System Technology And Superpower - 44 Bab 44
Jauh di Greenvilla, Villa No. 3.
Sudah beberapa jam sejak pak Bram meninggalkan Bella dan Daniel di pusat kota.
Pak Bram saat ini sedang duduk. Ia mendengar ponselnya berbunyi.
Ia dengan cepat membukanya dan menemukan itu pesan dari Nona Mudanya, Bella.
“Pak, bantu saya dan Daniel. Kami diserang oleh orang yang ingin menculikku. Cepat pak, aku ketakutan.”
Wajah pak Bram langsung muram. Ia tak menyangka bahwa ada kelompok penculik yang berani mencoba menculik Bella.
Dia dengan cepat menjawab pesan tersebut:
“Tolong tenang, Nona. Saya akan sampai di sana dalam waktu 15 menit. Bertahanlah.”
Setelah pesan itu terkirim, pak Bram mengirim menelpon ke ayah Bella untuk melaporkan hal itu.
….
Di sebuah ruangan markas militer.
“Hm, jadi seperti itu situasi di sana,” kata seseorang yang mengenakan kacamata sambil berpikir.
“Ya, beberapa organisasi di Belanda mulai gelisah karena suatu hal beberapa bulan yang lalu. Jika aku tidak salah, mereka mulai gelisah karena bocah Indonesia yang bekerja sama dengan Google mengenai Android. Saat ini, mereka semakin gelisah karena asisten pintar dari Sky Technology. Aku tak tahu kapan mereka akan bergerak.” Pria keturunan Belanda ini mendesah setelah mengatakan itu.
Mendengar kekhawatiran kedua pria di depannya, seorang pria dengan tubuh besar tertawa dan berkata, “Bocah itu sendiri sangat berani memprovokasi salah satu perusahaan di sana dengan mengirim video pribadi dari masing-masing ketua perusahaan.”
Pria keturunan Belanda itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Tiba-tiba suara ponselnya berbunyi.
“Bram?” gumam pria keturunan Belanda tersebut. Ia kemudian mengalihkan pandangannya kepada dua orang dari kemiliteran, “Aku akan mengangkat telepon dulu. Sepertinya suatu hal sedang terjadi.”
Kedua pria dari dengan pakaian militer hanya memgangguk dan tersenyum.
“Halo, Bram?” tanya pria keturunan Belanda.
“Tuan Bryan, sebuah kelompok sedang mencoba menculik Nona. Saat ini Nona sedang dilindungi oleh teman laki-lakinya. Untuk situasi spesifiknya, saya masih belum mengetahuinya.” pak Bram menceritakan semuanya tanpa terburu-buru.
Mendengar anaknya sedang dalam bahaya, Bryan dengan cepat memerintahkan Bram dengan sedikit berteriak. “Cepat, selamatkan Bella dan temannya! Mereka dalam bahaya!”
“Baik, Tuan.” pak Bram langsung memutuskan panggilan.
Setelah beberapa saat, Bryan menenangkan pikirannya. Ia kemudian berbalik dan berkata, “Aku akan segera kembali. Percobaan penculikan terjadi pada anak perempuanku. Bantu aku untuk menyelesaikan semua prosedur yang melelahkan.”
Seseorang yang mengenakan kacamata berkata, “Akan kami bantu.”
“Baiklah, selamat tinggal.” Bryan langsung meninggalkan ruangan.
Melihat Bryan meninggalkan ruangan, Pria bertubuh besar menghela napas dan menggelengkan kepalanya. Ia berkata, “Dia tak berubah sedikitpun meski sudah lama tinggal di Belanda. Tetap saja keterampilan menutupi jejak dan penyamarannya paling hebat di generasi kita.”
“Sudahlah, lebih baik kita mencoba membantunya menyelesaikan masalah ini.” Pria berkacamata itu berdiri dan langsung menghubungi pihak kepolisian.
“Tunggu aku!”
“Kau seperti anak kecil saja!”
….
Pak Bram dan pengawal lainnya sudah sampai di gang tempat dimana Bella memberi tahu mereka.
“Laksanakan tugas!”
Ketika kalimat pak Bram selesai, beberapa pengawal yang ia bawa langsung beraksi.
….
Pria serba hitam itu kesal ketika target misinya berhasil bersembunyi. Ia juga tak menyangka bahwa anak muda yang terlihat biasa saja bisa membuatnya kerepotan begini.
“Sial Sial Sial! Bocah sialaaaaan!” Pria serba hitam itu berteriak kencang.
Seorang pria dengan kepala pelontos bueu-buru melaporkan suatu hal. “Bos, gawat! Para pengawal gadis itu sudah datang kemari.”
“Sial! Rencanaku gagal total karena bocah itu. Ayo mundur!”
Pria serba hitam itu berkata dengan penuh kebencian.
Ketika baru saja mereka mundur, suara tembakan terdengar.
“Kau kira bisa dengan mudah mundur setelah ingin menculik Nona muda?” pak Bram mengacungkan senjata apinya pada pria serba hitam tersebut.
