System Technology And Superpower - 60 Bab 59
“Niel, kamu baik-baik aja, ‘kan?” tanya Nayla dengan khawatir ketika dia melihat jejak darah di sisi bibir Daniel lewat kaca spion.
“Sungguh, aku baik-baik saja. Tadi hanya masalah kecil,” jawab Daniel dengan senyum sambil menggaruk pelan pipinya.
“Masalah kecil yang sampai membuatmu menyuruhku untuk tidak menjemputmu dan melindungi adik-adikmu!” jawab Nayla menggembungkan pipinya. Tampilan Nayla ini membuatnya tambah imut.
Daniel tersenyum lemah melihat Nayla seperti ini, tapi di lain sisi, dia merasakan kehangatan di hatinya. Hal ini juga menyebabkan dia mengingat ketika dia pertama kali bertemu dengan ‘Nayla’ dan dia tersenyum.
“Lupakan masalah itu, oke? Aku sudah baik-baik saja sekarang, hanya sedikit memar karena pukulan,” katanya tersenyum pada Nayla. Nayla melihat senyum ini membuatnya merasa tenang dan kekhawatirannya berkurang banyak.
“Bagaimana kondisi perusahaan hari ini?” lanjut Daniel bertanya.
“Semua baik-baik saja meski ada beberapa orang yang berusaha membobol sistem pertahanan perusahaan. Selain itu, mulai hari ini, tim R&D melakukan penelitian untuk perusahaan dengan arahan dari Lia Jie. Masalah keuangan semua aman, para karyawan juga aman. Pengguna ‘Teteh’ semakin meningkat. Meski ada beberapa keluhan dan percobaan menjatuhkan citra Teteh dan perusahaan, itu masih sangat lemah karena basis pengguna yang sangat puas dengan fitur yang disajikan. Tentang kecerdasan Teteh, itu juga semakin meningkat karena interaksinya dengan manusia. Hanya menunggu waktu sebelum dia menjadi kecerdasan buatan yang matang….” Nayla terus menjelaskan tentang kondisi perusahaan saat ini. Di sisi lain, Daniel mendengarkan dengan hati-hati.
Setelah mendengarkan beberapa menit, Daniel menghela napas lega. Perusahaan saat ini masih berada pada jalurnya. Karena hal ini, ia juga menjadi bingung dengan produk apa yang akan diproduksi oleh Sky Technology kedepannya.
“Nay, aku akan beristirahat sebentar,” katanya lalu dia menutup matanya.
Nayla tak menjawab dan mengurangi kecepatan mobil agar tidak membuat Daniel terganggu.
….
“Nay, kembalilah ke kantor perusahaan. Mereka lebih membutuhkan kamu. Masalah lukaku, itu masih ada Rika yang bisa merawat lukaku. Jangan terlalu khawatir tentangku,” jawab Daniel tersenyum, wajahnya menunjukan seolah-olah di wajahnya tertulis bahwa dia baik-baik saja.
Ssbelumnya, saat Daniel turun dari mobil, Nayla menawarkan diri untuk merawat lukanya, tapi Daniel menolak itu karena akan membuang waktu Nayla.
Meskipun agak enggan meninggalkan Daniel, ia hanya bisa menuruti apa yang Daniel katakan untuk pergi ke kantor membantu Lia Siyu. Di lain sisi, dia lega kalau luka Daniel tidak parah.
“Baiklah,” balasnya lalu berbalik memasuki mobil.
“Hati-hati di jalan,” kata Daniel dengan nada penuh perhatian.
Nayla tersenyum cerah mendengar ini. Ia melambaikan tangannya kepada Daniel dan berkata, “Ya, aku akan berhati-hati. Dadah.”
“Dadah,” balas Daniel dengan melambaikan tangannya juga.
Mobil yang dibawa Nayla melaju menjauh dari villa Daniel. Daniel berbalik dan teringat kalau sekarang masih hujan.
