System Technology And Superpower - 24 Bab 24
Ketika Pak Jordan baru saja melempar bola ke udara, Max belum siap. Seseorang sudah melompat tinggi dan meraih bola basket.
Melihat Yudhistira telah mendarat dan mulai menggiring bola, Max tampaknya belum menanggapi, dan beberapa orang yang hadir berteriak senang.
Mendengar teriakan di luar lapangan, Yudhistira bersemangat, kemudian dia dengan cepat berlari ke arah Daniel yang melakukan gerakan defensif.
Yudhistira mencoba untuk melewati Daniel menggunakan trik. Namun, belum sempat dia melakukan trik, bola ditangannya sudah hilang dan Daniel dengan cepat berlari di belakanganya.
Meskipun dia tidak tahu mengapa Daniel bisa begitu mudah merebut bola darinya, dia tidak berpikir bahwa Daniel, yang jarang menyentuh bola basket, bisa merebut bola dan menerobos pertahan timnya.
Yudhistira memerintahkan Fahri untuk menjaga Daniel, sedangkan dia fokus ke pertahanan.
Daniel yang melihat Regi berdiri tanpa pengawalan langsung mengoper bola. Regi dengan cekatan menggiring bola ke area pertahanan tim Yudhistira.
Fahri juga bergerak cepat untuk mengawal Regi yang sedang bebas.
Regi mengetahui bahwa Fahri akan mengawalnya, ia kemudian mengembalikan bola pada Daniel.
Yudhistira tak tinggal diam, dia dengan cepat mendekati Daniel dan melakukan gerakan defensif.
Melihat Yudhistira dalam posisi defensif, mulut Daniel menunjukkan senyum percaya diri, kemudian kakinya sedikit ditekuk dan tangannya terangkat.
“Apa yang dia coba lakukan?”
Saat Yudhistira memikirkannya, dia sudah melihat Daniel melompat.
“menembak? Ini satu meter dari garis tiga poin. Apakah orang ini gila? ”
Sekali lagi, dia melihat ke arah Daniel yang melakukan gerakan itu, kemudian bola basket itu melengkung dengan anggun di udara dan langsung masuk ke dalam jaring.
Masuk!
Tidak ada yang menduga bahwa Daniel benar-benar memilih mencetak tiga poin secara langsung, dan itu masih satu meter jauhnya dari garis tiga poin.
Seluruh penonton dibuat terkagum-kagum, bahkan Pak Jordan pun kagum.
Baru saja semua orang berpikir bahwa Daniel pasti akan kalah. Dan juga, dia akan kalah dengan sangat dipermalukan oleh Yudhistira. Tetapi, tidak ada yang menduga bahwa Daniel bisa mencetak poin, dan itu adalah mencetak tiga poin yang memukau.
Wajah Yudhistira penuh dengan ekspresi terkejut, tetapi kemudian keterkejutannya berubah menjadi kemarahan.
“Ini sunggu memalukan. Penghinaan ini datang dari sampah yang telah kupandang rendah,” pikir Yudhistira.
Yudhistra mengambil bola basket, dan ketika dia berjalan melewati Daniel, suaranya dingin, “Sampah, jangan berpikir bahwa kamu bangga karena mencetak tiga poin. Aku memberitahumu bahwa itu hanyalah keberuntungan semata, sebuah kebetulan saja. Saat berikutnya, aku akan membiarkanmu merasakan rasa penyesalan karena bertaruh denganku. ”
Mendengarkan ocehan Yudhistira, Daniel memandang ke arah Yudhistira tanpa ragu, dan kemudian berkata dengan nada serius, “Lalu? Aku juga menantikan keahlian basketmu yang luar biasa itu, kapten tim sekolah.”
Setelah itu, Daniel menggunakan langkah defensif.
Dengan pengalamannya sebelumnya, Yudhistira memandang Daniel dengan jijik.
Ia menatap lurus ke arah Daniel, menggiring bola dengan berirama, meskipun ia berpikir bahwa kehilangan bola tadi hanyalah keberuntungan Daniel, tetapi ia tidak tahu mengapa di dalam hatinya ada perasaan buruk.
Melihat tindakan Daniel tidak menjaga ketat dirinya sendiri, Yudhistira segera bergerak, dan gerakannya dipercepat untuk melewati Daniel, berniat untuk langsung melewati sisi lain.
“Hanya ini?”
Dalam menghadapi terobosan Yudhistira, Daniel hanya diam saja, tanpa pengawalan dan membiarkan Yudhistira melewatinya.
“Daniel benar-benar tidak bisa bermain basket, hanya sedikit keberuntungan.”
“Itu hanyalah sebuah tindakan pertahanan dasar, tapi dia tak bisa melakukannya.”
