System Technology And Superpower - 29 Bab 29
Yudhistira belum pernah merasakan dipermalukan di depan umum seperti ini. Ia menundukan wajahnya yang merah karena malu, belum lagi ditertawakan oleh Daniel yang menambah rasa malunya.
Namun, rasa malu itu akhirnya berubah menjadi amarah, ia menatap Daniel dengan tajam.
Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi pintu kelas terbuka.
Semua perhatian mengarah pada orang yang membuka pintu kelas.
Daniel juga memperhatikan itu, tapi dengan keadaan masih tertawa.
Orang yang membuka pintu kelas adalah Max dan Regi. Keduanya bingung kenapa ditatap oleh semua orang di kelas dan juga bingung oleh tawa solo Daniel yang mengisi kesunyian ruang kelas.
Keduanya saling bertatap muka
Max pun angkat bicara, “Ada apa ini, Regi? Kok pada diam semua?”
Regi mengerutkan keningnya, ia berkata, “Ngapain nanya ke aku, kan datangnya tadi sama-sama. Gimana sih?”
Max menepuk dahinya, Ia pun bertanya lagi, “Tau nggak kenapa muka Yudhistira merah banget kayak kepiting kena api terus kebakar jadi arang yang akhirnya menjadi debu yang berterbangan?”
Suara Max tidak keras, tapi seluruh murid di kelas mendengarnya dengan jelas.
Regi juga berpikir, ia berkata, “Tapi kepitingkan terlalu merah, kalo dia itu ada merah mudanya, mukanya bonyok gitu, mirip apa ya?”
Max menggelengkan kepalanya, “Ah, aku tau. Kalo mukanya kemerahmudaan, terus pipinya bengkak, itu mirip kayak Chu Fat Kai.”
Boom!
Beberapa siswa tak tahan lagi untuk menahan tawa, akhirnya melepaskan suara tawa mereka yang memenuhi seluruh kelas.
Dengan ini Yudhistira menjadi semakin malu. Ia menjadi bahan olokan trio Daniel.
Regi memdengarnya juga tertawa, tapi dia dengan cepat memprotes Max, “Hei, itu terlalu kasar untuknya. Maksudku, terlalu kasar untuk Chu Fat Kai, dia lebih mirip babi.”
Akhirnya, semua murid di kelas tertawa.
Yudhistira tak tahan lagi, ia mengebrak meja. Suara nyaring itu menyebabkan semua orang berhenti tertawa.
Semuanya terkejut, tapi tidak dengan trio Daniel.
Daniel pura-pura takut dan berkata, “Ya Tuhan, ketua kelas sudah ngamuk. Max, Regi, kalian gak takut apa?”
Max pura-pura merinding, namun kepura-puraannya terlalu berlebihan, ia berkata sambil menjerit seperti perempuan, “Hii, kalau Tuan Muda sudah marah, habislah kita Daniel! Tuan Muda akan membawa pasukan lumpur bersama-sama untuk menghajar kita.”
Regi mundur selangkah, ia juga berkata, “Hii, takut!”
Melihat ketiga akting seperti itu, Yudhistira semakin marah, ia kembali menggebrak meja lalu berkata dengan suara penuh amarah, “Diam kalian bertiga!”
Ketiganya saling menatap satu sama lain, kemudian duduk di kursi mereka masing-masing dan diam.
Murid lain pun mengikuti langkah ketiganya untuk kembali ke kursi masing-masing.
Yudhistira melihat ini menjadi senang. Kalian takut dengan Tuan Muda tampan ini? Hei!
Yudhistira kemudian duduk di meja guru, ia kemudian menggebrak meja beberapa kali untuk menunjukan aura mendominasinya.
Namun, ia tak menyangka trio Daniel masih tertawa.
Ia sekali lagi menggebrak meja guru dengan seluruh kekuatannya.
BAM!
Akhirnya, ketiganya berhenti juga tertawa.
