System Technology And Superpower - 59 Bab 58
Setelah menyelesaikan pukulannya, Daniel melihat Bimo yang terbaring tanpa keinginan untuk bertarung lagi. Sebenarnya, ia pun tak punya niat bertarung lagi dengan Bimo karena semua ini hanyalah kesalahpahaman belaka. Tapi, karena Bimo masih tak bisa menerima jawabannya, ia dengan terpaksa merobohkan Bimo hingga Bimo tidak memiliki keinginan bertarung lagi.
Daniel berjalan ke sisi Bimo dan duduk di sana. Ia dan Bimo tak mengucapkan sepatah katapun untuk beberapa menit. Merasakan suasana seperti ini, Daniel akhirnya berbicara.
“Hei Bimo. Aku minta maaf sebelumnya, tapi bisakah kau ceritakan tentang kejadian pembantaian keluargamu itu?” tanyanya menatap langit yang mulai mendung.
“Kau….” Bimo menatap Daniel, lalu menghela napasnya. Ia melanjutkan, “Yah, sepertinya kau bukanlah pelakunya. Aku akan menceritakannya….”
Akhirnya, Bimo menceritakan semuanya. Dari awal dia bertarung dengan Daniel di gang sepi beberapa bulan yang lalu sampai pada dia membalas dendam pada Arjuna. Untuk beberapa hal mengenai kekuatannya sampai rekan-rekannya yang ada di laboratorium misterius, dia tetap merahasiakannya.
Daniel mendengarkan setiap apa yang dijelaskan oleh Bimo. Semakin dia mendengarkan, semakin dia mengerti mengapa Bimo seperti ini. Apa yang dialami Bimo sangatlah menyedihkan.
Ketika seseorang ingin berubah menjadi lebih baik lagi demi seseorang yang dia sayangi, tapi takdir berkehendak lain.
Daniel kemudian membayangkan bagaimana jadinya ketika dia kehilangan Rika, Raka, Nayla dan yang lainnya. Jika benar itu terjadi, dia mungkin akan bertindak seperti Bimo saat ini, mencari orang itu sampai benar-benar terbalas.
Ia menggelengkan kepalanya ketika memikirkan ini. Ia menghela napas dan melihat Bimo.
“Kehidupanmu sungguh berat. Aku juga mungkin akan melakukan hal yang sama, tapi setelah melihatmu, aku tahu bahwa itu benar-benar tak baik ketika kita dibutakan oleh dendam,” katanya sambil melihat awan mendung.
Bimo, yang saat ini sudah duduk, menundukkan kepalanya. Ia diam tak menjawab apa yang Daniel katakan. Ia memikirkan lagi kata-kata itu.
Suasana hening lagi.
“Apakah istri dan anak-anakmu menginginkan kamu seperti ini?” tanya Daniel memecahkan suasana hening. Bersamaan dengan itu, hujan mulai turun seakan langit benar-benar bersedih dengan apa yang dialami oleh Bimo.
Bimo menatap langit, wajahnya mulai basah karena hujan. Dia berkata, “Aku tidak tau. Tapi, kurasa istri dan anak-anakku tak menginginkanku seperti ini.”
Keduanya terdiam lagi sembari menatap air hujan yang berjatuhan.
Daniel mulai berdiri. Sambil melakukan itu, dia berkata, “Kau tau bahwa keluargamu tak ingin kau menjadi seperti ini, maka janganlah lakukan hal ini lagi. Jadikan ini sebuah pelajaran dan lakukan hal-hal yang tak membuat keluargamu sedih. Aku yakin, mereka akan selalu memperhatikanmu. Aku juga yakin Kakek dan Orangtuaku memperhatikanku selama ini.”
“Yah, kau benar. Aku akan membayar semua yang kulakukan saat ini dan juga yang kulakukan di masa lalu,” kata Bimo yang masih menatap air hujan. Kemudian, ia menutup matanya dan tersenyum. “Hei, bocah ingusan sepertimu berani-beraninya menasehati orang dewasa sepertiku,” lanjutnya sambil berdiri mengikuti Daniel dan menepuk punggungnya dengan semangat.
Daniel terkejut dengan ini, dia hampir jatuh karena tepukan Bimo ini luar biasa kerasnya. Namun, alih-alih marah, ia tersenyum. Ia berkata, “Ei, itu sangat kuat. Jika itu manusia biasa, aku khawatir dia akan terbang beberapa meter karenamu!” Daniel juga membalas dengan menepuk punggung Bimo dengan kekuatan yang sama. Bimo tertawa melihat ini.
“Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” tanya Daniel sambil mengambil lagi tasnya.
“Yah, kurasa aku akan membimbing Yudhistira kembali ke jalan yang benar dan juga melakukan sesuatu yang berguna untuk bangsa ini,” jawab Bimo.
Daniel sedikit terkejut mendengar ini. Tapi, setelah beberapa saat, wajahnya normal lagi. “Yah, lakukan apa yang kamu mau selama tidak membahayakan orang-orangku dan juga negara ini. Untuk Yudhistira, kuharap dia tak menyentuh orang-orangku, kalau tidak, aku tak akan bersikap sopan padanya.”
Bimo tersenyum canggung mendengar ini. Meskipun Daniel baik, tapi dia masih dendam pada Yudhistira. Ia berkata, “Masalah itu, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menimbulkankan masalah padamu.”
“Sepertinya kita akan berpisah disini,” kata Daniel. Ia kembali menatap tubuh Bimo yang besar dan melanjutkan, “Kuharap kita bertemu lagi dengan keadaan dan suasana yang berbeda. Meskipun aku penasaran dengan kekuatanmu, aku tak ingin membongkar rahasiamu. Semoga saja kau bisa menjelaskannya di suatu hari nanti,” katanya sambil meninju pelan ke tubuh Bimo.
