System Technology And Superpower - 23 Bab 23
Yudhistira langsung marah melihat Bella dan Daniel bercanda, ia telah melihat ini setiap hari.
Kebencian Yudhistira pada Daniel menjadi lebih tinggi lagi saat Kinar berinisiatif mendatangi Daniel ke kelas. Belum lagi sikap ramah Kinar pada Daniel, membuatnya ingin memusnahkan Daniel dari muka bumi.
Jika tatapan Yudhistira dapat membunuh seseorang, maka Daniel bisa mati ratusan kali, bahkan ribuan kali!
“Aku sudah pintar, ganteng, baik, dan sempurna sebagai lelaki, tapi mengapa mereka tidak memperhatikanku?” pikir Yudhistira
Yudhistira sangat marah, bahkan ingin membunuh Daniel sekarang.
Ia mengepalkan tangannya dan menatap Daniel tajam. Ia bersumpah bahwa hari ini dia akan memberikan Daniel pelajaran. Membuat Daniel tak bisa berdiri lagi!
…
Daniel sedang bersenda gurau dan mengobrol dengan Bella, tapi dia merasakan seseorang menatapnya. Ia mencari-cari siapa yang menatapnya. Ia menemukan Yudhistira menatapnya dengan mata merah.
Daniel hanya membalas Yudhistira dengan senyuman sinis.
Hal ini membuat Yudhistira makin geram hingga pulpen di tanggannya patah.
Daniel hanya tertawa kecil.
Bella merasa aneh melihat ini. Ia kemudian bertanya, “Ada apa, Daniel? Apa ada yang lucu?”
Daniel mengalihkan perhatiannya pada Bella lagi, ia berkata sambil tertawa, “Nggak ada apa-apa kok. Yang lucu itu wajahmu.”
Wajah polos Bella merona merah, ia bergumam, “Daniel tukang gombal.”
Daniel terbatuk mendengar ini, ia mengusap hidungnya seolah-olah tak tau apa-apa.
Bel masuk berbunyi, tak lama kemudian guru pun masuk.
Guru ini adalah guru olahraga, namanya adalah Pak Jordan. Entah disengaja atau tidak, Pak Jordan ini hobinya bermain basket.
“Anak-anak, hari ini kita akan olahraga bola besar – bola basket. Silahkan ganti pakaian kalian. Waktunya hanya 15 menit!” kata Pak Jordan dengan tegas.
“Baik, Pak!” jawab semua murid serentak.
Ada aturan tak tertulis di kelas 11-B TKJ, yaitu siswi lebih dulu menggunakan kelas untuk berganti pakaian, sedangkan siswa harus menunggu di luar kelas. Aturan lainnya adalah, jika ada siswa yang mengintip, langsung di keroyok oleh para siswi.
Pernah sekali saat Daniel terlambat ke sekolah karena membantu seorang nenek. Ia bingung melihat siswa semuanya di luar kelas, ia mengira kalau semua siswa dihukum, ia pun melihat keadaan dalam kelas lewat jendela.
Max dan Regi sudah menyarankan Daniel untuk tak melihat ke dalam, namun tak dihiraukan oleh Daniel karena Daniel sering dikerjai oleh mereka berdua. Juga, siswa lain memberitahunya bahwa mereka dihukum.
Daniel baru saja melihat keadaan dalam kelas, ia langsung ditatap tajam oleh semua siswi.
Keringat dingin langsung muncul di wajah dan punggungnya.
Daniel panik dan langsung kabur, hal itu membuat siswi lain tambah salah paham. Semua siswi langsung menyelesaikan berganti seragam dan langsung mengejar Daniel.
Daniel tak bisa lari kemana-mana, ia dikepung oleh banyak siswi. Ia pun harus rela wajahnya babak belur.
….
Beberapa menit kemudian, siswi sudah selesai berganti, siswa pun memasuki kelas untuk berganti pakaian.
Yudhistira meraih tasnya, kemudian mengeluarkan seragam olahraganya. Ia membuka seragam putih abu-abu, dan menujukan bentuk tubuhnya, banyak siswi melihat ini langsung berteriak.
“Kyaa! Roti sobek, roti sobek!”
“Aku tak pernah bosan melihatnya setiap minggu!”
Yudhistira bangga mendengar teriakan teriakan banyak siswi tentang bentuk tubuhnya, ia dengan sengaja memperlambat gerakannya agar lebih banyak siswi memujinya.
Bentuk tubuh Yudhistira tak terlalu kekar, hanya saja, otot perutnya baru terbentuk. dengan badannya berkulit putih, menambah nilai plusnya.
Daniel hanya tersenyum melihat reaksi siswi di kelas, ia tak terlalu memperdulikannya.
Daniel melepas seragamnya secara perlahan karena pakaiannya agak ketat hari ini.
Bentuk tubuhnya perlahan-lahan terlihat. Sejak menggunakan serum prajurit super, tubuhnya menjadi lebih terbentuk.
Bella saat ini sedang memasukan seragam putih abu-abunya ke dalam tas. Ia berkata, “Daniel-”
Ia terkejut hingga tak bisa berkata-kata setelah melihat Daniel.
Daniel menghentikan tindakannya, ia menengok pada Bella dan bertanya, “Ada apa, Bella?”
Namun, Bella tak menjawabnya. Hanya darah mulai mengalir dari hidungnya.
Daniel agak panik, ia langsung memeriksa dahi Bella dan bertanya, “Kamu kenapa, Bella? Kamu sehat, kan? Nggak demam, kan?”
