System Technology And Superpower - 54 Bab 54
Ketika Bimo sedang menangkap Yudhistira, Pria Langsing masih sibuk mencari gadis di kota Banukarta.
Dengan wajah tampannya, ia dengan mudah memikat seorang gadis. Setiap gerakannya diperhatikan oleh banyak gadis saat ia berjalan-jalan di kota Banukarta.
Ia telah berbincang dengan berbagai gadis ketika berjalan-jalan. Setelah lebih dari satu jam, ia kembali berjalan-jalan bebas sendirian di jalanan kota Banukarta.
Saat ia sedang berjalan santai melihat-lihat isi kota, ia melihat mobil yang di dalamnya ada seorang gadis berambut pirang dengan tampilan polos. Matanya yang sebiru langit dan tatapannya yang murni membuat hati Pria Langsing bergetar.
Mata Pria Langsing langsung berbinar. Dengan tatapan tertarik dia bergumam, “Sangat jarang bisa menemukan wanita yang polos dan murni sepertinya.”
Meskipun mobil itu melaju dengan cepat, tetapi mata Pria Langsing bisa melihat dengan jelas. Ini adalah salah satu kemampuannya.
Ia kemudian memainkan ponselnya, dengan cepat ia membuka browsernya. Hanya dalam dua menit, ia menemukan kemana mobil itu akan pergi.
Ia mengikuti jalan munuju pemberhentian dari mobil yang ditumpangi gadis itu dengan santai.
Setelah lebih dari selusin menit berjalan, ia menemukan mobil yang ditumpangi oleh gadis polos berambut pirang.
Ia melihat gadis itu sedang kebingungan memilih buku. Ia tersenyum dan masuk ke toko buku.
….
Bella terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Daniel. Ia masih syok ketika mengingat Daniel membunuh orang demi menyelamatkannya.
Dua kali ia melihat seseorang terbunuh di depan matanya. Pertama adalah saat Daniel memecahkan kepala seorang penculik yang mencoba menculiknya. Yang kedua adalah seorang pria serba hitam yang mencoba membunuhnya, namun Daniel menjadi perisai untuk melindunginya dari tembakan peluru. Daniel membunuh pria serba hitam itu dengan sangat brutal.
Ini adalah pertama kalinya ia melihat langsung adegan pembunuhan nyata.
Meskipun ia terlihat baik-baik saja saat pertarungan Daniel melawan para penculik, tapi setelah mengingat lagi kejadian itu, ia menjadi sangat ketakutan dengan apa yang dilakukan Daniel.
Dan juga, kekuatan Daniel juga membuatnya takut. Bagaimana bisa manusia biasa bisa selamat dari tembakan peluru yang sangat laju? Dan lagi, itu adalah dua peluru senjata api.
Ditambah dengan kekuatan tangannya yang kuat sampai-sampai kepala manusia pecah hingga seluruh isi kepala berhamburan.
Selain itu, Bryan juga menyarankan Bella untuk tidak terlalu dekat dengan Daniel karena kekuatan Daniel yang begitu misterius.
Hingga saat ini, Bryan masih belum menemukan mengapa Daniel memiliki kekuatan seperti itu. Namun, hasil lain yang ditemukannya adalah Daniel, anak muda ini adalah bos perusahaan Sky Technology yang membuat berbagai organisasi Dunia heboh dengan aplikasi asisten pintarnya yang melebihi Google Assisstant.
Penemuannya ini membuatnya semakin tak ingin putri kesayangannya terlalu dekat dengan Daniel meskipun Daniel telah menyelamatkan putrinya.
Dua kejadian itu membuatnya semakin takut.
Meskipun ia takut, ada bagian dalam dirinya yang ikut bahagia karena Daniel membunuh orang lain demi menyalamatkan dirinya. Meskipun rasa kebahagian itu tertumpuk oleh rasa takutnya, perlahan-lahan itu terbuka, tapi ia tak sadar akan hal itu.
Hari ini, dia mengunjungi toko buku untuk membeli sesuatu hal yang bersangkutan dengan memgatasi rasa takutnya. Sebelumnya, ia mencari di internet tentang mengenai rasa takut dan ia menemukan bahwa itu mengarah pada ilmu psikologi.
Dia dengan bingung mencari buku-buku mengenai pengendalian rasa takut, tapi masih belum menemukannya juga.
Ketika dia dengan bingung mencari buku, ia tak sengaja menabrak seseorang.
Orang yang ditabraknya adalah seorang pemuda yang terlihat cantik seperti seorang wanita.
Dengan cepat, ia mengulurkan tangannya pada Pemuda tersebut.
Pemuda tersebut mengambil tangan Bella sambil tersenyum.
Bella dengan cepat berkata, “Aku minta maaf. Apa kamu baik-baik saja?”
Pemuda tersebut tersenyum, ia melepaskan tangan Bella dan berkata, “Aku tidak apa-apa. Apa yang membuatmu begitu bingung?”
“Umm, aku sedang mencari buku psikologi yang bersangkutan dengan emosi rasa takut, tapi nggak ketemu dari tadi,” kata Bella dengan penuh kebingungan.
“Oh, ternyata itu.”
