System Technology And Superpower - 61 Bab 60
Hari ini, Bella dengan semangat berangkat ke sekolah. Alasannya adalah dia ingin mengobrol lagi seperti biasa dengan Daniel tanpa ketakutan sedikitpun. Kemarin dia meninggalkan Daniel tanpa sepatah kata karena dia benar-benar belum siap untuk meminta maaf pada Daniel.
Sesampainya dia di sekolah, dia berjalan cepat menuju kelasnya sambil berharap ada Daniel di sana. Tetapi, begitu dia sampai, Daniel tidak ada di sana. Semangat yang membara, perlahan mulai menurun.
Ia kemudian duduk di kursinya dan menunggu kedatangan Daniel. Ia sesekali menatap pintu kelas, lalu menatap kursi Daniel.
Beberapa menit kemudian, Max dan Regi masuk ke kelas. Bella, yang daritadi memperhatikan pintu masuk, matanya memancarkan secercah harapan. Tetapi, setelah Max dan Regi memasuki kelas, dia tak melihat bayangan Daniel sedikitpun. Semangatnya sekali lagi menurun. Ia menundukkan kepalanya tanpa ada semangat.
Max dan Regi memperhatikan Bella setelah duduk di kursi mereka. Keduanya bingung dengan keadaan Bella seperti ini, tapi mereka tak terlalu ingin ikut campur karena keduana berpikir Bella sedang memiliki masalah yang menyangkut privasinya.
Sesaat sebelum bel masuk berbunyi, seorang siswa masuk ke kelas dengan napas terengah-engah. Dengan sisa kekuatannya, dia berkata, “Selamat pagi.”
Mata Bella berbinar. Suara ini agak familiar baginya, dia pun segera mengangkat kepalanya, melihat-lihat ke arah sumber suara.
Dengan penuh semangat dia memanggil siswa itu, “Da….”
Namun, suaranya berhenti di situ. Orang yang datang bukanlah Daniel, melainkan siswa lain. Hal ini menyebabkan semangat Bella sangat menurun.
Suara Bella mendapatkan perhatian seluruh siswa, tapi ia tak memperhatikan ini karena fokusnya tak lagi di kelas, melainkan di dalam pikirannya ketika dia mengingat sikapnya pada Daniel setelah kasus penculikan beberapa pekan yang lalu.
“Apakah Bella baik-baik saja?” gumam Silvia sambil memperhatikan Bella yang menundukkan kepalanya.
Tak lama kemudian, guru memasuki kelas. Gita, ketua kelas baru, memimpin teman-temannya untuk memberi salam kepada guru.
Setelah menjawab salah dari murid di kelas, guru tersebut memberikan sebuah pengumuman.
“Murid-murid, teman kalian, Daniel, tidak bisa menghadiri kelas hari ini karena kemarin dia diserang oleh orang tak dikenal setelah pulang sekolah. Saat ini Daniel dirawat di rumah oleh adiknya,” kata guru. Setelah jeda beberapa saat, dia melanjutkan, “Kalian harus hati-hati saat pulang sekolah nanti. Lebih baik kalian pulang bersama-sama agar tidak terjadi seperti penyerangan terhadap Daniel.”
Setelah guru mengumumkan itu, seluruh murid terkejut mendengarnya. Kemudian, diskusi antar murid pun dimulai.
“Daniel diserang? Kasihan dia. Dahulu dia sering dibully Yudhistira, sekarang dia masih saja diserang oleh orang misterius,” kata murid A.
“Iya, kasihan banget dia,” jawab murid B.
“Eh, kalian tau nggak? Beberapa waktu lalu, ada murid SMK juga yang diserang oleh orang misterius saat lagi di taman hiburan. Apakah Daniel diserang oleh seseorang dari organisasi mereka?” kata murid C. Teorinya membuat diskusi semakin panjang.
Bella yang mendengar ini merasakan rasa bersalah. “Apakah orang yang menyerang Daniel adalah orang yang mencoba menculikku waktu itu?” begitu pikirnya.
Bella terus memikirkan itu sampai-sampai membuatnya tak fokus selama oelajaran berlangsung.
Kemudian, bel istirahat berbunyi.
Ketika dia sedang berpikir, Max dan Regi menghampirinya. Max lalu bertanya padanya, “Hai Bella. Kamu mau nggak ikut kami jenguk Daniel setelah pulang sekolah?”
Bella terkejut mendapat sapaan dari Max. Ia kemudian membalas sapaannya dengan anggukan. Namun, setelah mendengar pertanyaan Max, Bella jadi sedikit ragu-ragu. Ia menundukan kepalanya dan bergumam, “Aku….”
