System Technology And Superpower - 18 Bab 18
Sepekan telah berlalu.
Daniel tak melakukan hal spesial dalam sepekan yang telah lalu.
Meskipun di sekolah tak bisa kabur dari Kinar, Daniel menikmati waktu itu. Kadang makan bareng Kinar, kadang ke kantin bareng Bella, kadang juga ke perpustakaan bersama Silvia.
Daniel mengetik kode kecerdasan buatan dengan lancar. Dia menghabiskan seluruh waktunya, kecuali untuk makan bersama adik-adiknya atau ketika ditelepon oleh Lia Siyu.
Daniel juga telah menyerahkan urusan sepenuhnya pada Lia Siyu. Baik dari pendaftaran perusahaan, kepengurusannya, dan produk selanjutnya, sudah Daniel serahkan pada Lia Siyu.
Hari ini adalah hari senin, dimana hari dilaksanakannya upacara bendera.
Daniel berbaris di barisan kelas XI-B TKJ, di barisan paling belakang.
Upacara bendera dengan khitmad dilaksanakan. Saat pengibaran bendera Merah Putih, seluruh peserta upacara menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Saat bendera Merah Putih berkibar di puncak tiang bendera, Daniel merasakan kebanggan di hatinya.
Setelah itu Daniel juga mendengarkan pidato mengenai perjuangan para pahlawan.
Bangga dengan para pejuang yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dengan perjuangan yang mengorbankan nyawa, waktu, tenaga, dan material.
Bangga dengan bangsa Indonesia yang bisa berdiri sendiri.
Namun, suasana saat ini benar-benar menyayat hati. Sesama warga Indonesia saling memaki, menyalahkan satu sama lain, saling berkelahi karena alasan yang sepele.
Banyak juga yang diadu dengan menggunakan isu suku, agama, ras dan antar golongan yang diluncurkan oleh pihak lain yang ingin menghancurkan negara ini.
Daniel mengingat ini membuatnya ingin segera menghancurkan pihak lain yang menghancurkan bangsa ini hanya demi kepentingan pribadinya tanpa memikirkan rakyat Indonesia yang jumlahnya lebih dari 265 juta orang.
Daniel tahu, otak dibalik semua ini adalah pihak yang ingin mengambil sumber daya alam yang ada di Indonesia dan menguasainya, yaitu pihak yang ada di luar Indonesia.
Meskipun Daniel ingin segera menghancurkan otak dibalik semua kekacauan di tahun politik ini, tapi Daniel juga tak berdaya dengan pola pikir masyarakat Indonesia yang sangat mudah mempercayai sesuatu tanpa mengetahui kebenaran dibaliknya. Belum lagi ditambah dengan warganet yang ceplas ceplos asal ngomong tanpa fakta dan berkata tanpa berpikir panjang.
Daniel berpikir, jika ingin mengubah ini, maka harus mengubah dari dasarnya. Dari pendidikan taman kanak-kanak sampai ke universitas. Mengajarkan moral pancasila dan menerapkannya di masyarakat nyata agar aman, damai, dan indahnya negeri ini.
Dengan pikiran ini, Daniel mendapat tujuan baru. Yaitu, demi memajukan bangsanya sendiri, Bangsa Indonesia!
Upacara bendera tak lama kemudian berakhir, Daniel tersadar dari pikirannya.
Daniel segera kembali ke kelasnya, kemudian duduk dengan rapi menunggu guru masuk kelas.
Hari ini adalah pelajaran Bahasa Indonesia, yang mengajar adalah guru baru, Bu Nia.
Setelah upacara, murid diberi waktu 10 menit untuk beristirahat, selama waktu ini Daniel berkomunikasi dengan Red Queen mengenai perusahaan.
Daniel sengaja memasang Red Queen di semua komputer untuk memeriksa keuangan di perusahaan. Selama masih ada internet, Red Queen bisa ada dimana-mana.
Bu Nia memasuki kelas, seluruh mata siswa menjadi cerah. Karena lelah beridiri, mereka merasa segar kembali setelah melihat ibu guru cantik ini.
“Selamat pagi, murid-murid. Apa kabar kalian semua?” tanya Bu Nia dengan ramah.
“Baik bu,” semua murid menjawab dengan semangat, terkecuali Daniel yang melihat ini merasa seperti di taman kanak-kanak ketika ibu guru menyapa.
