat, meskipun ia hapal dengan apa yang ia catat itu.
Bel pulang akhirnya berbunyi.
Daniel berjalan dengan santai dan juga merasa segar, dia sudah mendapat banyak uang dalam waktu kurang dari satu minggu ini.
Semua ini karena System Technology. Dengan adanya Red Queen, Daniel bisa mendapatkan uang dengan jalan tercepat. Ia bisa saja langsung menjual Sky Booster pada Google, namun itu tak menguntungkan baginya. Karena, nilai Sky Booster itu sangat tinggi. Jika dikembangkan lebih lanjut, maka iOs Apple pun akan kalah.
Daniel sampai ke rumah dengan senang hati, ia memasakkan makanan untuk kedua adiknya. Kemudian masuk ke kamar untuk mengetik kode kecerdasan buatan yang lebih efesien.
Saat masih dengan serius menulis kode kecerdasaan buatan, Red Queen muncul dengan berita baik.
“Tuan, ada seseorang yang tertarik untuk menjadi manajer perusahaan Anda. Catatannya pun bersih. Apakah Tuan akan menjawabnya sekarang?”
“Sekarang. Katakan padanya bahwa akan bertemu besok di Cafe’99.”
“Baik, Tuan. Akan saya sampaikan segera.”
Red Queen kemudian menghilang. Mengirimkan keterangan lebih lanjut, kemudian melanjutkan rencana optimasi Android.
Daniel juga melanjutkan menulis kode kecerdasan buatan.
Saat malam tiba, Daniel keluar kamar. Kedua adiknya bingung melihatnya karena Daniel mulai jarang keluar dari kamarnya semenjak kejadian malam itu.
“Apakah kakak baik-baik saja?” Rika bertanya pada Raka dengan cemas.
Raka mengangkat bahunya dan menjawab, “Aku tak tau. Kakak mungkin lagi capek, makanya di rumah terus.”
“Kasian kakak. Kalo gitu, mulai sekarang aku yang masak kalo malam dan pagi.”
Raka kemudian berkata dengan cepat, “Oh Rika yang manis, jangan memasak please, jangan.”
Rika bingung dengan kelakuan Raka, “Kenapa kau melarangku memasak?”
Raka menjawab dengan asal, “Karena aku tak ingin saudariku lelah, jadi lebih baik aku yang memasak.”
Rika berkata dengan senang hati, “Benarkah? Yey, sekarang kak Daniel gak capek lagi.”
Raka akhirnya bisa bernafas lega.
Daniel kembali ke kamar setelah makan malam bersama kedua adiknya. Ia juga senang ketika Raka ingin menggantikannya memasak untuk makan malam. Sedangkan untuk sarapan, tetap Daniel yang memasak.
Sampai jam 12 malam, Daniel tidur setelah mengetik kode-kode yang sangat rumit namun lebih sederhana daripada kode-kode yang menggunakan bahasa pemrograman saat ini.
Daniel bangun pagi seperti biasa, ia berolahraga kemudian memasak sarapan pagi, lalu menulis kode sampai jam 2 siang.
Daniel berhenti menulis kode karena pengingat dari Red Queen kalau satu jam kemudian ada pertemuan dengan calon manajer perusahaannya.
Daniel membersihkan diri kemudian menggunakan pakaian kemeja dengan celana kain hitam, lalu menatap cermin dengan senyum narsis.
“Ternyata aku tampan juga ya.”
Suara robot yang telah lama tak terdengar akhirnya terdengar lagi, “Host, kau sangat narsis!”
Daniel sedikit rindu dengan suara ini. Jika tak ada Sky, tak ada kekayaan, kecerdasaan, dan banyak hal lainnya yang sekarang Daniel dapatkan.
“Lama tak berbicara, Sky! Apakah ada tugas baru kali ini?”
“Host, kau tak merindukanku! Kau hanya merindukan tugasnya saja!” kata Sky dengan suara ketidakpuasan.
“Hei, tentu saja aku merindukanmu. Aku merasa kepalaku kehilangan sesuatu karena kamu tak muncul,” Daniel memusatkan kesadarannya pada Sky.
“Oke, oke. Aku juga tak peduli apakah kamu merindukanku atau tidak. Mungkin nanti juga akan ada tugas. Ngomong-ngomong, nggak boleh spoiler misi, nanti nggak seru,” kata Sky dengan nada ketidakpedulian.
“Sistem macam apa kau ini! Lebih baik aku bertemu seseorang daripada berbicara denganmu,” Daniel kembali pada kenyataan.
Suara Sky terdengar lagi, tapi kali ini dibarengi dengan kata yang terdengar misterius, “Oh, Host. Kau sangat beruntung.”
Daniel tak memperdulikan perkataan Sky. Ia tak cukup percaya dengan kata-kata yang Sky ucapkan karena Sky sering bercanda dengannya.
Daniel menggunakan sepatu untuk pertemuan dengan calon manajer perusahaan.
Saat sampai di Cafe’99, Daniel memesan ruangan khusus, kebetulan juga ruangan khususnya belum dipesan oleh siapapun.
Selama menunggu, Daniel memainkan ponselnya. Ada beberapa hal menarik dilihatnya. Berita tentang Sky Booster mulai ramai di internet. Berita ini membicarakan tentang siapa yang ada dibalik kesuksesan Sky Booster, tapi pemilik Sky Booster tak muncul keluar.
Setelah berselancar sana-sini, pintu terbuka san seorang wanita memasuki ruangan.
“Apakah Anda Daniel?” tanya seorang wanita yang berusia 26 atau 27 tahun dengan sopan.
“Anda…”
Dalam sekilas melihat, Daniel mengingat siapa wanita ini.