Awalnya ia juga berencana untuk menjenguk Daniel. Tapi, setelah dia teringat dengan sikapnya kepada Daniel, dia ragu-ragu untuk ikut. Selain itu, serangan pada Daniel juga kemungkinan besar dilakukan oleh organisasi yang menculiknya. Jika bukan karena Daniel melindunginya, Daniel mungkin tidak akan diserang oleh orang tak dikenal ini.
Rasa bersalah kepada Daniel semakin menghantuinya.
“Dia yang menolongku sampai mempertaruhkan nyawanya, tapi aku membalasnya seperti ini. Karenaku, dia menjadi terluka sekali lagi, dan aku….”
Itulah isi pikiran Bella saat ini.
Setelah hening beberapa detik, dia menundukkan kepalanya. Dia menjawab, “Maaf, aku tidak bisa.”
Jawaban Bella membuat keduanya terkejut.
“Baiklah, tidak apa-apa,” ucap Max dengan nada santai. “Aku tak tahu apa yang terjadi antara kamu dan Daniel, tapi dia mengkhawatirkanmu. Kemarin saja, dia sangat khawatir kepadamu karena kamu tiba-tiba saja pergi tanpa berkata apapun padanya. Setelah itu, dia pergi dengan terburu-buru,” lanjutanya.
“Aku harap kamu berbaikan lagi dengan Daniel. Aku tak ingin dia bersedih dan khawatir tak jelas seperti kemarin,” katanya dengan nada dan wajah serius. Kemudian dia berbalik membelakangi Bella.
Regi tersenyum. Setelah beberapa saat, dia memukul punggung Max dengan sedikit keras dan berkata, “Berhentilah berlagak sok keren di depan cewek cantik. Bella tak akan jatuh cinta denganmu meskipun kau sok keren seperti itu!” dia tertawa setelah mengatakan itu.
Sedangkan Max, kekesalannya terpicu. “Setidaknya aku keren, tidak seperti kamu yang tidak keren! Meskipun Bella sangatlah mustahil untuk jatuh cinta kepadaku, setidaknya banyak cewek lain yang akan jatuh cinta padaku!” ucapnya dengan wajah sombong dan penuh kebanggaan.
“Hah?! Keren dari Hongkong! Aku lebih keren darimu!” kata Regi membantah ucapan Max.
Max tertawa. Dia membalas, “Haha, Hongkong lebih keren! Daripada kamu, keren dari cikampek!”
“Kamu salah, Indonesia lebih keren. Karena itu, cintailah ploduk-ploduk Indonesia!” ucap Regi dengan nada meniru suara bintang iklan dari iklan Mba’spion. Keduanya kemudian saling menertawakan satu sama lain.
Di sisi lain, Bella dari tadi menundukkan kepalanya. Yang dikatakan oleh Max semakin membuatnya semakin merasa bersalah. Hatinya seperti diserang oleh sebuah panah tajam setelah mendengar Max.
Menggigit bibirnya, dia berkata, “Aku…”
Tapi, belum selesai dia mengatakan kalimatnya, itu dipotong oleh kalimat Regi. “Max, Bella bilang dia tak bisa ikut. Dia mungkin punya kesibukan, jadi jangan memaksanya. Bagaimana kalau kita mengajak Silvia dan Kinar? Mereka berdua juga akrab dengan Niel.”
Max menganggukkan kepalanya, “Ah, baiklah.”
Keduanya kemudian pergi menghampiri Silvia dan mengajaknya menjengguk Daniel setelah pulang sekplah. Silvia setuju dengan keduanya.
“…. menitipkan salam untuk Daniel,” gumamnya dengan lemah. Di sudut matany, air mata mengalir.
….
Kinar, Silvia, Max dan Regi menjenguk Daniel menggunakan mobil Kinar. Sebelum mereka mendatangi villa Daniel, mereka terlebih dahulu membeli bahan untuk membuat kue dan juga membeli buah-buahan.
Mereka sampai pada villa Daniel. Keempatnya turun dari mobil dan datang ke pintu villa bersama. Ketika Kinar hendak menekan bel rumah, Max sudah berteriak “Danieeeeeeeel” dengan nada khasnya.
Regi menepuk bahu Max dan berkata, “Kita bukan lagi diwarung oy!”
Max tertawa malu, “Kebiasaan, hehe.”
Mereka lalu tertawa mendengar jawaban Max.