“Sial! Serang mereka! Ulur waktu untukku agar kubisa kabur!” pria serba hitam itu panik, ia dengan cepat berguling sambil mencari tempat berlindung.
“Baik bos!”
Belasan anak buah pria serba hitam itu menyerang pak Bram dan pasukannya sambil melindungi pria serba hitam.
“Maju!” pak Bram juga memerintahkan pengawal lain bertarung.
Keributan besar terjadi di ujung gang.
Pria serba hitam itu dengan waspada kabur ke dalam gang.
….
Daniel dan Bella mendengar keributan di ujung gang.
“Sepertinya pak Bram sudah sampai ke sini. Sekarang kamu bisa tenang,” kata Daniel sambil menenangkan Bella.
“En.” Bella hanya menjawab singkat.
Tubuh Bella masih gemetaran karena takut.
Daniel kemudian mengintip keramaian di ujung gang dan menemukan pria serba hitam berjalan dengan kewaspadaan tinggi.
Ia kemudian kembali bersembunyi lagi.
Awalnya ia berniat langsung menyerang pria serba hitam itu, tapi setelah mengingat kejadian saat ia meninggalkan Bella sendirian saat ingin membeli minuman, ia mengurungkan niatnya itu.
“Bella, kamu tetap di belakangku.” Daniel mengacungkan senjata api ke arah depan.
Sesaat, tatapannya pindah ke tas yang ada di depannya.
“Sepertinya ini akan berguna,” pikir Daniel.
Daniel mendengar suara langkah kaki perlahan mendekat.
Ia memusatkan konsentrasinya pada suara langkah kaki itu dan senjata api yang ia pegang.
Tap! Tap!
Suara langkah kaki kian mendekat.
Bella semakin gugup melihat Daniel yang sangat berkonsentrasi. Sementara Daniel, ia juga merasakan hal sama. Ini adalah pertama kalinya dia menggunakan senjata api di dunia nyata.
Setelah selusin detik berlalu, sosok pria serba hitam itu muncul.
Dor!
Suara tembakan dari senjata api Daniel terdengar.
Namun, tembakan itu meleset.
“Benar saja, pengalaman di game virtual reality dan dunia nyata masih memiliki kesenjangan,” pikir Daniel
“Sial! Hampir saja aku dibunuh oleh bocah nakal ini!” pria serba hitam mengumpat.
Pria serba hitam itu dengan cepat mengacungkan senjatanya dan langsung menembaknya.
Dor! Dor!
Daniel ingin menghindari peluru yang ditembakkan, tapi ada Bella dibelakangnya.
Jika Bella sekali saja kena tembakan, tugas yang diberikan oleh sistem akan gagal.
Selain itu, yang lebih penting adalah jika Bella terkena peluru tembakan, nyawanya akan terancam.
“Apa boleh buat,” pikir Daniel.
Daniel berbalik memunggungi peluru dan memeluk Bella.
Untung saja, sebelum dia berbalik, ia sudah mengenakan tasnya.
Kemudian, dua peluru itu menembus tas dan tubuh Daniel.
Badan Daniel seketika lemas, darah segar mengalir dimulutnya.
“Bella … maafkan aku, a-ku, aku tak bisa menjagamu dengan bai…..”
Tubuh Daniel yang lemas masih memeluk Bella.
Dunianya seakan sudah runtuh. Ekspresi ketakutan dan putus asa muncul di wajah Bella. Tatapannya juga kosong.
Kalimat terakhir Daniel terus bergema di telinganya.
“TIDAK! Daniel, jangan bercanda denganku! Bangun Daniel, bangun!” Jeritannya sangat keras, suaranya dipenuhi dengan kesedihan dan keputusasaan.
Sambil berurai air mata, Bella melepaskan pelukannya dari Daniel. Ia membaringkannya dan terus mencoba membangunkannya.
“Sayang sekali, Nona Muda. Tidak ada manusia yang bertahan dari peluru senjata api, bahkan jika dia sudah mencoba memperlambat kecepatan peluru dengan tasnya, itu akan tetap menembus tubuhnya.” pria serba hitam ini sudah menganggap Daniel mati.
“Tidak, tidak! Daniel tidak mati. Ini hanya mimpi, kan?” Bella dengan tatapan putus asa bertanya pada pria serba hitam itu.
“Mimpi?” pria serba hitam itu menyeringai, “Benar, ini mimpi burukmu!”
Pria serba hitam itu menginjak tubuh Daniel dengan keras.
Setelah injakan yang keras itu, tak ada reaksi apapun dari Daniel yang terbaring di tanah.
“Tidak!” Bella menjerit keras, aliran air matanya semakin deras.
“Nona, apakah kau sudah percaya bahwa anak laki-laki ini sudah mati?” pria serba hitam itu menyeringai jahat.
Tubuh Bella lemas setelah mengetahui kenyataan ini. Air matanya tak berhenti mengalir, pandangannya kosong melihat tubuh Daniel yang terbaring di tanah.