System Technology And Superpower - 28 Bab 28
Setelah pulang, Daniel langsung membuka laptopnya dan memanggil Red Queen dan Via.
Keduanya muncul dalam bentuk holografik yang nyata.
“Via, bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanya Daniel.
“Sekitar 63%, Tuan. Bentar lagi bakal selesai kok, hehe,” jawab Via dengan tertawa kecil.
“Lanjutkan,” Daniel kemudian menoleh ke Red Queen, ia berkata, “Jangan melanjutkan proyek optimasi android, aku memiliki sesuatu.”
Red Queen menjawab dengan suara dingin, “Baik, Tuan.”
“Baiklah, aku mempunyai tugas untukmu, yaitu buatlah Asisten Pintar untuk sistem operasi android. Aku akan membantu juga.”
“Laksanakan, Tuan.”
Daniel menatap Via, ia berkata, “Via, setelah selesai, bantu aku dan Red kecil untuk mengerjakan proyek asisten pintar ini. Satu hal lagi. Jangan panggil aku Tuan, panggil saja Kakak, oke?”
“Baik, Kak.”
Meskipun panggilan Tuan berbuah menjadi Kakak, nada Red Queen tetap dingin.
“Hehe, baik Kakak, aku akan memanggilmu Kakak.”
Berbeda dengan Red Queen, jawaban Via seperti anak kecil yang bergembira.
“Via, kembali bekerja. Red kecil, ayo kita juga bekerja.”
Via langsung menghilang, sedangkan Red Queen bersama dengan Daniel memulai proyek asisten pintar.
Asisten pintar ini seperti Google Assistant, namun lebih canggih daripada Google Assistant.
Asisten pintar ini dapat berganti aplikasi, menelusuri aplikasi, input suara, pencarian, mengobrol, dan bisa mengendalikan seluruh ponsel dengan suara saja.
Tentu saja keakuratan suara sangat akurat, dan akan lebih akurat jika perangkat keras mikropon ponsel lebih canggih lagi.
Asisten pintar juga sudah memasuki area kecerdasan buatan.
Asisten pintar harus memiliki kode sumber inti dan arsitektur sistem operasi, sesuai dengan kode dan desain arsitektur, dapat dijalankan. Tanpa ini, asisten pintar tidak dapat berjalan atau akan dibatasi oleh sistem operasi ponsel sebagai perangkat lunak yang tidak dikenal.
Alasan Daniel memilih Android karena bertipe open source, tidak seperti iOS yang close-source sehingga tak bisa memasuki kode sumber iOS.
Daniel menggunakan bahasa komputer yang lebih sederhana dan lebih kuat lagi untuk menyusun asisten pintar. Karena ini, Red Queen menjadi bingung.
Daniel memperhatikan ini dan akhirnya ia pun membuka mulutnya, “Red kecil, bahasa komputer yang aku gunakan ini lebih sederhana dan lebih kuat daripada bahasa komputer yang digunakan pada kode sumber kecerdasan buatanmu. Aku akan mengajarimu perlahan-lahan.”
“Baik, Kak,” Red Queen membalas.
Daniel dan Red Queen terus bekerja, sesekali Daniel mengajarkan beberapa bahasa komputer yang disederhanakan pada Red Queen.
Mereka bekerja sampai jam dua siang, perut Daniel terasa lapar.
Ia membiarkan Red Queen untuk melanjutkan pekerjaan dan Daniel memasak.
Sambil memasak, dia melihat berita online. Ada berita tentang Sky Booster muncul di portal berita online tersebut.
“Terkejut! Google membeli sebuah aplikasi booster, Sky Booster dari perusahaan yang baru berdiri di indonesia, PT. Sky Technology. Apakah ini kebangkitan Teknologi Indonesia?”
“Google membeli sebuah aplikasi Booster dengan harga jutaan US Dollar!”
“Sky Booster, aplikasi yang dibeli oleh Google dari perusahaan baru Sky Technology!”
“PT. Sky Technology, Perusahaan baru yang sudah melesat ke perusahaan menengah!”
Berbagai berita mengenai transaksi tadi pagi memenuhi berita di berbagai situs berita online, tak hanya di indonesia, kabar itu bahkan berhembus sampai ke negeri China.
Daniel tersenyum melihat ini, kepribadiannya semakin berubah, ia awalnya acuh tak acuh, menjadi lebih tenang dan lebih berani lagi.
Daniel menyelesaikan masakannya, kebetulan saat itu pintu terbuka.
“Kakak, kami pulang!” kata Rika dengan semangat dan masuk ke rumah.
Raka tak berbicara, ia langsung melepas sepatunya dan masuk langsung ke kamar.
“Selamat datang!” teriak Daniel dari dapur.
Rika datang ke dapur, ia ingin membantu Daniel, namun langsung dihentikan Daniel.
“Ganti dulu bajumu, setelah itu langsung makan. Kalau mau bantu, cuci piring aja nanti setelah makan.”
Rika tertawa, ia menjawab, “Oke Kak.” Kemudian langsung ke kamar dan berganti pakaian.
Setelah berganti pakaian, Rika memanggil Raka ke dapur, mereka pun makan bersama.
Daniel kembali ke kamar setelah selesai makan, ia mengatakan pada Rika bahwa ia tak akan keluar sampai makan malam.
…
Keesokan harinya.
Daniel bangun tidur dengan wajah segar, meski ia tadi malam tidur jam satu dinihari, dengan tubuh yang sudah diperkuat, bahkan dengan tidur tiga sampai empat jam pun tubuhnya akan segar kembali.
