System Technology And Superpower - 46 Bab 46
Teriakan kesakitan seorang pria terdengar di kedalaman gang.
Pak Bram langsung khawatir mendengar ini. Ia mengira bahwa ini adalah suara teman Bella.
“Tuan, ini terdengar seperti suara temannya nona Bella. Sepertinya dia melindungi nona Bella,” kata pak Bram sambil menendang seorang penculik.
Bryan tak menjawab perkataan pak Bram. Dia terus bertarung dengan para penculik.
Beberapa saat setelah teriakan seorang pria sebelumnya, sebuah tubuh terlempar kencang ke arah dinding.
Suara dinding yang keras menyebablan kesunyian antara para penculik dan Bryan beserta pasukannya.
Tak lama kemudian, seorang anak muda berlari dengan sangat cepat dan menginjak kepala pria dengan pakaian serba hitam hingga kepalanya menembus dinding gang.
“Bo-boss dikalahkan?” seorang penculik yang tak jauh dari Bryan bergumam dengan suara gemetaran.
Melihat ada sebuah kesempatan, Bryan tak ingin membuangnya begitu saja. Dia dengan cepat memberi kode pada pasukannya untuk segera menghabisi para penculik ini.
Bryan juga beraksi dengan sangat baik. Tiga musuh di depannya dengan cepat ia kalahkan dengan tendangan tunggal pada setiap musuh.
Setelah menyelesaikan itu, dia kemudian memindahkan pandangannya pada anak muda yang sebelumnya mengejutkan dirinya.
Bryan melihat anak muda itu mengambil pisau dan mengarahkan pisau itu pada leher pria serba hitam.
Menurut Bryan pribadi, tak ada manusia yang bisa selamat ketika tubuhnya dengan keras menghantan dinding dan kepala yang diinjak hingga menembus dinding gang.
Bukankah anak ini sudah berlebihan?
Pertanyaan itu bergema dalam pikirannya.
Sebelum anak muda itu menikam leher pria serba hitam, ia bergumam sebentar lalu menusuknya hingga darah terciprat dimana-mana.
Melihat hal ini, Bryan menghampiri anak muda itu dengan langkah berat.
Dengan suara berat dan penuh tekanan, Bryan bertanya, “Nak, siapa kau?”
Anak muda yang dari tadi memperhatikan pakaiannya menoleh ke arah Bryan.
Tanpa rasa takut, anak itu balik bertanya dengan nada yang mengancam pada Bryan.
“Kamu siapa? Apakah kamu adalah teman pria ini?” kata anak muda itu sambil menunjuk pada mayat pria serba hitam yang masih tertempel di dinding.
Setelah mengatakan pertanyaannya, anak itu kembali memasang pose siap bertempur dan tatapannya lebih tajam dari sebelumnya.
Merasa sedikit terprovokasi terhadap tatapan anak muda di depannya, Bryan juga berpose siap bertempur.
Udara disekitar mereka menjadi dingin dan suasana menjadi berat.
Pak Bram yang sedang membersihkan para penculik terkejut dengan udara yang mendingin dan suasan berat di sekitarnya. Ia mengalihkan pandangannya pada Bryan dan menemukan Bryan sedang saling bertatapan dengan anak muda.
Setelah memfokuskan tatapannya sedikit, pak Bram sedikit panik.
Bagaimana bisa teman nona Bella malah ingin bertarung dengan Ayah dari nona Bella?
Belum sempat pak Bram mengatakan sesuatu, seorang gadis berlari ke arah anak muda itu dan memeluknya.
Hal ini membuat pak Bram dan Bryan terkejut.
Kemudian suasana dingin dan berat tadi berangsur-angaur menjadi normal kembali.
Pak Bram menghela napas lega setelah melihat ini.
Sedangkan Bryan, dia menjadi rileks fan bisa menghela napas lega. Namun, wajahnya juga menunjukan sedih dan iri, juga mengandung sedikit amarah pada anak muda dan seorang gadis itu.
Apalagi gadis itu memeluk anak muda itu dengan erat dan anak muda itu juga membalas pelukan dengan erat, Bryan ingin menangis ketika melihat ini.
Anak muda dan seorang gadis itu adalah Daniel dan Bella yang sedang memeluk erat satu sama lain.
….
“Daniel bodoh! Kamu telah membuatku khawatir. Daniel bodoh!” Bella mengatakan itu sambil menangis dalam pelukan Daniel.