Bukannya berhenti mimisan, malah mimisan Bella semakin menjadi. Ia berkata dengan lemah, “Daniel, ah-”
Daniel menjadi lebih panik, ia berteriak, “Silvia, Silvia!”
Silvia segera menoleh ke arah Daniel dan menemukan Bella yang mimisan. Ia langsung berlari menghampiri Bella.
Teriakan Daniel juga menarik perhatian murid lainnya. Perhatian yang tadinya tertuju pada Yudhistira kini berbalik pada Daniel dan Bella.
Silvia melihat bentuk tubuh Daniel langsung ikutan mimisan.
Daniel terkejut melihat Silvia juga ikutan mimisan.
“Hei, apa yang terjadi saat ini?” pikir Daniel.
“Max, Regi!” Daniel memanggil dua sahabatnya.
“Ada apa, Niel?” tanya Max.
“Kalian berdua segera bantu Silvia. Bawa dia ke UKS,” kata Daniel yang membantu Bella untuk duduk ke kursi. Ia pun kembali menoleh ke arah Max dan Regi, “Awas saja kalau mencari kesempatan dalam kesempitan.”
Keduanya terkejut, kemudian menjawab serentak, “Baik, Bos!”
“Bos kepalamu! Ayo bantu di ke UKS! Aku akan membawa Bella setelah benganti baju.”
Daniel dengan cepat berganti baju ke baju olahraga. Saat berganti pakaian, banyak siswi berteriak karena bentuk tubuhnya sangat bagus. Namun, Ia tak memperhatikan itu. Ia segera menggendong Bella yang lemas.
Dengan kekuatannya sekarang, mengangkat Bella adalah hal yang mudah.
Tak lama kemudian, Daniel dan Bella sampai ke UKS, Daniel kemudian membaringkan Bella di kasur.
Daniel kemudian melapor pada seorang dokter wanita yang menjadi penjaga UKS, kemudian pergi ke lapangan bersama Max dan Regi yang sudah menunggunya di luar ruangan.
….
Di lapangan, Pak Jordan sudah menunggu semua murid berkumpul. Ia melihat Daniel, Max dan Regi datang terakhir.
Namun, itu masih tepat waktu.
Pak Jordan kemudian memulai pemanasan dan murid-murid mengikutinya.
Saat olahraga, ketiga kelas bergabung, dari kelas 11-A, 11-B dan 11-C TKJ. Totalnya hampir mencapai seratus murid.
Pemansan berjalan lancar, kemudian Pak Jordan mulai memberikan materi mengenai bola basket.
lebih dari 30 menit penjelasan dan praktek, Pak Jordan berhenti. Ia berkata, “Saatnya game three-on-three, silahkan pilih tim kalian.”
“Baik, Pak!” jawab semua murid serentak.
Yudhistira senang mendengar ini. Ia menatap Daniel dengan provokatif, ia segera berkata, “Daniel, mari bermain three-on-three?”
Saat Yudhistira selesai berkata, sebuah suara berdering di kepala Daniel.
“Memicu Tugas!”
“Tugas : Mengalahkan Yudhistira dalam game three-on-three. Yudhistira adalah kapten tim basket sekolah. Kalahkan dia dan buatlah dia malu.
Syarat : Mengalahkan Yudhistira.
Hadiah : Exp 25%, Kacamata Pintar, Undian 1x.
Hukuman : Mengembalikan tubuh host kembali ke semula (sebelum menggunakan serum prajurit super).”
Daniel melihat ini menjadi bersemangat, ia tak menyangka kalau tugas akan segera datang lagi.
Ia menatap Yudhistira, kemudian berkata sambil memasang senyum provokatif juga, “Oh, siapa takut!”
Dahi Yudhistira berkedut, ia berkata dengan nada sombong, “Bagaimana kalau taruhan? Kalau kalah, traktir seluruh orang di jam olahraga hari ini, gimana?”
Daniel tertawa, senyum dingin terbentuk di bibirnya, “Oh, ayo. Semua murid jadi saksinya!”
Pak Jordan menjadi tertarik dengan kompetisi keduanya, ia mengambil inisiatif untuk menjadi wasit.
Di tim Daniel, ada Max dan Regi. Sedangkan di tim Yudhistira ada Ardi dan Fahri, ketiganya adalah pemain basket sekolah yang sering di kirim ke kompetisi daerah kadang ke kompetisi nasional.
Di pinggir lapangan, Silvia yang sudah kembali saat penjelasan materi, menatap Daniel dengan cemas. Ia tahu bahwa Daniel tak mempunyai banyak uang untuk mentraktir seluruh murid.
Sedangkan Bella, ia menatap Daniel dengan semangat, kemudian berteriak, “Daniel, semangat Daniel!”
Silvia juga bersorak untuk Daniel, sorakannya tak kalah dari Bella. Ia tak memperdulikan lagi bagaimana pandangan murid lain tentangnya.
Keduanya seakan-akan sedang berkompetisi untuk menyemangati Daniel.
Daniel tersenyum mendapatkan semangat dari mereka berdua.
Sedangkan wajah Yudhistira semakin suram.
Pak Jordan sudah memegang bola basket di tengah lapangan, kedua tim kemudian mengatur posisi.
Untuk mendapatkan Bola saat play-off, Daniel memilih Max, sedangkan dia berada di samping Regi.
Sedangkan tim Yudhistira, Yudhistira sendiri yang mengambil posisi di depan.
Peluit dibunyikan, Pak Jordan pun melempar bola ke atas.