Melakukan kegiatan seperti biasanya, Joging, latihan seni beladiri, kemudian masak untuk kedua adiknya, lalu mandi dan berangkat sekolah.
Sesampai di sekolah, Daniel duduk di tempatnya, kemudian seseorang menyapanya.
“Selamat pagi, Daniel!”
Daniel menoleh, ia melihat Bella yang menyapanya, ia berkata, “Selamat pagi, Bella.”
“Daniel, kamu kemarin kenapa nggak masuk sekolah? Apa kamu sakit?” tanya Bella dengan wajah khawatir.
Daniel tersenyum, “Nggak, aku baik-baik aja, hanya sedikit masalah kok.”
Bella menghela nafasnya, ia berkata, “Syukurlah kamu baik-baik aja.”
Daniel tertawa, ia berkata dengan sedikit menggoda Bella, “Sepertinya ada yang mengkhawatirkanku ya.”
Wajah Bella memerah, ia tak membalas perkataan Daniel. Ia segera mengganti topiknya, “Ohya Daniel, apa kamu tau kalau Yudhistira wajahnya bengkak-bengkak? Kata mereka sih dia dipukuli sama orang jahat.”
“Oh?” Daniel pura-pura terkejut, ia melanjutkan, “Benarkah? Yah, bahkan jika benar, itu bukan urusanku sih.”
Jika Yudhistira mendengarkan apa yang dikatakan oleh Daniel barusan, dia pasti akan sangat kesal dan sangat marah.
Sangat kebetulan sekali, Yudhsitira memasuki kelas, wajahnya yang bengkak sudah sembuh sedikit.
Ketika memasuki kelas, Yudhistira bahagia ketika ia melihat Bella. Namun, kebahagiaannya hanya sebentar saja. Saat melihat Daniel mengobrol dengan Bella, tatapannya berubah menjadi tatapan kemarahan dan tatapan dengan niat membunuh.
Daniel merasakan tatapan seseorang, ia pun menoleh dan menemukan Yudhistira menatapnya dengan mata merah.
Daniel tersenyum, ia menyapa Yudhistira dengan nada ringan, “Oh, ketua kelas. Bagaimana kabarmu ketua kelas?”
Seisi kelas terkejut dengan nada Daniel yang santai. Seluruh siswa di kelas 11 TKJ tahu bagaimana rasa saling benci keduanya, puncaknya adalah saat Yudhistira merebut pacar Daniel, Mitha.
Sejak saat itu, kebencian antara keduanya semakin kuat.
Di mata mereka Daniel adalah orang yang salah, sehingga mereka sering membully Daniel.
Namun, semakin mereka membully Daniel, semakin acuh tak acuh dia.
Wajah Yudhistira geram, tapi ia tak bisa menunjukan kegeramannya. Ia segera tersenyum dan berkata, “Baik-baik saja, tumben sekali Daniel peduli pada ketua kelas ini.”
Daniel tak terganggu dengan ucapan Yudhistira. Ia segera membalas, “Aku ini hanyalah siswa biasa yang miskin, bagaimana bisa mengobrol ria dengan tuan muda dari perusahaan besar. Ohya, bagaimana bisa ketua kelas yang di kawal pengawal khusus bisa babak belur, apakah diserang oleh gangster?”
Yudhistira tak bisa lagi menyembunyikan wajah geramnya lagi.
“Daniel, kau…!”
Daniel pura-pura takut, ia langsung berkata, “Oh tuan muda, jangan menakut-nakuti siswa miskin ini. Baiklah, sepertinya itu topik sensitif bagi ketua kelas yang baru saja babak belur.”
“Nah ketua kelas, bagaimana dengan kabar aplikasi yang dibuat oleh perusahaanmu, Sky Booster?” tanya Daniel dengan sedikit senyum.
Bella yang dari tadi memperhatikan akhirnya berbicara juga, “Iya, bagaimana kabar aplikasi itu Yudhistira?”
Yudhistira tak memperhatikan berita-berita terbaru, ia hanya fokus pada bermain game. Karena ia merasa sudah sangat lpintar, ia tak mau belajar.
Karena Bella sudah berbicara, demi memperbaiki wajahnya didepan Bella, ia pun berkata dengan percaya diri, “Oh, tentu saja aplikasi itu lagi diperbaiki dan ditingkatkan lagi performanya. Aku juga berpartisipasi langsung dalam pembuatannya saat liburan sebulan yang lalu.”
Daniel segera tertawa, ia bertanya, “Benarkah kau berpartisipasi saat pembuatannya? Sekarang perusahaanmu lagi meningkatkan kinerja aplikasinya?”
Yudhistira tak mengetahui niat Daniel, meskupun ia merasa aneh, ia tetap menjawab dengan kebohongan yang sudah dipikirkannya, “Tentu saja benar. Aku juga sudah datang ke perusahaan kemarin sore. Meskipun wajahku bengkak, aku masih bisa membantu mereka.”
Daniel tertawa lagi, beberapa siswa di kelas bingung kenapa Daniel tertawa, begitu juga Bella yang ada di sampingnya. Namun, ada beberapa lagi yang langsung terdiam dan segera mengerti apa yang dimaksudkan oleh Daniel.
Daniel tak tahan lagi, ia pun berkata sambil menujukan berita di ponselnya, “Bukannya Google sudah membeli Sky Booster? Bagaimana bisa kau tak mengetahui berita ini? Perusahaanmu bukan Sky Technology, bukan? Berarti semua yang kau katakan adalah kebohongan dan omong kosong, kan?”
Boom!
Seisi kelas terdiam. Hanya suara tawa Daniel yang terdengar.