Yudhistira menunjukan senyum kemenangan, ia tak peduli lagi bagaimana citranya di sekolah, ia kemudian berkata dengan nyaring, “Kalian dengar! Jangan melakukan hal seperti yang dilakukan oleh ketiga orang idiot itu yang berani mengejekku! Jika kalian berani, kalian akan bernasib seperti ketiga orang itu nantinya! Lihatlah akibat bagi mereka yang mengejekku saat pulang sekolah nanti.”
Semua murid menundukan kepala mereka.
Yudhistira menjadi semakin bangga karena menurutnya pidatonya berhasil menakut-nakuti para siswa.
Namun, kebahagian Yudhistira tak berlangsung lama, suara serak dengan penuh kemarahan terdengar.
“Yudhistira!”
Yudhistira kemudian menoleh dan menemukan bahwa seorang guru dengan kepala botak menatapnya dengan mata kemerahan dan telinga penuh asap, seperti banteng yang sedang mengamuk!
Yudhistira menelan ludah, keringat dingin mengalir di dahinya. Wajahnya menjadi pucat.
“P-pak, i-itu hanya bercanda kok, Pak.”
Yudhistira berkata dengan terbata-bata.
Pak Barudi mendengkus dingin, ia menghampiri Yudhistira lalu menatap seluruh murid dan bertanya, “Apakah benar yang dikatakan Yudhistira?”
Max dengan cepat membuat wajah ketakutan yang ekstrim dan berkata dengan penuh kesedihan, “Pak, dia mengancam kami dengan sungguh-sungguh. Katanya kami akan dihabisi setelah pulang sekolah nanti, Pak.”
Daniel dan Regi hanya mengangguk dengan tatapan sedih.
Pak Barudi pun menatap Yudhistira dengan tajam. Namun di sisi lain, Max mendapatkan dua jempol dari Daniel dan Regi yang membuatnya tersenyum bangga.
Yudhistira melihat gerakan itu, ia dengan cepat menunjuk dan berkata, “Pak, mereka cuma akting doang!”
Pak Barudi tak mendengarkan Yudhistira lagi, dia dengan cepat menarik tangan Yudhistira dan membawanya ke ruang BK.
Suasana kelas menjadi normal kembali setelah Pak Barudi dan Yudhistira keluar dari kelas.
Bella menatap Daniel dengan ekspresi rumit, ia kemudian berkata, “Daniel, kamu sepertinya berlebihan. Nggak boleh seperti itu, tau.”
Daniel menjawab dengan enteng, “Ini tidak berlebihan. Kamu saja tidak tau bagaimana sikap dia yang sebenarnya. Juga, bukankah dia sudah membohongimu?”
“Memang dia membohongiku, tapi kan….”
Daniel menggelengkan kepalanya dan menghela napas lemah, ia berkata dengan nada lembut, “Bella, aku tau maksudmu baik, tapi bagaimana sikap dia terhadapku itu bukan apa-apanya dibandingkan dengan ini. Jika kamu sudah mengetahui semua itu, kamu pasti akan paham dengan apa yang kumaksudkan.”
Setelah mengatakan itu, Daniel tak lagi memperhatikan Bella.
Semua orang di dalam kelas belajar secara mandiri.
Sehari sekolah dilalui tanpa kejadian khusus seperti tadi, bel pulang berbunyi.
Yudhistira yang sudah kembali setelah mendapat ceramah Pak Barudi cemberut sepanjang pelajaran berlangsung. Ia juga sesekali menatap Daniel dengan tatapan membunuh. Ia langsung pulang dan masuk ke mobil yang telah menjemputnya.
Daniel tak menghiraukan Yudhistira sama sekali, ia berjalan pulang dengan langkah yang sangat ringan.
Sedikit dendam di hatinya sudah mulai berkurang, meski begitu, masih ada banyak dendam di hatinya.
Daniel dengan cepat sampai di rumah, ia disambut oleh seekor kucing.
Ia menghela napas setelah melihat kucing didepannya. Ia kemudian menggendongnya dan membawanya ke dalam kamar, kemudian meletakkannya di meja.
