System Technology And Superpower - 5 Bab 5
Mendengar suara robot di kepalanya, Daniel segera membenamkan diri pada kesadarannya.
“Tugas : Mengumpulkan 1000 sampah botol plastik.
Hadiah : 1 Level, Membuka System Technology, Undian 1x.
Hukuman : Menghapus semua ingatan Host tentang Sistem.
Waktu Penyelesaian : 24 jam.”
Melihat tugas yang ia dapat, Daniel ingin menangis dan berteriak di dalam hatinya.
Kesulitan tugas ini sangat sulit!
Daniel dengan terpaksa menerima tugas ini. Bagaimanapun juga, jika menolak tugas ini, maka akan menyebabkan kegagalan yang menyebabkan dia mendapatkan hukuman.
Kembali pada kesadaran di dunia nyata, Daniel melihat sekeliling dan menemukan Pak Barudi menatapnya.
“Kenapa kau melamun? Kenapa kau tidak memperhatikan pelajaran bapak? Murid jaman sekarang susah dikasih tau ya,” kata Pak Barudi sambil menghela napas
“Maaf pak, saya nggak akan mengulanginya lagi.”
Daniel buru-buru minta maaf supaya tidak mendapatkan hukuman tambahan.
“Kembali ke tempat dudukmu. Jika sekali lagi bapak lihat kamu tidur di kelas, hukuman kamu lebih berat lagi.”
“Baik, Pak! Tidak akan saya ulangi.”
Setelah mendengar jawaban Daniel, Pak Barudi segera keluar dari kelas. Daniel pun kembali ke tempat duduknya.
Murid lainnya menatap Daniel dengan pandangan cemoohan, seolah-olah Daniel sampah. Terutama Ketua Kelas, Yudhistira yang menatap Daniel dengan tatapan meremehkan dan merendahkan.
Daniel acuh tak acuh dengan tatapan mereka. Ia sudah terbiasa dengan tatapan seperti ini sejak SD.
Duduk di tempat duduknya, Daniel mendapat bisikan dari Bella.
“Daniel, kamu kenapa tadi tidur? Karena tertabrak mobil ya? Atau emang bener kamu kecapekan karena kerja?”
Daniel mendengarkan pertanyaan ini langsung bingung bagaimana menjawabnya. Ia tidak ingin mengumbar kehadiran Sky. Akhirnya ia menjawab dengan alasan acak dan penuh dengan kejujuran, “Iya aku kecapekan habis kerja tadi malam dan juga kepalaku pusing karena tertabrak mobil, ditambah dengan otot paha kananku yang tertabrak mobil. Jadi, aku merasakan rasa kantuk yang berat.”
Bella merasakan perasaan bersalah. Ia menggap ini semua disebabkan olehnya. Ia kemudian bertanya, “Apakah kau ingin ke Rumah Sakit?”
“Tidak perlu. Ini sakit cuma bentar doang kok, nanti juga sembuh. Makasih ya.”
Daniel tersenyum pada Bella karena Bella ingin mengantar Daniel ke Rumah Sakit.
“Tapi…”
“Ada guru masuk tuh.”
Daniel langsung mengalihkan topiknya.
Seorang guru pun memasuki kelas dan langsung memulai pelajaran.
Waktu pelajaran berjalan dengan sangat cepat, bel pulang pun berbunyi.
Daniel dengan cepat mengemas barangnya dan langsung pulang. Ia ingin menyelsaikan tugasnya secepat mungkin.
Bella ingin meminta maaf dan menceritakan hal tengang tabrakan itu pada Daniel, tapi Daniel sudah tak ada disampingnya. Ia langsung melihat sekeliling dan menemukan Daniel meninggalkan kelas dengan berlari.
Dua orang murid laki-laki berjalan mendekati Bella.
“Kenapa kamu merhatiin Daniel?”
Orang yang bertanya adalah Max, sedangkan yang lain adalah Regi.
