System Technology And Superpower - 25 Bab 25
Setelah pulang, Daniel menuju mal di pusat kota.
“Susah juga kalo nggak ada kendaraan sendiri. Pesan taksi online aja deh.”
Tak lama kemudian, taksi online pun sampai.
Selama perjalanan, Daniel tak menyadari bahwa Audi A5 mengikutinya sejak awal. Tapi, bahkan jika Daniel tahu pun, ia tak akan menghiraukan itu. Paling banyak, dia hanya akan menatapnya.
Sesampainya di mal, Daniel langsung ke lantai 3, dimana ada berbagai macam toko pakaian, dari pakaian dalam sampai pakaian formal.
Daniel sebelumnya sudah mentransfer beberapa puluh juta penghasilan dari Sky Booster. Lia Siyu juga memerintahkannya untuk membeli pakaian formal.
Sebagai Ketua perusahaan teknologi tinggi, bagaimana bisa tak mempunyai pakaian formal. Selain itu, pakaian formal ini menunjukan status sebagai Ketua perusahaan. Kalau tidak, ia akan dipandang rendah oleh orang lain pada pandangan pertama.
Daniel pertama masuk ke sebuah toko pakaian bernama Hackett.
Seorang pelayan wanita melihat seseorang masuk. Ketika ia melihat Daniel, wajahnya langsung berubah jijik.
Hei, hanya seorang siswa sekolah menengah dan lusuh begitu, bagaimana bisa membeli baju di toko mahal ini?
Namun, sebagai pelayan profesional, ia menunjukan senyum profesionalnya. Ia menghampiri Daniel dan bertanya, “Hei, anak muda, apa yang kamu lakukan di sini?”
Daniel mendongak melihat pelayan wanita, ia berkata, “Tentu saja membeli pakaian, apalagi yang kulakukan kalau ke toko pakaian ini?”
Alis pelayan perempuan mengeryit, ia tak sabar lagi dan berkata dengan jijik, “Kau hanya seorang siswa miskin dengan pakaian lusuh begitu, bagaimana kau mau membeli pakaian disini yang harganya melampaui jutaan rupiah.”
Daniel menggelengkan kepalanya dan menghela napas, “Sayang sekali. Toko semahal ini mempunyai pelayan kualitas rendah. Jika aku menjadi manajer toko di sini, pasti sudah kupecat.”
Daniel mengabaikan pelayan perempuan dan menuju bagain pakaian formal. Ia mengambil 1 set pakaian formal.
Ia mencoba memakai pakaiannya dan itu cocok padanya. Setelah itu langsung menuju kasir dan membayarnya.
Sementara pelayan wanita tadi sibuk memanggil penjaga keamanan untuk membawa Daniel pergi.
“Pak, tangkap anak itu. Dia mencuri pakaian di toko ini,” kata pelayan wanita.
Dua orang penjaga keamanan dengan cepat menangkap Daniel dengan cara kasar.
Daniel melawan sedikit dan kedua penjaga keamanan itu tersungkur.
Ia kemudian menyerahkan kartu kreditnya pada kasir.
Kasir wanita itu menatapnya dengan wajah heran dan sedikit takut. Ia segera melakukan prosedur pembayaran dan segera selesai.
Setelah melakukan pembayaran yang melebihi 20 juta rupiah itu, ia meninggalkan toko Hackett dengan cepat. Namun, seorang pria paruh baya memanggil dengan suara keras.
“Hei, Nak!”
Daniel menoleh, ia melihat ke kiri dan ke kanan, tapi tak menemukan seorang pun di sekitarnya. Ia kemudian menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bertanya.
“Iya, siapa lagi selain kau!”
Daniel dengan ringan menghampiri pria paruh baya, ia berkata, “Ada apa, pak tua?”
“Kenapa kau mengacau di tokoku? Apa kualifikasimu berani-beraninya mengacau di tokoku, hah?” kata pria paruh baya.
Daniel menggelengkan kepalanya dan menghela nafas lagi, ia berkata, “Ternyata manajer dan pelayan sama saja, sama-sama sombong.”
Ia menatap pria paruh baya dan melanjutkan, “Pak tua, pelayanmu sangat sombong. Hanya karena penampilanku seperti orang miskin, dia tak sopan padaku. Dia bahkan mengataiku, apakah itu etika sebagai pelayan profesional? Bahkan kamu sendiri pak tua, begitu sombong. Aku membeli 1 set pakaian ini dan sudah membayarnya dengan lunas. Kamu bisa memeriksanya pada kasir di sana.”
Pria paruh baya itu menatap sang kasir, dan kasir pun mengangguk seperti ayam mematuk butiran jagung.
Pria itu langsung merubah ekspresinya dan meminta maaf, “Maafkan kualitas pelayanan kami. Kami akan memberimu kompensasi.”
Daniel melambaikan tangannya dan berkata, “Tak perlu. Bagaimanapun itu bukan salahmu sepenuhnya. Itu hanyalah salah pemimpin yang menunjukmu sebagai manajer toko di sini. Sangatlah salah memilihmu karena kualitas pelayananmu sangat buruk.”
Daniel langsung pergi setelah mengatakan itu. Wajah pria paruh baya itu menghitam karena sangat geram dan kesal.
Daniel menghela nafas dan berbisik, “Benar kata Lia Siyu. Kadang, penampilan mengubah penilaian seseorang. pepatah “Jangan menilai buku dari sampulnya” itu setengah benar dan setengah salah.”
