System Technology And Superpower - 62 Bab 61
“Ding! Sebuah pesan diterima.”
Suara notifikasi pesan dari helm animasi membangunkan Daniel dari fokusnya mengedit animasi yang dia buat. Dia mengklik dan muncul pesan : “Kak, ada seseorang yang ingin bertemu Kakak.”
“Siapa yang datang mengunjungiku di malam hari?” gumamnya. Ia bingung karena sangat jarang sekali ada orang selain Lia Siyu yang datang berkunjung ke rumahnya di malam hari.
Karena dia tak tau siapa itu, ditambah lagi dia masih memiliki sedikit yang perlu di edit, dia mengirimkan pesan, “Aku akan segera datang, masih ada sedikit hal yang kulakukan.” kemudian dia menekan tombol kirim dan melanjutkan lagi mengedit animasinya.
….
“Ayah, apa yang akan kamu lakukan ketika kamu membalas perbuatan baik seseorang dengan sikap yang buruk?” tanya seorang gadis pada Ayahnya yang sedang menonton TV.
Sang ayah mengerutkan keningnya ketika mendengar pertanyaan putrinya. Tapi, setelah beberapa saat, wajahnya kembali normal lagi. Dengan senyum lembut di wajahnya, sang ayah berkata, “Tentu saja Ayah akan berterima kasih padanya lalu meminta maaf padanya karena telah bersikap buruk. Kemudian, Ayah akan membawakannya hadiah sebagai tanda permintaan maaf yang tulus.”
Mata gadis itu cerah setelah mendapatkan jawaban positif dari Ayahnya. Ia berkata, “Terima kasih, Ayah. Aku sayang Ayah,” kemudian dia mencium pipi Ayahnya dan pergi dengan wajah bahagia.
“Gadis ini….” sang Ayah menghela napas, lalu tersenyum kepada putrinya. Ia mengambil sebuah foto di sampingnya. Di foto itu ada seorang laki-laki tampan, lalu wanita cantik yang lembut, dan seorang anak perempuan dengan senyum lebar di wajahnya. “Sayang, Bella sekarang sudah besar dan semakin dewasa,” gumamnya sambil mengusap-ngusap foto dengan lembut.
….
“Pak, kita berhenti di toko pakaian. Mau beliin sesuatu buat teman,” kata Bella dengan semangat kepada Pak Bram. Pak Bram juga ikut bahagia melihat ekspresi semangat Bella. Setelah kejadian percobaan penculikan, Bella tak pernah sebahagia ini. Dia selalu murung, apalagi saat membicarakan kejadian itu.
Dengan senyumnya yang lembut, pak Bram berkata, “Baik, Nona.”
Tak lama kemudian, keduanya berhenti di sebuah toko pakaian disamping toko pakaian wanita yang pernah Bella kunjungi bersama Daniel. Meskipun tempat ini berdekatan dengan tempat yang mengingatkannya pada kejadian penculikan, tapi dia menyisihkan kenangan itu karena kenangan dia bersama Daniel memilih sweter lebih besar daripada kenangan tentang penculikan.
Dia masuk ke toko lalu ke bagian sweater. Ia menghampiri pelayan untuk menanyakan sweater yang sama dengan apa yang dipakainya.
“Ini, Nona. Ini sedikit berbeda dengan apa yang dikenakan oleh Nona, tapi ini adalah sweater bagus buat seorang cowok,” kata pelayan menjelaskan. “Apakah Nona membeli ini untuk pacar Nona?” tanya pelayan itu dengan senyuman.
Bella tersipu malu mendengar pertanyaan pelayan toko. Ia menggelengkan kepalanya, tapi pelayan itu malah menganggukkan kepalanya sambil bergumam, “Anak muda sekarang malu-malu kucing.”
“Aku memilih ini,” kata Bella menunjuk pada sweater berwarna abu-abu yang mirip dengan apa yang dia kenakan. Setelah Bella mengatakan itu, pelayan toko itu langsung membungkusnya. Bella mengikuti pelayan itu lalu membayar sweater itu. Bella kemudian memasuki mobil dan menuju villa Daniel.
….
Rika sedang belajar di kamarnya, tapi saat dia pergi ke dapur untuk mengambil minuman, dia mendengar seseorang menekan bel villa. Dia kemudian membuka pintu dan menemukan ada Bella di sana.
“Kak Bella! Masuk, Kak,” ajak Rika masuk ke villa. “Ada apa Kakak datang malam-malam begini?” tanya Rika.