Beberapa saat kemudian, pintu villa terbuka. Sesosok gadis cantik muncul. Wajahnya terkejut ketika melihat mereka, “Teman Kakak! Masuklah. Aku akan memanggil Kakak,” ucap Rika.
Mereka kemudian mengikuti Rika.
“Rika, kita mau bikin kue buat Daniel, boleh?” tanya Silvia.
“Boleh, Kak. Aku panggil Kak Niel dulu, Kak Silvia sama Kak Kinar duluan aja ke dapur,” jawab Rika dengan senang. Dia kemudian buru-buru memanggil Daniel.
Setelah mendapatkan izin dari Rika, Silvia dan Kinar langsung ke dapur. Max dan Regi hanya duduk di ruang tamu sambil bermain ponsel.
Tak lama kemudian, seseorang datang membuka Pintu.
“Aku pulang,” kata Raka.
“Oh, Raka! Selamat datang,” jawab Max dan Regi bersamaan.
“Kak Max, Kak Regi!” Raka bersemangat mendengar suara mereka. “Jenguk Kak Niel, ya? Main Mobile Legend bareng yuk!” lanjutnya.
“Oke, nanti kita main, ganti pakaianmu dulu,” kata Daniel yang baru saja datang di ruang tamu.
“Oke, Kakak!” jawab Raka bersemangat. Ia dengan terburu-buru kekamarnya mengganti pakaian. Hanya beberapa menit, dia datang lagi dengan mata yang sangat bersemangat.
“Ayo mulai, Kak!” ajak Raka.
Mereka berempat memainkan Ranked bersama dengan teman game Max.
Saat memilih hero, Daniel memilih Akai, Max memilih Lunox yang tidak di banned oleh musuh, lalu Regi mengginakan Kaja, Raka memilih Moskov. Sedangkan teman lainnya menggunakan Thamuz untuk solo lane atas.
Keempatnya bermain dengan sangat bersemangat.
….
Setelah bermain beberapa game, mereka pun berhenti. Jika bukan karena Rika yang menyuruh mereka berhenti, mereka akan terus push rank sampai sore. Selain itu, kuenya juga sudah matang, jadi mereka makan kue itu bersama-sama sambil bercerita banyak hal.
Setelah lebih dari 2 jam bercerita, mereka yang menjenguk Daniel berpamitan pulang.
“Daniel, cepat sembuh ya,” kata Kinar.
Silvia dengan penuh perhatian berkata, “Daniel, kamu banyakin istirahat, jangan telat makan, dan jangan begadang. Cepat sembuh, ya.”
Kinar memasang wajah kekalahan mendengar kalimat yang dikatakan Silvia. Dia memberikan perhatian pada Daniel dengan kalimat yang terlalu singkat.
Kini giliran Regi yang berbicara. “Niel, cepatlah sembuh. Kalau tidak, Max akan menggila jika tak ada kamu di kelas.”
Kekesalan Nax terpicu oleh ucapan Regi. “Itu kamu yang butuh pawang, bukan aku!” ucapnya. Ia kemudian menatap Daniel dan berkata, “Niel, cepatlah sembuh. Kalau tidak Regi akan jadi orang sok keren di kelas kita,” lanjutnya.
Dahi Regi berkedut. “Itu kamu yang sok keren!”
Daniel tertawa melihat keduanya berdebat. Keduanya sudah ia anggap sebagai saudara sendiri karena telah membantunya saat dia susah dulu sampai sekarang. “Baiklah, aku akan cepat sembuh agar kalian berdua tidak menggila,” ucapnya.
Kini, keduanya kesal dengan ucapan Daniel. “Tunggu saja kau, Niel! Kami akan membuatmu malu!”
Semua yang hadir di pintu tertawa bersama.
Kinar berpamitan, “Niel, kami pulang dulu.”
“Ya, terima kasih doa dan juga kunjungan kalian. Hati-hati di jalan,” kata Daniel dengan senyum hangatnya.
Mereka saling melambaikan tangan, lalu pergi dengan mobil Kinar.
“Bella tidak datang,” gumam Daniel lalu berbalik masuk ke villanya. Setengah jam setelah Max dan yang lainnya pergi, Nayla pulang.
Nayla kemudian memasakkan makanan untuk makan malam mereka. Setelah semuanya selesai, mereka makan malam bersama.
Berbincang sebentar dengan Rika, Raka dan juga Nayla, dia kembali ke kamarnya untuk melanjutkan produksi animasi yang dia buat.
Namun, saat jam 8 malam, dia mendapat pesan dari Rika bahwa ada seseorang datang mencarinya.
“Siapa yang datang mengunjungiku di malam hari?”