Ia kemudian menuju area pakaian sekolah dan tak membutuhkan waktu lama untuk membelinya. Ia akhirnya bisa bernafas lega.
Daniel kemudian menuju toko ponsel dan langsung membeli 3 ponsel Samsung S9+ 6GB/128GB, itu menghabiskan lebih dari 40 juta rupiah.
Semua uang yang ia habiskan melebihi 60 juta rupiah.
“Hei, menghabiskan uang sangat mudah. Hatiku terasa sakit,” kata Daniel sambil tersenyum pahit.
Setelah membeli ponsel, ia membeli kantong hitam untuk membawa pakaian dan ponsel yang ia beli kemudian meninggalkan mal.
Pada saat ia meninggalkan mal, ia melihat sebuah mobil yang membuatnya sangat akrab.
Daniel langsung tersenyum melihat mobil ini. Ia dengan sengaja memilih untuk melewati gang dengan sedikit pejalan kaki dan tanpa kamera pengawas.
Bimo dan Yudhistira yang telah menunggu sejak lama segera bergerak mengikuti Daniel yang menuju gang sepi.
Keduanya merasa aneh dengan situasi ini, tapi karena ada Bimo, Yudhistira tidak takut.
Keduanya turun dari mobil dan akhirnya bisa menyusul Daniel yang sedang menunggu mereka sambil bersandar di dinding.
Daniel berkata, “Kalian lama sekali. Aku sudah bosan menunggu. Apakah kalian ingin memulainya sekarang?”
Daniel melonggarkan dasinya, menaruh tasnya, dan mengeluarkan pakaiannya dan tersenyum dingin pada keduanya.
Daniel berpikir, “Hei, jadi badboy ternyata keren juga, haha.”
Keduanya terkejut melihat Daniel yang sudah bersiap melawan mereka.
Yudhistira tertawa dan menatap Daniel dengan sangar, “Apakah ayam lemah ini mau melawan kami berdua? Hei, Bimo jangan beri ampun anak ini. FINISH HIM!”
Bimo tanpa bicara segera melesat maju menyerang Daniel.
Sudut mulut Daniel terangkat. Selain untuk membalas keduanya, ia juga bertarung untuk mendapatkan pengalaman bertarung langsung.
Jika berlatih tanpa pengalaman, itu tak ada gunanya. Suasana antara latihan dan bertarung langsung itu sangatlah berbeda.
Ini sebabnya Daniel tersenyum.
Daniel melihat serangan Bimo, itu adalah tinju lurus, ia pun segera menghindar dan melakukan serangan balik.
Bimo dengan tangkas menahan menghindari serangan balik Daniel dan memperbaiki kembali posisinya.
Ia segera meluncurkan tendangan langsung ke arah dada Daniel, tapi Daniel menghindarinya. Ia kemudian melanjutkan dengan tendangan berputar.
Daniel bergerak mundur, ia melakukan tendangan t dalam pencak silat, namun berhasil dihindari oleh Bimo.
Keduanya kemudian kembali beradu tinju.
Dengan reaksi cepat Daniel, ia dengan mudah mengimbangi Bimo.
Ia akhirnya memiliki kesempatan untuk memukul. Pertahanan Bimo terbuka saat ingin meninju wajah Daniel.
Daniel dengan cepat melancarkan tendangan ke arah perut Bimo.
Bimo tak mempunyai waktu untuk menghindar, ia mencoba mengangkat kakinya untuk menahan tendangan Daniel tapi sudah terlambat.
Bimo terhuyung mundur.
Daniel tak ingin membuang kesempatan, ia langsung meninju rahang Bimo dengan pukulan sideswipe.
“Ah!”
Suara Bimo terdengar kesakitan.
Kemudian Daniel menindaklanjuti dengan tendangan ke arah kepala, tapi Bimo masih bisa menunduk untuk menghindar.
Daniel berputar dengan cepat dan menendang dengan telapak kaki yang lain ke arah dada. Tendangan itu berhasil mengenai dada Bimo.
Bimo terpental beberapa meter.
Daniel menghampiri Bimo dengan cepat dan meninju perut Bimo.
Tinjuan ini sangat kuat hingga membuat mata Bimo terbelalak.
Bimo hampir pingsan saat ini.
Daniel menatap Bimo dengan tatapan dingin berkata, “Kau ingat beberapa minggu yang lalu saat kau hampir mematahkan lenganku? Oh, waktu itu sangat sakit rasanya. Apakah kau ingin merasakan bagaiamana rasanya lenganmu hampir patah? Baiklah, aku akan mengabulkan permohonanmu.”
Bimo menatap Daniel dengan rasa ketakutan. Meskipun itu bisa disebut sebagai tentara bayaran, tapi karena ia sudah terlalu lama bermanja dengan wanita tanpa pertarungan, keberaniannya hampir sama dengan preman jalanan.
“A-aku tak mau merasakan itu, tolong ampuni aku,” Bimo berkata dengan cepat.
“Maaf, sudah terlambat.”
Daniel menginjak lengan Bimo dengan keras hingga suara patah terdengar.
“ARGH!”
Teriakan rasa sakit Bimo terdengar keras.
Daniel kembali menatap Bimo dan bertanya, “Apakah kau menginginkannya lagi? Baiklah, dengan senang hati aku akan memberikannya.”
Daniel kembali menginjak lengan yang lain. Suara raungan horor kembali terdengar dengan keras.
Yudhistira yang menyaksikan keduanya bertarung mejadi merinding ketakutan.
Ia menatap Daniel seperti menatap iblis.
Ia merasakan tatapan seorang iblis diarahkan padanya.