Daniel tak memperhatikan komentar para penonton, tapi Bella dan Silvia sedikit gugup karena Daniel dengan mudah dilewati, tak seperti sebelumnya.
Hati Yudhistira agak ragu-ragu. Menurutnya reaksi Daniel tidak terlalu lambat, tetapi dia menyadari bahwa sudah tak ada waktu lagi untuk memikirkannya.
Setelah melewati Daniel, Yudhistira tidak berhenti dan berencana untuk melakukan tiga langkah lay-up.
Sebelumnya, Daniel telah mempermalukan dirinya, dan sekarang Yudhistira menganggap bahwa dia bisa menyelamatkan wajahnya dari rasa malu melalui lay-up.
Yudhistira melopat, ia ingin memasukan bola dalam keranjang.
Namun, Daniel tiba-tiba bergerak seperti seekor cheetah yang menyerang mangsanya, sungguh menakjubkan!
Yudhistira bahkan merasakan angin dingin datang dari belakang, dan dia terkejut.
Namun, sebagai kapten tim sekolah, Yudhiatira juga berpartisipasi dalam banyak pertandingan bola basket dan tidak panik, tetapi mengguncang pergelangan tangannya dan melempar bola basket.
Lay-up tiga langkah adalah gerakan spesial Yudhistira, selama dia bisa melakukan langkah ini, tidak akan pernah kehilangan bola.
Namun, kali ini, tampaknya sesuatu telah terjadi –
Yudhistira dan semua orang yang terkejut, Daniel tiba-tiba muncul di belakang Yudhistira, melambaikan tangan kanannya dan melibas bola basket menjauh dari Yudhistira.
Semua yang ada di lapangan tak menyangka Daniel akan menggunakan ide ini untuk merebut bola dari tangan Yudhistira.
“Gila, apa Daniel bukan manusia lagi, bagaimana bisa melompat begitu tinggi?”
“Sengaja membuat Yudhistira menerobos?”
Setelah keheningan, suasana lapangan langsung bersemangat, dan tindakan Daniel menjadi fokus diskusi para murid.
Sebelumnya, semua orang tidak bisa memahami terobosan mudah Yudhistira. Tetapi, ketika mereka melihat Daniel mengambil bola dengan cara seperti itu, mereka akhirnya menyadarinya.
Angkat setinggi langit, jatuhkan sampai ke dasar neraka!
Tak membuang kesempatan, Regi segera mengambil bola yang bergulir bebas. Menggiring bola dan menemukan Daniel tanpa penjagaan, ia segera mengoper bola.
Daniel menangkapnya dengan sangat lengket, ia menggiring bola, lalu melihat Max sendirian, ia langsung mengoper dan berlari mendekati ring.
Max mengerti pergerakan Daniel, ia menahan bola sebentar dan menggiringnya untuk memancing Fahri.
Daniel membuat momentum, dia mengambil ancang-ancang untuk melompat.
Semua orang di lapangan yang melihat momentum Daniel menahan napas, menunggu aksi Daniel yang memukau lainnya.
Max langsung mengirim bola kepada Daniel.
Daniel melompat, menangakap bola di udara.
Kemudian, ia menghempaskan bola ke dalam ring.
Slam Dunk!
Suasana di lapangan menjadi sunyi.
tab, tab, tab!
Setelah suara pantulan bola basket berhenti, suasana yang sunyi menjadi ramai. Teriakan demi teriakan menggema di lapangan.
“Gila! Daniel memang gila!”
“Slam dunk terbaik tahun ini!”
“Hei! Daniel sangat keren!”
“Seharusnya Daniel yang menjadi kapten tim basket, bukan Yudhistira!”
Suasana yang ramai ini membuat banyak murid yang sedang belajar di kelas bingung.
Yudhistira yang berlari ingin mengejar Daniel langsung berhenti, mulutnya terbuka lebar karena sangat terkejut.
Hatinya semakin terasa sakit, harga dirinya semakin terinjak-injak, kemarahannya semakin meluap, kebenciannya semakin kuat. Ia menatap Daniel dengan tatapan membunuh.
Bella dan Silvia juga sangat terkejut, terutama Silvia. Ia tak menyangka bahwa teman masa kecilnya akan bermain basket sebagus ini.
Daniel melihat sekeliling saat berada berpegangan pada ring basket, dia melihat banyak yang memuji dan berteriak namanya, ini membuatnya jadi gemetaran. Bukan karena takut, tapi karena kebahagiaan. Sudah lama dia tak mendengar teriakan pujian dari orang banyak seperti ini.
Daniel mencoba menenangkan dirinya dengan bisikannya, “Hei, tenang saja, teriakan seperti ini akan lebih sering lahi terdengar di masa depan.”