“Ah!” Bella terkejut dengan kedatangan Max dan Regi. Dia kemudian berkata, “Aku mau minta maaf sama dia, soalnya tadi pagi mobilku gak sengaja nabrak dia. Jadi, aku pengen minta maaf. Tapi, dia udah pulang duluan.”
Murid lain yang mendengar cerita Bella kemudian berteriak pada Bella.
“Hati-hati, Bella. Daniel suka minta kompensasi yang berlebihan. Dia juga bakal morotin kamu nanti.”
“Iya, bener tuh. Daniel yang seorang murid miskin itu suka morotin orang.”
“Mending Bella nggak usah minta maaf aja sama dia, kehadirannya juga nggak penting.”
…
Banyak murid berkata buruk tentang Daniel. Guru yang masih di dalam kelas tak menghentikan mereka.
Yudhistira melihat ini tersenyum puas. Nama Daniel semakin buruk dimata para murid di sekolah ini.
Dia kemudian menenangkan para murid untuk mendapatkan kesan baik di mata mereka dan Bella.
“Kalian tolong diam. Bagaimanapun juga, Daniel tetap teman sekelas kita. Kalian tidak boleh mengatakan keburukan Daniel seperti itu. Adapun tentang memeras orang, itu masih belum jelas. Jadi, jangan menghasut Bella untuk membenci Daniel.”
Mendengar perkataan Yudhistira, hampir semua murid segera tenang, meskipun masih ada yang bergumam buruk mengenai Daniel.
Sedangkan untuk Max dan Regi, mereka berdua ingin memuntahkan darah. Mereka berdua tahu betul bagaiamana sikap Yudhistira yang sebenarnya. Meskipun mereka berdua pernah dirugikan oleh Yudhistira, tapi mereka tidak separah yang dialami oleh Daniel.
“Daniel pasti akan memaafkanmu dan tak akan mengambil keuntungan darimu. Meskipun dia orang miskin, dia tak akan serendah itu untuk memerasmu.”
“Daniel tadi pulang cepet-cepet buat kerja, cari uang untuk biaya makan kedua adik-adiknya. Terserah kamu mau percaya atau tidak.”
Kemudian Max dan Regi berjalan keluar kelas.
Bella, yang mendengar penjelasan dari berbagai sudut pandang, hanya mengangguk saja.
Sedangkan Daniel, orang yang dibicarakan oleh teman sekelasnnya, sekarang ada di jalan. Dia tidak tahu kalau dia sedang digosipkan oleh teman sekelasnya. Kalau pun dia mengetahuinya, dia akan mengabaikannya. Lagi pula, bekerja lebih penting daripada mendengarkan ocehan sekumpulan murid yang mencemoohnya.
Daniel memeriksa beberapa tempat sampah dan sudah menemukan 6 sampah botol plastik. Kebetulan tasnya tidak memiliki banyak isi, jadi dia memisahkan antara buku dan sampah botol plastik di dalam tasnya.
Tak terasa, Daniel sudah sampai di rumahnya. Ia kemudian mengeluarkan Botol dari tasnya dan menaruh di drum minyak yang tak digunakan.
Rumah Daniel sangat sederhana. Hanya berukuran 66m².
Daniel masuk dan langsung ke dapur. Ia belum melihat adik-adiknya pulang. Ia pun segera memasakan makanan untuk kedua adiknya.
Keterampilan memasak Daniel lumayan bagus, Ia sudah memasak sejak kecil. Kemampuannya memasak cukup untuk membuka restoran. Sayangnya, Daniel tak memikirkan itu. Apa yang ia masak adalah nasi goreng dan telur mata sapi.
Bau harum tercium dari masakan Daniel.
Ia kemudian menaruh masakannya di atas meja dan menutupnya dengan tudung makanan.
Berganti pakaian dan kemudian memakan nasi goreng bagiannya, ia bergegas mengambil beberapa karung di belakang rumah. Lalu menggunakan topi jerami, ia pun berangkat mencari sampah botol plastik.