Bimo tersenyum canggung lagi. Perubahan sikap Daniel membuatnya agak kualahan. Ia berkata, “Yah, aku juga penasaran dengan kekuatan yang ada dalam tubuhmu. Semoga kita bertemu lagi.”
Mendengar ini, Daniel segera berbalik. Tetapi, setelah beberapa langkah, dia berhenti dan berkata, “Aku minta maaf telah membuatmu patah tulang beberapa bulan yang lalu. Jika bukan karena ini, kurasa pembantaian tak akan terjadi…” suara Daniel berat menahan kesedihan dan rasa bersalahnya.
Bimo memandang langit hujan lagi dan berkata, “Jika itu aku yang sebelumnya, kurasa kita akan bertarung sampai titik darah penghabisan. Tapi, setelah apa yang kau katakan tentang keinginan keluargaku, aku tak akan melakukannya. Aku juga berpikir bahwa ini adalah jalan takdir yang kutempuh karena apa yang kulakukan di masa lalu.” dia kemudian berjalan menghampiri Daniel yang berdiri dan menepuk punggungnya sekali lagi dengan semangat.
Daniel yang menundukkan kepalanya terkejut dengan perlakuan Bimo. Ia tersenyum lagi dan berkata, “Kurasa kau benar-benar berubah.” ia bersukyukur Bimo benar-benar berubah. “Oh iya, satu hal lagi. Jangan lupa mengabari Ibu Yudhistira tentang keadaan Yudhistira. Kurasa dia benar-benar khawatir padanya. Bagaimanapun, dia adalah orang tua Yudhistira dan kau sendiri tau bagaimana rasanya terpisah dengan buah hatimu.” setelah mengatakan itu, dia berjalan pergi.
Bimo tersenyum juga dan menjawab, “Kau benar. Aku akan memberitahu Ibu Yudhistira tentang keadaannya. Sampai jumpa.” Bimo langsung berbalik setelah mengatakan itu.
“Ya, sampai jumpa,” kata Daniel sambil melambaikan tangannya.
“Ding!”
“Tugas selesai!”
“Selamat, Host mendapatkan 25% Exp.”
“Selamat, Host mendapatkan Electromagnetic Handcannon.”
“Selamat, Host mendapatkan 1x kesempatan Undian.”
Daniel tak memperhatikan sisa bunyi notifikasi sistem selain bunyi notifikasi tugas selesai. Setelah bertemu Bimo, ia merasakan rasa bahaya. Ia membutuhkan seseorang yang bisa dipercaya untuk menjaga adik-adiknya, tapi ia kesulitan untuk mencari orang yang benar-benar dia percayai.
Dia menggelengkan kepalanya. Dia melihat bajunya yang robek dan juga kotor ditambah dengan basah karena hujan, dia memilih untuk memanggil Nayla untuk menjemputnya. Tentang bodyguard kedua adiknya, ia bisa memikirkannya nanti. Ia membuka kunci pada jam tangan pintarnya, lalu mencari kontak Nayla dan memanggilnya.
Setelah beberapa saat, panggilan tersambung. Layar virtual hologram berwarna biru muncul dari jam tangan Daniel.
“Nay, jemput aku. Aku akan mengirimkan lokasinya,” kata Daniel singkat.
Nayla, yang ada di kantor PT. Sky Technology terkejut melihat baju Daniel yang basah, robek dan kotor. Selain itu, ia juga melihat bekas darah di tepi bibir Daniel. Tanpa berpikir panjang dia menjawab, “Baiklah. Nay akan menjemput Niel secepatnya.”
Setelah mendapatkan jawaban dari Nayla, Daniel mematikan panggilan, lalu mengirimkan lokasinya. Dia menghela napas dan tersenyum. Wajah Nayla yang khawatir sangat manusiawi sekali. Hal ini membuat Daniel terkagum-kagum pada pencipta kucing R-I0ne.
Tiba-tiba sebuah ide terlintas dalam pikirannya. Jika Nayla bisa dia percayai, berarti ‘seorang’ seperti Naylalah yang dia butuhkan. Dia tersenyum gembira karena ini. Tapi, setelah beberapa saat, kegembiraannya menghilang.
“Benar saja, banyak hal yang harus kulakukan jika aku benar-benar menginginkan ‘seseorang’ seperti Nayla,” kata Daniel tersenyum lemah.
Sambil menunggu Nayla sampai, Daniel memikirkan rencana itu. Saat ini, kecerdasan buatannya masih dalam tahap pembuatan. Beberapa hal tentang masslah perusahaan membuat kemajuan proses pembuatan kecerdasan buatannya sedikit tertunda. Belum lagi, tentang rencana ponsel dan juga produk lainnya, hal ini membuatnya sakit kepala. Selain itu, ia sedikit merasa kehilangan karena sikap Bella yang terkesan dingin padanya. Memikirkan masalah ini, ia menghela napas lagi.
“Sepertinya aku akan sibuk pada liburan kali ini,” gumamnya.
Tidak lama setelah itu, sebuah mobil muncul di depannya. Seorang wanita cantik muncul dari jendela mobil dan berkata, “Niel, masuklah. Nanti kamu demam kalau kena hujan lama-lama.”
Wanita cantik itu adalah Nayla.
“Ya, aku akan segera masuk,” jawab Daniel. Meskipun dia sangat yakin bahwa demam tak akan terjadi padanya, tapi karena wajah khawatir Nayla, ia cepat-cepat masuk mobil.
Keduanya kemudian melaju ke arah villa Daniel.