Melihat kekompakan seluruh kelas, ia pun ikut menjawab dengan suara pelan.
Melihat ini, Bu Nia tersenyum cerah. Ia kemudian melanjutkan dengan memberi materi kepada murid-muridnya.
Daniel tak memperhatikan materi yang disampaikan karena semua materi Bahasa Indonesia di SMK sudah dikuasainya. Daniel hanya bisa menulis cerita khayalannya di bukunya.
Cerita yang Daniel tulis adalah cerita tentang pemuda dari kalimantan yang meninggal karena perjuangannya melintasi hutan kalimantan menuju tempat tinggal gadis yang ia temui saat masa liburan. Saat melintasi gunung, tak sengaja pemuda itu tergelincir dan meninggal dunia. Namun, Tuhan masih memberinya kesempatan dengan mereinkarnasikan jiwanya 100 tahun kemudian, namun dengan raga setengah robot alias cyborg.
Dengan domain otaknya yang diperluas, Daniel dengan mudah menuangkan ide yang ada dikepalanya pada tulisannya, tanpa berhenti dia menulis.
Daniel tak menyadari bahwa gerakannya diperhatikan oleh Bu Nia. Namun, Bu Nia hanya berdiam diri ketika melihat Daniel yang sibuk sendiri.
Bu Nia merasa aneh dengan murid yang satu ini. Bu Nia menilai bahwa Daniel ini tak tertarik padanya meskipun cantik.
Sebagai wanita, jika dipandang sebagai wanita cantik, dia akan sangat senang. Tapi, jika seseorang kurang ajar terhadap wanita cantik, wanita itu tak akan senang.
Juga, jika seorang wanita cantik tak menarik perhatian seseorang, ia akan mempertanyakan kecantikannya.
Wanita adalah hal paling rumit.
Jam pelajaran berjalan dengan cepat, bel istirahat pun berbunyi.
Saat istirahat, Kinar datang menjemput Daniel. Kinar membawa sesuatu yang ia bungkus dalam kain.
“Daniel!” Kinar berteriak.
Meskipun bel istirahat sudah berbunyi, di kelas, seorang guru masih sedikit memberi sedikit materi. Teriakan Kinar membuat pusat perhatian tertuju padanya.
Daniel menggelengkan kepalanya melihat adegan ini, terasa sedikit lucu baginya.
Kinar yang biasanya terlihat elegan, dingin dan berwibawa, saat ketemu dengan Daniel, dia terlihat 180 derajat berbeda dengan sikap sebelumnya.
Banyak siswa terkejut dengan ini dan merasa kecewa.
Bu Guru juga melihat Kinar dengan sedikit aneh. Tak biasanya Kinar terlihat seperti ini. Di matanya, Kinar anak yang sopan, berwibawa, kalem, dan kelihatan dingin. Namun, kali ini berbeda.
Kinar juga malu karena berteriak saat masih ada guru mengajar. Ia dengan malu berkata, “Maaf, Bu. Silahkan dilanjut mengajarnya.”
Setelah itu, Kinar berdiri di samping pintu menunggu Daniel.
Ibu guru yang sedang mengajar hanya menggelengkan kepalanya, ia melanjutkan, “Baiklah, pelajarannya sampai disini saja. Silahkan kalian istirahat,” Bu guru berhenti sebentar, ia menatap Daniel, “Daniel, buruan keluar, nggak baik buat cewek nenunggu.”
Daniel hanya menatap kosong pada Bu guru di depan kelas. Ia menjawab singkat dan kemudain berjalan keluar, “Baik bu.”
Yudhistira melihat ini dengan kesal. Sementara Bella dan Silvia merasa sedikit rasa sakit di hati mereka.
“Max, sejak kapan Daniel sepopuler ini?” Regi bertanya dengan penasaran.
“Mungkin, sejak negara api menyerang?” Max menjawab dengan sedikit konyol.
“Kau kira Daniel avatar!”
“Dia bukan avatar, tapi dia Aang.”
Max dan Regi tertawa bersama. Meskipun jarang mengobrol dengan Daniel, tapi keduanya tahu seberapa sibuk Daniel setelah pulang sekolah.
