System Technology And Superpower - 53 Bab 53
Dalam tugas kali ini, Bimo ditemani oleh Pria Langsing sebagai asistennya. Selain itu, selama tugas ini Bimo bisa melakukan apa saja yang diinginkannya selama ia bisa mendapatkan seseorang untuk dijadikan sebagai ‘Tikus’ percobaan.
Bimo menggunakan pakaian serba hitam. Dengan tingginya 2,5 meter, harus dibuatkan pakaian khusus untuknya.
Di sisi lain, Pria Langsing hanya menggunakan pakaian modis. Meskipun ia berperan sebagai asisten pada tugas kali ini, yang ia lakukan hanyalah membawa “Tikus” kembali ke markas.
“Apakah kau sudah siap, pria besar?” tanya Pria Langsing yang sedang mengunyah permen karet.
“Aku sudah siap. Tapi … apakah kau benar-benar akan keluar seperti ini?” Bimo agak sedikit bingung dengan gaya berpakaian dari Pria Langsing ini.
“Apa yang salah dengan pakaianku? Bukannya aku lebih can- um, tampan dengan pakaian ini?” kata Pria Langsing sambil berpose narsis.
Bimo memutar matanya. Meskipun Pria Langsing ini adalah orang yang narsistik, tapi ia juga penuh dengan misteri.
“Apa katamu saja. Mari berangkat,” kata Bimo sambil melangkahkan kakinya yang besar dan panjang.
“Bukannya aku memang can- tampan ya? Kacamata, kemeja denim chamray, topi New York Yankee’s, lalu pakai Sneaker Adidas, bukannya ini ganteng banget ya? Lupakan. Si kulit merah tak bisa memahami dunia ketampanan seorang pria,” Pria Langsing itu menggerutu sendiri sambil berjalan mengikuti Bimo.
….
Keduanya sudah sampai di kota Banukarta¹, provinsi Jawa Barat.
Mereka berdua tentu saja tak melewati jalur yang ramai penduduk. Keduanya melewati hutan yang masih rimbun di pinggiran kota ini.
Di sebuah gubuk tua, mereka berdua sedang berdiskusi.
“Jadi, apakah kau sudah tau siapa yang akan kau culik kali ini?” tanya Pria Langsing sambil memainkan ponselnya.
Mendengarkan pertanyaan dari Pria Langsing, Bimo memancarkan tatapan penuh dendam di matanya. Ia menjawab, “Sudah. Dia adalah anak dari mantan bosku. Kalau ketemu, aku juga akan membawa bonus untuk profesor dengan membawa seorang pemuda yang kuat yang pernah membuat tulang-tulangku patah, pemuda ini adalah musuh dari anak mantan bosku.”
“Hm, seseorang yang membuat pria besar patah tulang? Menarik,” gumam Pria Langsing sambil mengerutkan keningnya.
Setelah hening sebentar, Pria Langsing melanjutkan, “Jadi, kau akan balas dendam saat ini juga? Yah, ini juga bukan urusanku. Urusanku adalah membawa mereka yang kau culik untuk membawanya dengan aman sampai ke markas. Lakukanlah sesukamu.”
Bimo tersenyum saat ini. Ini bukan senyum bahagia, tapi senyum karena akhirnya ia bisa membalaskan dendam untuk meluarganya.
“Baiklah, kau tunggu disini. Bantu aku mengendalikan cctv agar mereka tak mempunyai bukti. Jika foto tentangku tersebar pada masyarakat luas, ini akan menambahkan minyak pada api saat-saat di tahun politik seperti ini,” kata Bimo dengan tegas.
Pria Langsing tak menanggapi Bimo dengan serius. Ia melambaikan tangannya dan berkata, “Baik, baik. Aku akan mendukungmu dengan mematikan cctv nantinya. Lakukan yang terbaik dan semoga beruntung.”
Bimo mengangguk, ia kemudian keluar dari gubuk tua.
Baru saja ingin melangkah kakinya untuk pergi dari gubuk, Pria Langsing memanggil Bimo.
“Bimo!” panggilnya, “jika kau ingin mencari anak dari mantan bosmu, dia saat ini akan menuju sebuah bar dekat dengan hutan di pinggiran kota Banukarta. Sepertinya ada kejadian besar yang menimpanya.”
Bimo menoleh ke belakang, “Darimana kau tahu itu?”
“Instagramnya. Ada banyak kiriman galau dia di instagram dan dia ingin pergi ke bar sambil mengirim foto selfie yang menjijikan ini,” kata Pria Langsing dengan wajah jijik.
Bimo terdiam dengan jawaban dari Pria Langsing tersebut. Ia pergi tanpa suara meninggalkan Pria Langsing di gubuk tua.
Setelah Bimo pergi jauh, Pria Langsing mengehentikan tindakannya bermain ponsel. Ia dengan malas berkata, “Daripada aku menunggunya di sini, mending aku berjalan-jalan mencari wanita.”
Pria Langsing juga menghilang dari gubuk tua itu.
….
Bimo menyelinap menuju bar yang didatangi oleh targetnya. Ia dengan mudah melewati banyak rumah warga tanpa ketahuan. Meskipun Banukarta ini adalah sebuah kota di provinsi Jawa Barat, tapi ini tak sepadat kota Bandung. Jadi, hanya sedikit tempat yang memiliki cctv. Sedangkan untuk rumah warga, masih ada ruang untuk menyelinap hingga bar yang dituju.