“Astaga, aku makin kehujanan!” gumamnya sambil berjalan dengan cepat ke villanya. Setelah sampai, dia membuka pintu villanya.
“Aku pulang,” kata Daniel begitu dia membuka pintunya.
“Kakak?!” suara manis dengan kekhawatiran terdengar di seluruh ruangan. Rika berlari ke arah pintu dengan terburu-buru dan menemukan Daniel kotor, babak belur dan juga ada jejak darah ditubuhnya.
“Kakak, apa yang Kakak lakukan? Kenapa Kakak babak belur gini? Lihat, baju kakak basah, kotor dan juga kakak berdarah begini. Jelasin, Kak!”
Daniel tersenyum canggung, tapi merasakan kehangatan dari kekhawatiran adiknya. “Tenanglah. Kakak hanya berkelahi dengan seseorang. Tapi sekarang kakak baik-baik saja. Kamu tak perlu khawatir lagi,” kata Daniel tersenyum lalu mengusap lembut rambut Rika.
Daniel tak memberitahukan yang sebenarnya pada Rika karena takut Rika khawatir berlebihan dan syok nantinya.
“Kakak, berhentilah berkelahi. Kakak dari dulu sering pulang babak belur begini. Aku tak mau kakak belur kayak gini lagi,” kata Rika dengan matanya penuh air mata yang bisa tumpah kapan saja.
“Baiklah, kakak akan berhenti berkelahi. Tapi, jika seseorang berani menyakiti Rika, Raka dan orang-orang yang Kakak sayang, Kakak akan bertarung dengan mereka,” kata Daniel yang suaranya penuh dengan tekad.
“Kalau itu, aku tak akan melarang Kakak,” balas Rika dengan lembut. Ia sangat senang dengan ucapan kakaknya dan pergi memeluknya. Meskipun tahu bahwa seragam kakaknya basah, Rika tetap memeluknya untuk beberapa saat. Daniel membalas dekapan Rika dengan lembut sambil terus mengusap rambutnya. Setelah beberapa saat, Rika melepaskan pelukan itu.
“Kakak abis ini mandi, ya. Nanti kakak sakit kalau tidak mandi setelah kehujanan. Tunggu di sini, aku ambilin handuk Kakak,” katanya usai dia melepas pelukan lalu berbalik berjalan ke kamar Daniel.
Tak lama kemudian, Rika kembali dengan membawa handuk ditangannya. Ia menyerahkan handuk itu pada Daniel sambil berkata, “Kakak lepas baju yang basah. Biar aku yang urus seragam kakak.”
Daniel mengambil handuk itu dan menganggukkan kepalanya menandakan dia setuju. Dia menaruh handuk yang ia terima di kepalanya, lalu mulai melepas kancing seragamnya satu persatu. Setelah melepas kancing terakhir, Daniel melepas seragamnya dan menunjukkan bentuk tubuh atletisnya.
Wajah Rika memerah melihat ini. Ia menundukkan kepalanya supaya tidak ketahuan oleh Daniel kalau wajahnya merona merah.
Daniel hendak menyerahkan seragamnya pada Rika, tapi melihat Rika menundukkan kepalanya, dia menjadi bingung.
Dia menunduk juga dan melihat wajah Rika memerah. Dengan nada khawatir dia bertanya, “Rika, kamu baik-baik aja, ‘kan? Kamu tidak demam, ‘kan?”
Daniel menempelkan telapak tangannya pada dahi Rika. Ini menyebabkan wajah Rika semakin memerah.
Ketika dia melihat tubuh atletis Daniel, jantungnya berdetak kencang. Tapi, setelah mendapat perlakuan ini, jantungnya berdetak semakin kencang, wajahnya semakin panas. Jika tidak ada Daniel di depannya, Rika mungkin saja akan pingsan dengan darah mengalir dari hidungnya.