Daniel tersenyum, ia kemudian memeluk Bella dengan erat juga. Ia berkata, “Tenanglah, semuanya telah berakhir sekarang. Aku masih hidup dan bisa memelukmu di sini.”
Bella menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Daniel.
Daniel tak berbicara selama Bella menangis.
Sedangakan Bryan dan pak Bram juga hanya mengamati Bella yang sedang menangis dalam pelukan Daniel.
Setelah beberapa menit menangis, akhirnya Bella kembali tenang.
Daniel kemudian mengusap air mata di wajah Bella dan tersenyum padanya.
Bella memggembungkan pipinya. Ia kemudian bertanya, “Kenapa kamu pura-pura mati!?”
Daniel mengalihkan pandangannya menggaruk pelan pipinya. Ia menjawab, “Itu semuanya hanya akting…”
“Kenapa?” tanya Bella lagi.
Daniel menghela napasnya, “Supaya orang itu kehilangan kewaspadaannya terhadapku. Jika tidak, dia akan terus menembaki kita berdua dan pada akhirnya kita berdua akan terbunuh.
Aku tak akan membiarkan orang itu menyentuhmu sedikitpun, bahkan jika itu hanya menyentuh seheleai rambut, aku tak akan membiarkannya.”
Bella menundukkan kepalanya. Ia kemudian berkata, “Kamu tau, aku sangat takut jika kamu benar-benar mati. Aku benar-benar tak tau lagi apa yang bisa kulakukan jika kamu terbunuh karena melindungiku dari tembakan peluru itu. Jika kamu benar-benar nati, aku akan menghabisi sisa hidupku dengan penuh penyesalan.”
Dia kemudian mendongak menatap Daniel dengan mata berair. Ia berkata, “Berjanjilah padaku untuk tidak melakukan hal ini lagi.”
Daniel tidak bisa tidak tersenyum setelah mendengar kalimat Bella. Dengan permintaan Bella, Daniel berjanji.
“Baiklah, aku berjanji. Maafkan aku telah membuatmu khawatir.”
Bella kemudian memeluk Daniel dengan suasana hati yang bahagia.
Ia tak sadar bahwa ada sosok Ayahnya yang memperhatikannya dari tadi.
“Ehem.” Bryan menegur keduanya dengan berpura-pura batuk.
Bella kemudian tersadar mendengar suara yang akrab di telinganya. Ia menoleh ke samping dan menemukan Ayahnya dan pak Bram sedang menatapnya memeluk Daniel.
“Ayah?” gumam Bella.
“Iya, ini Ayah. Ayah jauh-jauh datang ke sini untuk menyelamatkanmu. Jadi … itu ya….” kata Bryan dengan wajah merona sambil menatap ke arah lain.
Pak Bram yang memperhatikan ini menggelengkan kepalanya.
Daniel terkejut setelah mengetahui bahwa Pria dengan rambut pirang ini adalah Ayah Bella. Tapi melihat bagaimana perilaku Ayah Bella seperti ini, Daniel hanya bisa tersenyum pahit.
Bella kemudian melepaskan pelukannya dari Daniel dan memeluk Ayahnya.
Setelah dalam pelukannya, Bryan berkata dengan tangis dan wajah khawatir, “Bella, kamu baik-baik saja? Apakah kamu diperlakukan kasar sebelumnya? Apakah kamu merasakan sakit?”
“Ayah, aku baik-baik saja,” kata Bella sambil tersenyum.
“Syukurlah kamu baik-baik saja,” kata Bryan sambil mengusap air mata di wajahnya.
“En. Semua itu berkat Daniel yang telah melindungiku dari berbagai penculik yang mencoba menculikku. Dia juga hebat bisa menggendongku sambil menghindari peluru. Setelah itu ….” lanjut Bella menjelaskan dengan wajah bahagianya.
JLEB!
Sebuah panah khayalan menusuk jantung Bryan. Padahal ia ingin memamerkan bagaimana ia menyelamatkan Bella tapi Bella terus berceloteh tentang Daniel yang mnyelamatkannya.
“Aku senang Ayah menyelamatkanku dan mempertaruhkan nyawanya. Aku sayang Ayah.” Dengan erat Bella memeluk Ayahnya.
Bryan terharu setelah mendengar kalimat Bella. Air mata mengalir di wajahnya. Ia berkata, “Ayah juga menyayangi Bella.”
Pak Bram yang dari tadi berdiam ikut meneteskan air matanya.