Setelah melepas pegangan dari ring basket, Daniel mendarat dengan sempurna.
Daniel kemudian mengusap keringat di wajahnya menggunakan baju bagian bawahnya yang menyebabkan otot perut hingga otot dadanya kelihatan.
Ditambah dengan wajah tampan dan butiran keringat di wajahnya, ini menambah nilai plus ketampanannya.
Gerakan dan penampilan Daniel membuat banyak siswi berteriak kegirangan.
Daniel telah menjadi pria yang sangat tampan!
Ia menjadi merinding mendengar teriakan para siswi.
Ia segera menghampiri dua sahabatnya, keduanya tersenyum dan memberikan acungan jempol.
Daniel membalas mereka dengan senyuman.
Max memukul punggung Daniel dan tertawa, ia berkata, “Slam dunk yang bagus! Melihat kau berada di udara sambil menangkap operanku juga membuatku bangga. Tanpa assistku kau tak bisa melakukan itu, Haha.”
Regi menggelengkan kepalanya, “Itu semua berkatku. Tanpa aku yang mengambil bola, kalian berdua tak bisa melakukan hal itu.”
Daniel hanya tertawa tanpa bicara, kedua sahabatnya ini memang seperti ini.
Max dan Regi pun beradu argumen, Daniel tersenyum dan menepuk keras punggung mereka dan berkata, “Mari lanjutkan dan makan banyak di kantin!”
Keduanya berhenti dan menjadi bersemangat.
Semangat tim Yudhistira sangat menurun karena tiga aksi beruntun Daniel yang membuat momentum besar di lapangan. Ini membuat tim Daniel menjadi lebih dominan dalam mengatur tempo permainan.
10 menit three-on-three pun selesai, skor akhir adalah 23-0 untuk kemenangan tim Daniel!
….
Wajah Yudhistira menjadi lebih cemberut dan lebih marah, bahkan lebih malu. Ia ingin cepat-cepat meninggalkan lapangan.
Namun, ada seseorang yang menepuk bahunya, ia segera berbalik dan mengayunkan tangannya dengan kencang.
Namun, ayunan tangannya di tahan dengan mudah oleh orang itu.
Orang itu adalah Daniel.
Daniel menatap Yudhistira dan mengejek, “Hei, bukannya tadi taruhan ya? Apakah tuan muda ini mengingkari taruhannya?”
Mendengar ejekan Daniel, Yudhistira menjadi marah dan malu. Ia mencoba menarik tangannya, namun tak menyangka kalau pegangan Daniel seperti penjepit besi yang sangat kuat.
Ia mendengkus dingin dan berkata, “Lepaskan tanganku!”
Daniel segera melepaskannga, ia berkata seolah-olah dia ketakutan, “Oh, tuan muda ini sangat seram.”
Daniel melihat sekeliling dan berteriak, “Kawan-kawan! Hari ini, ketua kelas 11-B TKJ, Yudhistira telah kalah dalam pertandingan basket. Dia dengan senang hati mentraktir kalian di kantin. Setiap orang wajib menghabiskan 50.000 rupiah jatah traktir, kalau kalian ingin nambah pun, Yudhistira tak akan marah.”
Yudhistira sangat marah, ia ingin menyela tapi mendengar teriakan para murid membuatnya tak berani menyela dan dengan cepat menjawab, “Itu benar.”
Demi mengembalikan reputasi yang dipermalukan tadi, ia tak segan untuk mentraktir hampir seratus murid ini.
Daniel tertawa, ia sangat senang Yudhistira menghabiskan uang lebih dari 5 juta rupiah hanya untuk memberi makan orang lain. Sedikit demi sedikit, dendam di hatinya terbalaskan.
Bersamaan dengan itu, dering notifikasi terdengar.
“Tugas Selesai!”
“Selamat, Host mendapatkan Exp 25%.”
“Selamat, Host mendapatkan Kacamata Pintar.”
“Selamat, Host mendapatkan 1x kesempatan untuk memulai undian.”
Hal ini menambah kebahagian Daniel.
Semua murid langsung menuju kantin dan tak memperhatikan olahraga lagi. Selama satu hari ini, banyak tawa terdengar di kantin, terutama murid dari kelas 11 TKJ.
Secara total, Yudhistira membayar lebih dari 8 juta rupiah!
….
Bel pulang telah berbunyi.
Yudhistira yang sudah pulang, memasuki mobilnya dan berkata, “Bimo, selesaikan anak itu. Kali ini jangan beri dia ampun. Patahkan tangan dan kakinya.”
Bimo langsung mengerti maksud Yudhistira, ia langsung menjawab, “Baik, Den.”
Mobil Audi A5 segera melaju mengikuti seseorang.