System Technology And Superpower - 43 Bab 43
Bella duduk dengan tenang melihat punggung Daniel yang perlahan pergi.
Ia merasa senang karena Daniel hari ini lebih perhatian padanya.
Namun…
Bella tiba-tiba saja ditangkap oleh sekelompok orang. Dia langsung menjerit.
Daniel dengan cepat berbalik setelah mendengar jeritan Bella. Dia menemukan Bella diculik sekelompok orang.
Melihat ini, Daniel tanpa sadar memusatkan kekuatan pada kakinya dan melesat terbang ke arah para penculik.
Berawal dari kecepatan nol langsung ke kecepatan maksimal.
Hanya perlu 1 detik untuk mengejar para penculik yang sudah membawa Bella dengan cepat.
Daniel tak menahan diri lagi. Setelah dekat dengan para penculik, ia kemudian memusatkan kekuatannya ke tangannya dan langsung memukul penculik.
Salah satu penculik tak bisa menghindar lagi karena kecepatan Daniel terlalu cepat.
Pukulan Daniel yang dipenuhi kekuatan langsung meluncur ke kepala penculik itu.
Saat pukulan keras Daniel menabrak kepala penculik…
Kepala penculik itu pecah bagaikan balon yang ditusuk.
Darah, potongan tengkorak, pecahan otak, mata, dan berbagai organ kepala terciprat di sekitar Daniel.
Bahkan bajunya pun berlumuran darah si penculik.
Tubuh penculik itu tak memiliki kekuatan lagi dan akhirnya terjatuh.
Para pengunjung taman hiburan semua terdiam dan terkejut. Bahkan Bella dan para penculik lainnya terkejut melihat ini.
Tangan Daniel gemetaran. Ini adalah pertama kalinya dia membunuh manusia. Bahkan jika dia sudah terbiasa dalam pertarungan hidup dan mati di 『Awakening』pun, tetap saja dia hanya pemuda biasa yang tak mempunyai pengalaman membunuh seseorrang.
Selain itu, dia juga terkejut dengan kekuatan tinjuannya dan kecepatan bergeraknya.
“Ini….” Daniel melihat tangannya yang berlumuran darah.
Meskipun masih terkejut, ketika Daniel mengingat Bella diculik, ia mengalihkan tatapannya pada si penculik.
Ia langsung berlari ke arah penculik lain.
Dengan kecepatan yang begitu cepat, si penculik lain tak bisa merespon tepat waktu.
Daniel melesatkan tendangan ke arah penculik itu. Menyebabkan penculik itu terbang lebih dari selusin meter.
Saat ini, hanya tersisa beberapa penculik yang sedikit jauh dari Bella.
Daniel dengan cepat mengangkat Bella dan menggendongnya dipelukannya. Kemudian berlari menjauh dari kerumunan.
Kejadian itu hanya berlangsung beberapa detik.
Setelah beberapa detik Daniel kabur dari para penculik, akhirnya mereka sadar kembali.
“Sial! Kenapa kalian diam saja? Kejar mereka!” seorang penculik dengan kepala botak segera memerintahkan.
“S-siap bos!”
Para penculik itu berlari mengejar Daniel dan Bella sambil membawa pistol.
Hanya kurang dari 10 detik, Daniel sudah berlari lebih dari 100 meter dari tempat kejadian.
Baru saja Daniel ingin menyebrang, sebuah mobil serba hitam berhenti di depannya.
“Astaga, mereka cepat juga ternyata.” Daniel tersenyum pahit melihat ini.
“Berhenti!” kata seorang pria berpakaian serba hitam sambil menodongkan pistol.
Daniel tak menghiraukan ini. Ketika jarak antara dirinya dan mobil hanya 3 meter saja lagi, Daniel melompati mobil.
Ketika dia mengijakkan kaki diatap mobil, atap mobil itu langsung retak seperti jaring laba-laba.
Beberapa orang yang mengejar Daniel terkejut ketika melihat bekas injakan Daniel.
Daniel mengambil kesempatan ini untuk terus menjauh dari para penculik itu.
Setelah pulih dari keterkejutan mereka, Daniel sudah berlari lebih dari 50 meter.
“Tembak dia!” perintah seorang pria berpakaian serba hitam.
Dor!
Peluru melesat ke arah punggung Daniel.
“Daniel!” Bella berteriak histeris.
Daniel hanya tersenyum membalas teriakan Bella yang ada di dalam pelukannya.
Dia dengan cepat berjongkok, menghindari peluru itu.
Kecepatan reaksi Daniel sangat cepat. Dia bisa menghindari peluru ini dengan sedikit usaha.
“Tembak lagi!”
Dor! Dor!
Kali ini Daniel bergerak dengan gesit menghindari peluru-peluru yang diarahkan padanya.
“Sial! Anak itu terlalu cepat. Kejar mereka!”
Pria berpakaian serba gitam segera memerintahkan.
Pria itu mengambil dua pistol yang ada di dalam mobil kemudian mengikuti yang lain mengejar Daniel.
Masyarakat sekitar yang menyaksikan ini semuanya ketakutan. Bahkan ada ibu-ibu yang pingsan ketika mendengar suara tembakan.
Beberapa orang juga menelpon ke kantor polisi.
….
“Daniel, kita mau kemana?” tanya Bella dengan suara gemetaran.