Daniel membuka laptop untuk menulis kode asisten pintar, tapi ia segera ingat bahwa ia harus memasak.
Ia kemudian memasakkan makanan, kebetulan Rika dan Raka sudah pulang, Rika kemudian membantunya memasak.
Ketika semua sudah selesai, ketiganya segera makan.
Rika membersihkan piring, Raka kembali ke kamar untuk bermain game, sedangkan Daniel juga kembali ke kamarnya untuk melanjutkan menulis kode asisten pintar.
Saat membuka pintu kamarnya, ia menemukan kucing sedang bermain-main dengan laptopnya.
Ia terkejut dan dengan cepat menghentikan kucing itu untuk mengacau pekerjaan yang ia lakukan.
Setelah kucing itu ditangkap, ekspresi kucing itu menjadi kesal, namun kucing itu sama sekali tak bisa melawan Daniel.
Setelah meletakkan kucing itu di kasur, ia dengan cepat melihat kode yang ia tulis sebelumnya, namun ia terkejut ketika melihat laptopnya.
Bahasa komputer yang ia tak ketahui sama sekali muncul di laptopnya. Awalnya ia mengira itu hanyalah keisengan si kucing. Namun, setelah diperhatikan lebih dalam, bahasa komputer yang digunakan oleh kucing itu sangat maju. Berpuluh-puluh kali lipat melebihi bahasa komputer yang disederhanakan yang dipakai oleh Daniel sebelumnya.
Daniel menatap kucing itu dengan heran.
Apakah ini masih kucing normal?
Saat ia memikirkan itu, sebuah suara muncul dalam pikirannga.
Suara robot terdengar, “Halo, Host!”
“Oh, itu kau Sky!” Daniel berseru bergembira, ia kemudian bertanya, “Sky, apakah kau tau apa saja fungsi dari kucing itu?”
“Tentu saja tau,” jawab Sky.
Mata Daniel cerah, ia dengan cepat bertanya pada Sky, “Lalu, apa saja fungsi-fungsinya?”
Sky dengan sengaja menunda untuk menjawab, ia bertanya, “Apakah kau benar-benar ingin tau fungsinya?”
Daniel sedikit kesal, tapi dia menjawab dengan cepat, “Tentu saja aku mau.”
Sky tersenyum dalam pikiran Daniel, ia kemudian berjata, “Maka kau harus membayar harga untuk mengetahui fungsi-fungsi mengenai kucing itu. Tapi, karena ini hari promo dan aku sedang baik hati, maka harganya adalah 10 ribu triliyun rupiah.”
Daniel langsung kesal, ia berkata, “Sky, berhentilah bercanda! Aku benar-benar ingin tau tentang kucing ini!”
“Oke-oke, karena itu terlalu mahal, maka harganya 1,4 juta rupiah saja,” kata Sky menawar.
Kemudian, layar virtual muncul di depan Daniel, isinya mengenai transaksinya dengan Sky.
Daniel langsung memilih setuju.
Setelah menerima uang dari Daniel, Sky langsung berkata, “Sebenarnya, ada sebuah chip di penyimpanan sistemmu, itu semua berisi tentang fungsi-fungsi dan berbagai hal mengenai kucing itu. Cukup tempelkan pada kucing itu dan secara otomatis akan memberitahumu mengenai seluruh hal tentang kucing itu. Kalau hanya itu, maka aku akan pergi. Aku mau push rank dulu, sampai jumpa.”
Daniel menjadi lebih kesal lagi. Ia ditipu oleh Sky, tapi ia segera menghilangkan kekesalan itu dan memindahkan fokusnya pada kucing di kasurnya.
Daniel mengambil chip itu di penyimpanan sistem. Ia sebenarnga heran, bagaimana bisa kucing menerima chip ini? Kucing itu bahkan tak terlihat seperti robot sama sekali.
Namun, ia segera menaruh chip di atas kepala kucing.
Tepat setelah chip hendak menyentuh kepala kucing, sebuah pemandangan yang mengejutkan terjadi.
Daniel sangat terkejut melihatnya.