“Ingin menjenguk Daniel, sekaligus berterima kasih padanya,” jawab Bella. “tapi, bisakah kamu merahasiakan kalau orang yang datang itu adalah aku? Kumohon,” lanjut Bella.
“Oke, Kak. Kakak mau kasih kejutan ya buat Kak Niel?” tanya Rika.
“Ya, aku ingin memberinya kejutan,” kata Bella tersenyum.
“Kakak tunggu sebentar, ya. Silahkan duduk, Kak. Rika mau ambilin minum buat kakak sekalian panggil Kak Niel,” kata Rika, kemudian dia meninggalkan ruang tamu ke kamarnya untuk mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Daniel. Setelah itu dia membuatkan minuman untuk Bella.
Tak lama kemudian, Rika membawa dua jus jeruk dan kue kering. Setelah menghidangkan jus dan kue kering, Rika mulai mengobrol dengan Bella sambil menunggu Daniel datang.
Namun, setelah 15 menit menunggu, Daniel tak kunjung tiba juga.
“Apakah Daniel masih marah padaku?” pikir Bella. Namun, ia segera menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan itu dengan pikirannya. Meskipun begitu, dia tetap murung.
Melihat Bella seperti itu, Rika merasa tak enak. Ia sudah memikirkan bahwa dia akan memarahi Daniel ketika Bella pulang nantinya. Dia kemudian mengajak Bella mengobrol lagi sambil menunggu kedatangangan Daniel.
….
“Akhirnya selesai juga!” seru Daniel yang menekan tombol save lalu menunggu prosesnya selesai. Ia kembali melirik pesan yang dikirim oleh Rika dan menemukan bahwa dia terlalu lama mengedit animasinya.
Setelah beberapa detik proses penyimpanan, dia langsung keluar dari helm animasi. Dia langsung membawa helm animasi ditangannya kemudian masuk ke lift kembali ke kamarnya.
Tanpa memperdulikan pakaiannya yang hanya memakai baju santai dan celana olahraga berwarna abu-abu, dia langsung keluar dari kamarnya setelah dia meletakkan helm animasi di kasurnya dan pergi menuju ruang tamu.
Begitu dia sampai di ruang tamu, dia melihat bahwa seorang tamu telah berdiri dan bersiap untuk pergi. Daniel buru-buru menghampiri tamunya. “Maaf membuatmu menunggu. Aku sedang mengerjakan sesuatu sampai lupa ada orang yang datang ke rumahku,” katanya sambil menundukkan kepalanya meminta maaf.
Bella berbalik, melihat Daniel yang meminta maaf padanya, perasaan marah, kecewa, bersalah, dan senang saling campur aduk. Dia berkata, “Tidak apa-apa, Daniel.”
Mendengar suara familiar ini, Daniel mengangkat kepalanya. Ia melihat Bella yang sedang berdiri menatapnya dengan bendungan air mata di matanya yang bisa mengalir kapan saja. Ia tertegun melihat pemandangan ini.
Rika langsung meninggalkan mereka tanpa bersuara. Ia tak ingin mengganggu momen mereka meski ia tak ingin kakaknya berduaan dengan gadis lain. Ia membiarkan ini sebagai kompensasi atas terlambatnya Daniel. Kalau tidak, dia akan terus menempel disamping Daniel.
“Bella…?” kata Daniel dengan nada tidak percaya.
“Ya, aku mengunjungimu untuk menjenguk sekaligus berterima kasih dan meminta maaf kepadamu,” katanya dengan suara lemah. Meskipun suaranya lemah, Daniel bisa mendengarnya dengan jelas. Air matanya mulai mengalir di wajahnya.
“Aku… aku berterima kasih kepadamu karena telah menyelamatkanku dari para penculik waktu itu. Terima kasih juga telah mengkhawatirkanku,” kata Bella dengan suara serak.
“Lalu… aku meminta maaf karena menyeretmu ke masalahku hingga membuatmu diserang oleh organisasi penculik itu. Aku juga minta maaf karena bersikap buruk kepadamu meskipun kamu sudah rela berkorban nyawa untukku… tapi aku… aku….” Bella tak mampu menyelesaikan kalimatnya. Ia menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya.
Tak lama kemudian, dia merasakan kehangatan di tubuhnya. Akhirnya, dia tak menahan lagi tangisannya dan suara tangisan terdengar di seluruh vila.
“Maafkan aku,” suara lembut terdengar di telinganya.