Daniel pergi mendatangi Kinar. Daniel dengan tersenyum melihat Kinar yang wajahnya memerah, lalu berkata, “Selamat siang, Kinar.”
Kinar melihat ke arah sumber suara, dia melihat Daniel yang sedang tersenyum. Seketika dia menjadi kesal karena ekspresi Daniel, “Kamu! Ini semua gara-gara kamu!”
Dengan kesal Kinar memukul Daniel.
Daniel tak merasakan rasa sakit, perhatiannya tertarik pada bungkusan kain yang dibawa Kinar.
“Kinar, apa yang kamu bawa?”
Kinar menjawab, “Rahasia! cepat ikuti aku!”
“Tunggu. Aku mau ambil kotak makan siangku dulu,” Daniel dengan cepat berbalik ke kelas dan mengambil kotak makan siangnya.
Kinar menunggu dengan menundukan kepalanya. Ia merasa malu dengan kejadian tadi.
Tak lama bagi Daniel untuk mengambil kotak makan siangnnya, “Yuk pergi.”
Kinar tak menjawab, ia hanya mengikuti Daniel dari belakang.
Tempat yang dituju keduanya adalah di belakang gedung sekolah, tempat Daniel biasanya makan siang.
Sampai di belakang gedung sekolah, Daniel bertanya pada Kinar dengan penasaran, “Kinar, apa yang kamu bawa itu?”
Kinar tersenyum, ia berkata, “Ini kotak bekalku. Kamu mau?”
Daniel menggelengkan kepalanya dan berkata, “Itu makanan kamu. Aku punya makananku sendiri. Kita sebagai manusia…”
Kinar memutar matanya, Daniel ini sering berakting saat bersamanya. Kinar memotong ceramah Daniel, “Akting terus, sejak kapan kamu sebego ini? Ya saling tukar makanan lah.”
Daniel tertawa, “Kalo makananmu gak enak gimana?”
Kinar berkata dengan sedih, “Ini masakanku sendiri. Kamu belum makan aja sudah bilang gak enak. Apa memang aku gak bakat masak, ya?”
Daniel merasa bersalah. Ia hanya bercanda dengan Kinar, tapi candaannya kali ini melewati batas.
“Nggak kok, Kinar. Aku hanya bercanda. Sini kotak makan siangmu, Ini kotak makan siangku. Kamu makan gih, rasanya pasti enak!”
Keduanya saling bertukar kotak makan siang. Daniel dengan cepat membuka kotak makan siang buatan Kinar.
Daniel melihat isi kotak makan siang dan isinya sedikit gosong. Dari telur goreng, ikan, dan sayur gorengnya.
Daniel tersenyum nelihat ini, Daniel segera makan dengan lahap makanan yang dibuat oleh Kinar.
Meskipun ada rasa sedikit pahit dan sedikit keasinan, Daniel tetap memakannya dengan lahap.
Kinar yang melihat ini, langsung tersenyum cerah.
Ketika seorang wanita memasakkan makanan untuk lelaki, pasti itu dibuat dengan sepenuh hati. Wanita akan merasa sedih jika makanannya tak sesuai dengan selera lelaki yang ia berikan makanan. Oleh karena itu, lelaki harus berkata enak jika seorang wanita memasakkannya makanan, meskipun tak enak di lidah rasanya.
Kinar juga memakan masakan Daniel, ia berkata, “Daniel. Ini masakanmu? Enak banget makanannya!”
Daniel terbatuk, ia mengambil air minum dan menjawab sambil tersenyum, “Iya, itu masakanku. Masakanmu juga enak kok.”
“Kamu gakpapa?” tanya Kinar dengan khawatir.
“Gakpapa kok. Aku tadi makannya terlalu cepat, makanya tersedak,” Daniel menjawab dengan alasan yang masuk akal.
Sebenarnya alasan Daniel tersedak selain keasinan adalah karena pemberitahuan sistem yang tiba-tiba. Pemberitahuan ini adalah tugas kedua.
“Memicu tugas acak!”
Melihat Daniel masih terbatuk, Kinar kemudian bertanya, “Beneran kamu baik-baik aja?”
“Benar,” Daniel menjawab, setelah berhenti sebentar, ia kemudian berkata dengan serius, “Kinar, aku mau ngomong sesuatu.”
“Apa itu?” Kinar bertanya dengan sedikit tertarik.