Rika mencoba untuk menenangkan dirinya, tapi tetap saja tidak bisa. Dengan gugup dia berkata, “Ti-tidak, Kak. A-aku tidak apa-apa.”
Setelah mengatakan itu, dia mengambil seragam Daniel dan pergi menuju kamarnya.
Daniel mengangkat bahunya karena dia tidak mengerti apa yang terjadi pada Rika. Tapi, dia senang kalau Rika baik-baik saja. Sambil berjalan menuju kamarnya, dia mengeringkan tubuhnya dengan handuk.
Sedangkan Raka, yang melihat adegan komedi romantis itu hanya bisa terdiam saja. Kemudian ia menggelengkan kepalanya dan bergumam, “Kak Rika Brocon akut, Kak Daniel tak peka-peka.”
Dia pergi ke kamarnya lagi untuk melanjutkan push ranknya.
….
Setelah Daniel selesai mandi, Rika datang lagi ke kamar Daniel untuk merawat lukanya. Meski selama proses merawat luka itu jantungnya terus berdegup kencang, ia bisa menyelesaikan tugas tersebut.
Setelah itu, keduanya berdebat tentang besok sekolah atau tidak, tapi melihat bagaimana khawatirnya Rika, Daniel memilih untuk mengalah dan menuruti kalau besok dia tak akan pergi ke sekolah.
Setelah itu, Rika keluar untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya.
Daniel kemudian masuk lift pergi ke labnya yang ada di ruang bawah tanah. Yang dia lakukan di lab pribadinya adalah untuk mengedit Animasi yang telah dibuatnya. Meskipun semakin mudah dengan adanya Helm Animasi ini, tetap saja membutuhkan konsentrasi besar. Jika tidak berkonsentrasi penuh, imajinasi akan segera buyar. Karena itu, sekarang Daniel perlu mengedit beberapa kesalahan saat ia membuat animasi dari ceritanya.
Animasi ini bercerita tentang seorang seorang siswa SMK yang sedang bermain game bersama teman-temannya di kelas saat jam pelajaran kosong. Tetapi, sebuah kejadian aneh terjadi. Sebuah portal layaknya blackhole muncul di kelas itu dan menghisap seisi kelas. Setelah merasakan mereka terhisap ke dalam portal itu, mereka muncul di sebuah hutan asing. Namun, beberapa dari mereka mulai menyadari bahwa mereka berada di sebuah tempat mirip dengan game yang mereka mainkan.
Daniel terus memperbaiki kesalahannya secara bertahap. Karena fokus mengerjakan itu, waktu sudah menunjukan pukul 6 sore. Ia menyimpan hasil editannya lalu melepaskan helm animasi.
Daniel mandi kemudian makan malam bersama Rika, Raka dan Nayla lalu kembali ke kamarnya untuk melanjutkan mengetik kode untuk kecerdasan buatannya.
….
Keesokan harinya, di SMKN Sinar Abadi.
Saat jam pelajaran pertama dimulai, Guru mengumumkan bahwa Daniel tak bisa sekolah karena diserang oleh orang misterius saat pulang sekolah. Pengumuman ini mengejutkan seisi kelas, terutama duo Max dan Regi, Silvia, lalu Bella.
Setelah mengumumkan hal itu, Guru mengingatkan semua murid untuk berhati-hati saat pulang sekolah nanti, lalu memulai pelajaran.
Saat istirahat, Max dan Regi berdiskusi untuk menjenguk Daniel setelah pulang sekolah nanti. Keduanya memilih untuk mengajak teman lainnya untuk menjenguk Daniel.
Keduanya menghampiri Bella. Max lalu bertanya, “Hai Bella. Kamu mau nggak ikut kami jenguk Daniel setelah pulang sekolah?”
Bella membalas sapaan Max dengan anggukan. Mendengar pertanyaan Max, Bella jadi sedikit ragu-ragu.
“Aku….”