Sedangkan Daniel, dia begitu iri dengan Bella yang bisa memeluk Ayahnya dan bercerita banyak pada Ayahnya. Dia sangat ingin tahu mengenai kedua orang tuanya, tapi belum ada kabar mengenai hal itu bahkan setelah ia menayakannya pada kakeknya sebelum kakeknya meninggal.
Setelah beberapa saat berpelukan, keduanya berpisah.
Daniel kemudian menghampiri Bryan dan menundukan kepalanya. Ia berkata, “Pak, saya minta maaf karena sudah bersikap lancang sebelumnya.”
“Huh, sebagai anak muda itu-”
“Ayah!” Bella memotong kalimat Ayahnya sambil menggembungkan pipinya.
“Tidak apa, harusnya aku yang meminta maaf padamu. Juga, aku berterima kasih padamu karena telah menyelamatkan anak semata wayangku yang cantik dan imut ini,” kata Bryan sambil memegang bahu Daniel.
“Baik, Pak. Itu sudah seharusnya saya menjaga Bella,” jawab Daniel.
“Tuan, sebaiknya kita segera membersihkan tempat ini.” pak Bram yang dari tadi diam, berbicara.
“Aku melupakannya. Baiklah, kalian bertiga pulanglah dulu ke villa. Aku akan mengurus tempat ini,” kata Bryan sambil melihat sekeliling.
“Ayah, kenapa kita tak pulang bersama? Apa Ayah tidak lelah?” tanya Bella dengan wajah khawatir.
Bryan mengusap rambut Bella dengan lembut, “Ayah baik-baik saja. Ada teman Ayah yang akan membantu nantinya.”
“Karena Ayah telah mengatakan itu, aku harap Ayah jangan terlalu keras bekerja dan terus berhati-hati. Aku sayang Ayah.” Bella sekali lagi memeluk Ayahnya kemudian dia pergi bersama pak Bram.
Sebelum Daniel pergi mengikuti Bella dan pak Bram, Bryan mendekatinya dan menepuk punggungnya dengan keras. “Nak, sepertinya akan ada banyak hal yang perlu kita bicarakan.”
“Yah, kita akan berbicara banyak hal ketika saya mempunyai waktu,” kata Daniel. Kemudian ia meninggalkan Bryan sendiri.
Bryan menghela napasnya melihat punggung Daniel yang perlahan pergi. “Anak ini terlalu luar biasa. Bahkan setelah aku menekan bahu ataupun menepuk bahunya dengan keras, dia tetap tenang seolah-olah tak ada apa-apa.”
Ponsel Bryan kemudian berbunyi dan dia memgangkatnya.
….
Daniel beserta Bella dan pak Bram menuju Greenvilla.
Selama di perjalanan, Daniel dan Bella mengobrol banyak hal tentang berbagai topik. Daniel sengaja berbicara banyak topik agar terhindar dari pertanyaan Bella tentang kekuatannya.
Hasilnya adalah sukses. Untuk sementara, dia bisa menyiapkan jawaban mengenai pertanyaan tentang kekuatannya.
Selain itu, pandangan pak Bram terhadap Daniel berubah banyak. Apalagi setelah mendengar bagaimana Daniel melindungi Bella dari tembakan senjata api.
Setelah sampai, Bella tertidur saat di perjalanan ke Greenvilla. Secara fisik dan mental dia sudah lelah, apalagi setelah menghadapi kejadian yang mempertaruhkan hidup dan mati seperti itu.
Daniel hanya mampir sebentar untuk membersihkan dirinya, kemudian ia meminjam pakaian pak Bram untuk sementara.
Setelah itu, dia pulang menggunakan taksi online.
Saat ia berjalan menuju taksi online, ia merasakan nyeri di pinggangnya.
“Harusnya aku pulang dengan cepat supaya ini peluru bisa keluar dari tubuhku dan tak merasakan nyeri lagi,” gumam Daniel.
Ia kemudian menaiki taksi online.
Saat di perjalanan, sebuah notifikasi terdengar.
“Tugas Selesai!”
“Selamat, Host mendapatkan Exp 25%.”
“Selamat, Host mendapatkan Pedang.”
“Selamat, Host mendapatkan 1x kesempatan untuk memulai undian.”
Daniel akhirnya bernapas lega setelah mendapatkan notifikasi dari sistem.
Kemudian, sebuah suara notifikasi terdengar lagi.
“Selamat, System Technology naik ke Level 2.”
“Selamat, Host naik ke Level 2.”
“Selamat, Host mendapatkan Hadiah kenaikan ke Level 2.”
Daniel sangat senang mendengar berbagai notifikasi dari sistem.