Pemuda itu pergi mencari buku pada rak psikologi dan mengambil sebuah buku. Kemudian, ia menyerahkan buku itu pada Bella.
“Ini bukunya, ada yang menjelaskan rasa takut di sana,” ujar pemuda itu setelah menyerahkan buku pada Bella.
Mata Bella cerah melihat ini. Ia tersenyum cerah dan berkata, “Terima kasih banyak.”
Pemuda itu tersenyum. Ia melambaikan tangannya, “Bukan apa-apa. Tapi, mengapa kamu mencari buku mengenai rasa takut? Apakah kamu fobia terhadap suatu hal?”
“Ini….” Bella ragu-ragu untuk menjelaskannya.
Ia berpikir, bagaimana bisa ia menjelaskan bahwa Daniel adalah pembunuh di depan Pemuda yang baru saja yang ia temui? Bahkan jika itu adalah seseorang yang ia kenal dekat pun, ia tak akan menceritakan hal tersebut.
Setelah ragu-ragu sejenak, akhirnya ia pun mendapat cara untuk menjelaskan alasan ia mencari buku psikologis.
“Sebenarnya aku mencari buku ini karena aku takut sama seseorang. Dia dekat sih sama aku, tapi sejak terakhir kali dia secara brutal memukul orang yang jahat padaku, aku jadi takut padanya. Ketika melihatnya, aku jadi teringat kejadian itu. Aku juga jadi jarang mengobrol dengannya,” kata Bella menjelaskan alasannya.
Pemuda itu tersenyum. Ia kemudian berkata, “Kamu seharusnya tak begitu. Kamu tau, dia akan sakit hati jika kamu terus memperlakukannya seperti itu. Dia berani memukul orang lain demi dirimu, dia juga pasti sudah tau resikonya jika dia memukul orang lain secara brutal. Saat ini dia pasti bingung karena kamu jarang mengobrol dengannya. Apakah kamu ingin terus memperlakukannya seperti ini?”
“Aku….” Bella menundukan kepalanya dengan sedih.
“Kamu tahu mengapa dia menghajar orang jahat itu secara brutal?” tanya pemuda itu.
“Dia bilang kalau aku penting baginya….” jawab Bella dengan kepala tertunduk.
“Apakah dia terluka parah setelah kejadian itu?” tanya pemuda itu lagi.
“Dia … dia terluka parah. Tapi….” Bella masih menjawab dengan kepala tertunduk.
“Dia bilang kalau dia baik-baik saja, ‘kan?”
“Itu benar…” jawab Bella dengan nada sedih.
“Itu berarti dia tak ingin membuatmu khawatir tentang lukanya,” kata pemuda itu.
Ia kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah sedih.
“Lalu, bagaimana reaksinya jika dia mengetahui kalau kamu takut padanya?” lanjut pemuda itu.
“Itu….” Bella tak menjawabnya.
Setelah mendengar pertanyaan dari pemuda itu, akhirnya Bella menyadari sepenuhnya, air matanya sudah hampir mengalir di sudut matanya.
Alasan dia takut pada Daniel terlalu konyol menurutnya. Jika saja Daniel mengetahui ini, apakah Daniel benar-benar akan membencinya?
Bagaimana caranya untuk meminta maaf pada Daniel tentang masalah ini?
Saat Bella memikirkan hal itu, pemuda itu menepuk bahunya. Hal ini membuatnya terkejut dan mundur selangkah.
Pemuda itu tersenyum malu. Ia berkata, “Maaf karena telah berani-beraninya menyentuhmu.”
Pemuda itu berpose meminta maaf. Kemudian ia melanjutkan, “Tak terlambat untuk meminta maaf padanya. Jika ia memang mengatakan hal tersebut, ia tak akan marah padamu. Tetapi, jika kamu terus takut dan tidak meminta maaf, orang yang benar-benar berharga di hatimu akan menjauh dan hilang. Kamu benar-benar akan kehilangan seseorang yang berharga. Kamu akan menyesalinya.”
Setelah mengatakan apa yang pemuda itu katakan, air mata mulai mengalir di matanya. Bella benar-benar tersentuh dengan apa yang dikatakan oleh pemuda yang ada di depannya ini.
“Terima kasih atas nasehatmu. Aku akan mengingatnya. Terima kasih banyak.”
Setelah mengatakan itu, Bella meninggalkan tempat untuk mengunjungi kasir.
“Nona, bolehkah aku tahu siapa namamu? Namaku adalah Rio,” kata Rio dengan sedikit berteriak.
“Namaku adalah Bella. Sampai jumpa, Rio!” Bella kemudian dengan cepat membayar dan kembali ke mobilnya. Ia dengan semangat pulang ke rumah.
Melihat Bella pulang dengan semangat, Rio tersenyum.
“Gadis ini … dia benar-benar gadis yang murni. Sepertinya aku harus menyelidiki latar belakangnya. Entah kenapa, ada rasa ingin melindungi gadis ini,” gumam Rio.
Setelah menghela napas panjang, ia melihat jam di ponselnya.
“Sepertinya Bimo sudah kembali. Yah, saatnya ke titik pertemuan. Aku penasaran dengan orang yang dibawa oleh Bimo.”
Setelah mengatakan itu, Rio dengan cepat menghilang dari toko buku tersebut.