Bimo juga sangat familiar dengan jalan ini karena sering menemani anak mantan bosnya pergi ke bar.
Kurang dari 30 menit, Bimo sudah sampai bar yang dituju. Ia melihat sebuah mobil yang familiar.
Karena tubuhnya yang terlampau besar dan sedikit aneh, jadi ia tak masuk secara normal karena dia tidak mau membuat keributan yang terlalu besar.
Ia rela menunggu lama untuk menculik Yudhistira saat dia sendirian.
Bimo saat ini telah berubah menjadi sosok yang lebih baik. Meski ia memiliki dendam yang dalam pada keluarga Wirawan, ia tak ingin membuat keributan besat untuk negara yang ia cintai.
Bimo dengan sabar menunggu Yudhistira sendirian. Ia menunggu di dekat jendela, hanya beberapa meter jauhnya dari toilet.
…..
Yudhistira berpesta dengan gila. Untuk melupakan kesedihannya dari ditendangnya dia dari sekolah, ia melakukan pesta gila di bar langganannya. Meskipun sudah mencemarkan nama baik ayahnya, ia hanya dihukum dengan sebuah tamparan saja.
Kirana Wirawan, IbuYudhistira selalu memanjakan Yudhistira dan tak ingin anaknya terlalu disakiti oleh ayahnya. Dia juga yang menyebabkan Bimo dipecat karena telah membiarkan wajah Yudhistira bengkak. Meski yang sebenarnya adalah Bimo sudah melindunginya namun gagal.
Karena dimanjakan sejak kecil, jadilah kepribadian Yudhistira yang manja, dia menjadi seseorang yang ingin mendapatkan apa yang dia mau dengan segala caranya dan harus mendapatkan hal tersebut.
Tentu saja, sebagai anak orang kaya, Arjuna dan Kirana ingin anaknya menjadi yang terdepan. Karena itulah mereka menyuruhnya untuk berlatih basket dan juga belajar dengan giat.
Dalam bidang pendidikan, olahraga, maupun ketampanan dan juga latar belakang, Yudhistira sebenarnya adalah yang terbaik. Tapi sayang, sifatnya terlalu busuk.
Saat ini Yudhistira meminum anggur merah dengan rakus. Ia meneguk sebotol anggur merah hingga habis tanpa sisa setetes pun.
Teman-teman yang lain pun bersorak gembira melihat Yudhistira yang ‘perkasa’.
Beberapa menit kemudian, ia merasa bahwa kantung kemiihnya sudah penuh. Ia buru-buru keluar dari kamar pribadi yang disewanya. Dengan terhuyung-huyung, ia menuju toilet di bar.
Saat menuju toilet, dia melihat seorang wanita cantik yang lewat. Dengan hasrat seksualnya yang meningkat dan juga pengaruh alkohol dari anggur merah, ia dengan berani mendatangi wanita tersebut di toilet perempuan.
Namun, belum sampai ia masuk ke toilet perempuan, sesosok tubuh besar yang menyeramkan muncul di depannya.
…..
Bimo dengan sabar menunggu. Ia tahu betul kalau Yudhistira akan ke toilet setelah minum anggur merah dengan porsi yang besar. Karena itulah dia menunggu di dekat toilet.
Setelah lama menunggu, ia melihat seorang pemuda dengan terhuyung berjalan menuju toilet.
Ia bergerak cepat dan segera muncul di depan pemuda tersebut.
Karena gerakannya yang tiba-tiba, Bimo membuat pemuda tersebut terkejut.
“Siapa kau?” tanya pemuda itu dengan kesal.
“Tuan muda, aku ini Bimo, pengawalmu yang pernah melindungimu,” kata Bimo dengan sinis.
Pemuda didepan Bimo ini adalah Yudhistira.
Wajah Yudhistira penuh dengan kejutan. Ia bertanya dengan heran, “Oh, ternyata Bimo. Bagaimana bisa kau ada disini? Dan juga, sepertinya kau akhir-akhir ini gemukan? Bukannya kau sudah tak punya uang lagi dan tak punya pekerjaan, bagaiamana bisa kau gemuk seperti ini?”
Sambil mengatakan hal tersebut, Yudhistira menyentuh tubuh Bimo.
Karena dalam keadaan mabuk, Yudhistira tak sepenuhnya sadar dan mengabaikan tubuh Bimo yang besar dan tinggi.
“Yah, kau akan menemukan jawabannya nanti.”
Setelah mengatakan itu, Bimo langsung memukul tengkuk Yudhistira dan membuatnya pingsan.
Meski tubuhnya besar, jendela di bar itu juga besar. Jadi ia dengan mudah dan cepat bisa membawa Yudhistira keluar dari bar tersebut.
Namun, Bimo tak tahu bahwa wanita cantik yang ada di toilet melihatnya menculik Yudhistira.
…..
Bimo dengan cepat membawa Yudhistira ke gubuk tua, tapi ia tak menemukan Pria Langsing di dalam gubuk tersebut.
“Kemana lagi dia ini? Selalu saja menghilang saat sedang bertugas.”
Bimo menggeleng-gelengkan kepalanya.
…..
Sementara itu, di sebuah toko, Pria Langsing sedang berbicara dengan seorang gadis polos berambut pirang.
“Jadi Nona, bolehkah aku tahu siapa namamu?” tanya Pria Langsing dengan lembut.