“Kita ke gang-gang sepi saja dulu. Lebih baik ke sana untuk bersembunyi,” jawab Daniel sambil melihat ke belakang.
Ia tidak menemukan orang berhasil mengejarnya.
Setelah melihat situasinya. Daniel menjelaskan rencanya dengan tenang pada Bella,”Ketika bersembunyi, kamu langsung mengirim pesan pada pak Bram untuk membantu. Mereka sedang menargetkanmu. Selama waktu itu, aku akan mengalihkan perhatian mereka.”
“Tapi, Daniel…”
“Tenanglah, itu hal kecil bagiku.” Daniel tersenyum pada Bella untuk menenangkannya.
Bella hanya bisa menuruti apa yang Daniel perintahkan padanya.
Setelah agak jauh memasuki gang, Daniel menemukan tempat bersembunyi yang baik.
“Bella, kamu bersembunyi di sini saja,” kata Daniel sambil mengambil potongan kayu yang kebetulan dia lihat.
“Okay….”
Daniel menggenggam erat potongan kayu tersebut. Tangannya sedikit gemetaran.
Melihat ini, Bella merasakan sakit dihatinya. Ia merasakan penyesalan karena telah membawa Daniel masuk ke dalam kekacauan ini.
Setelah beberapa kali menarik napas, akhirnya Daniel bisa menenangkan dirinya.
Kemudian, suara hentakan kaki terdengar dari ujung gang.
“Masuk ke sana dan cari mereka!” teriak pria yang berpakaian serba hitam.
Beberapa penculik dengan hati-hati memasuki gang dengan pistol di tangan mereka.
10 meter …. 20 meter …. 50 meter
Ketika mereka mendekati tempat di mana Daniel dan Bella bersembunyi….
Daniel menyergap mereka. Dia dengan kuat mengayunkan potongan kayu langsung ke kepala salah satu penculik.
Setelah itu, dia bergerak ke penculik yang lain. Menggunakan tendangan ke arah kepala penculik lain tersebut.
“Sial, kita disergap! Kalian, serang dia menggunakan senjata tajam!”
Penculik yang lain mengambil pisau, celurit, parang. Mereka kemudian menyerang Daniel secara bersamaan.
“Ah, beraninya keroyokan,” kata Daniel mencemooh mereka. Ia mundur beberapa langkah untuk menghindari serangan senjata tajam mereka.
“Bocah nakal! Rasakan ini!” seorang penculik mengayunkan prangnya.
“Banyak gerakan sia-sia, juga ada banyak celah saat menyerang,” kata Daniel menceramahi penculik itu.
Ia dengan mudah menghindari ayunan parang dari penculik itu. Ia kemudian menyerang balik dengan kayu yang hampir pecah ditangannya.
Satu lagi penculik tumbang.
Setelah itu, para penculik lain mulai menyerangnya.
Kali ini, Daniel tak bisa melancarkan serangan balasan. Dia hanya bisa mengelak dari berbagai serangan.
Setelah beberapa menit lamanya para penculik menyerang secara membabi buta, mereka akhirnya kelelahan.
Stamina akan cepat berkurang jika menyerang dengan gerakan sia-sia, apalagi ditambah dengan serangan membabi buta.
“Saatnya giliranku.”
Daniel melesat terbang ke arah para penculik, satu persatu serangan ia gunakan untuk menyerang para penculik itu.
Lebih selusin penculik jatuh setelah lebih menit Daniel menyerang.
“Sakit juga ternyata kalau tergores senjata tajam,” kata Daniel sambil mengusap darah dipipinya.
Daniel dengan santai mengumpulkan beberapa senjata tajam yang bergeletakan di tanah.
Kebetulan ia juga menemukan senjata api.
Ia mengambil senjata api itu. Kemudian memeriksanya dan beberapa kali berpose mencoba senjata.
Setelah merasakan kecocokan, dia mengarahkan senjata api tersebut ke arah pria berpakaian serba hitam yang terkejut.
Ya, pria berpakaian serba gitam itu terkejut dengan gerakan Daniel yang dengan cepat mengalahkan anak buahnya.
Saat Daniel mengacungkan senjata apinya ke arahnya, pria berpakaian serba hitam itu ketakutan.
“Cepat, tembak dia dengan pistol kalian!”
Ketika mendengar perintah dari pria berpakaian serba hitam itu, penculik yang masih disampi pria itu segera tersadar.
Mereka dengan cepat membidik Daniel secara sembarangan dan menembakan pistol mereka.
Dor! Dor!
Daniel dengan cepat berguling ke samping menghindari tembakan itu.
Dia kembali ke tempat persembunyian Bella sambil menghindari tembakan dari para penculik.
“Bella, apa kamu sudah mengirim pesan pada pak Bram?” tanya Daniel dengan napas terengah-engah.
Melihat Daniel kelelahan, Bella dengan gugup menjawabnya, “Su-sudah. A-aku sudah menghubungi pak Bram. Dia berkata bahwa akan sampai dalam lima belas menit sejak aku mengirim pesan.”
“Baguslah,” balas Daniel. Ia kemudian memindahkan tatapannya pada pria berpakaian serba hitam yang waspada.
“Sepertinya aku perlu mengulur waktu lagi,” kata Daniel sambil bersiap-siap.
Namun, saat ia hendak keluar dari persembunyiannya, keributan dari ujung gang terdengar.