System Technology And Superpower - 63 Bab 62
“… Aku juga minta maaf karena bersikap buruk kepadamu meskipun kamu sudah rela berkorban nyawa untukku… tapi aku… aku….”
Mendengarkan bagaimana kesedihan dan perasaan bersalah dari Bella membuatnya tersadar akan sesuatu. Daniel langsung memeluk Bella begitu Bella menangis. Mendekatkan wajahnya di telinga Bella, dia berbisik, “Maafkan aku.”
Bisikan Daniel membuat Bella menangis lebih kencang lagi. Dia memeluk Daniel lebih erat lalu membenamkan wajanya di dada Daniel. Semua perasaannya selama dua pekan terakhir tumpah seluruhnya saat dalam dekapan Daniel.
Daniel tersenyum. Dia tersenyum karena memikirkan betapa menggelikannya mereka berdua karena masalah ini. Saling takut satu sama lain.
“Sungguh lucu,” gumam Daniel sambil terkikik.
Bella tak menjawab gumaman Daniel, tapi dia memukul pelan dada Daniel sambil terus menangis.
Butuh beberapa menit untuk Bella berhenti menangis. Sementara Daniel, dia sesekali terkikik yang membuat Bella kesal.
“Baiklah Nona, apakah kamu sudah tenang?” tanya Daniel sambil terkikik.
“Hmph!” Bella memalingkan wajahnya.
“Baik Nona, aku minta maaf karena tertawa ketika kamu sedang menangis,” ucap Daniel mengusap air mata di wajah Bella. “Kamu udah tenang?” lanjutnya.
Sebagai jawaban, Bella menganggukan kepalanya. Dia kemudian melepaskan tangan Daniel dari wajahnya, lalu berbalik. Daniel terkejut dengan gerakan yang dilakukan oleh Bella. Saat Bella melangkahkan kakinya, Daniel mencoba mengejarnya, tapi ia segera berhenti saat Bella mengambil sebuah tas belanja dan berbalik ke arahnya. Wajah Daniel memerah, ia telah salah paham karena dia berpikir bahwa Bella akan meninggalkan rumahnya, padahal tidak. Di sisi lain, Bella terkikik melihat wajah Daniel yang memerah. Ia mendekati Daniel dan memberikan tas belanjaan itu padanya. Dia berkata, “Ini, hadiah untukmu sebagai permintaan maaf yang tulus dariku.”
Daniel menatap tas belanjaan itu dengan wajah rumit. Tetapi, setelah melihat mata Bella yang tulus, dia akhirnya menerima itu. “Baiklah, Nyonya. Kuterima hadiah darimu,” katanya dengan senyum lembut.
“Tak bisakah kamu tidak terus mengganti panggilan untukku?” tanya Bella dengan wajah kesal, tetapi dengan suara yang lembut.
“Baiklah, sesuai keinginanmu, Nyonya,” jawab Daniel. Dia kemudian membuka tas belanjaan itu dan melihat ada sebuah sweater berwarna abu-abu.
“Kamu mengenal diriku,” katanya tersenyum. “Bolehkah aku mengenakannya sekarang?”
“Tentu,” jawab Bella bersemangat. Daniel langsung memakainya begitu mendapat persetujuan dari Bella. Setelah beberapa saat, Daniel selesai mengenakan sweater hadiah dari Bella.
“Bagaimana?” tanyanya sambil bergaya. “Apakah aku tampan?” lanjutnya bertanya lagi dengan gaya narsisnya.
Bella terkikik dengan Daniel saat ini. Sebab, dia tak pernah melihat Daniel senarsis ini sebelumnya. “Iya, kamu sangat tampan, Komandan,” kata Bella.
Daniel senang mendengar pujian darinya. Tapi…
“Tapi, aku tak tau kamu senarsis ini. Ternyata Daniel punya keunikan tersendiri, ya,” ucapnya sambil tertawa.
Daniel terbatuk mendengar ini. Ia kembali ke posenya yang tenang. “Itu tandanya aku senang,” katanya dengan dilanjuti tawa.
Keduanya kemudian berbincang-bincang. Setelah hampir kehabisan topik pembicaraan, Daniel menawarkan sesuatu.
“Karena kamu telah memberiku hadiah, aku pun ingin memberikanmu hadiah. Apakah kamu mau datang ke kamarku?”
Bella terkejut dengan undangan dari Daniel. Dia tak pernah menyangka Daniel akan mengundang dirinya untuk masuk ke kamarnya. Karena pertanyaan itu, imajinasi menjadi liar. Ia terbayangkan adegan di mana Daniel dengan wajah tenangnya yang tampan mengendong dirinya yang malu-malu. Kemudian….
Wajahnya langsung merona merah, lalu dia langsung menggelengkan kepalanya untuk membuyarkan imajinasinya tersebut. Dia kemudian menatap Daniel lagi dan ia mulai membayangkan lagi hal sebelumnya. Daniel yang melihat ini menjadi kebingungan.
“Bella, apakah kamu baik-baik aja?” tanya Daniel melambaikan tangannya di depan wajah Bella.
“En. A-aku baik-baik saja,” jawabnya dengan sedikit gugup.
“Jadi, apakah kamu mau ke kamarku?” tanya Daniel sekali lagi.
“Iya,” jawab Bella dengan wajah tertunduk. Daniel tak memperhatikan ekspresi Bella saat ini. Dia menggenggam tangan Bella, lalu berjalan menuju kamarnya. Saat Daniel melakukan itu, imajinasi Bella semakin liar.
“Kita sampai,” kata Daniel begitu sampai di kamarnya. “Ayo masuk,” lanjutnya.
Bella tak menjawab. Dia hanya menganggukkan kepalanya.
“Kamu duduk sebentar di sini, aku akan segera kembali,” kata Daniel menunjuk pada sisi ranjangnya.
Bella semakin gugup sekaligus gelisah. Pikirannya kini hanya mengarah pada hal-hal yang diimajinasikannya dari tadi. Daniel tentu saja tidak memperhatikan ini, dia dengan cepat mengambil helm animasi yang ada di kamarnya, kemudian masuk ke mode pembuatan animasi.
Dia membuat sebuah adegan dimana dia sedang mengajak seseorang mengikutinya ke suatu tempat. Dia membuat sebuah pemandangan penuh dengan bunga. Kemudian, setelah beberapa menit, dia kemudian mengatur kembang api yang indah saat langit malam. Dia membuat kembang api bertuliskan ‘Terima kasih atas hadiah dan kedatanganmu’. Setelah beberapa menit mengedit, animasinya selesai.
Dia kemudian membuat sebuah pengaturan pada helm animasi. Pengaturan yang dia buat adalah mode bebas dimana pemakai bisa menyentuh apapun yang mereka mau pada latar animasi yang dia buat. Setelah itu dia melepaskan helm animasi.
Dia menghampiri Bella yang duduk di kasurnya dengan membawa helm di tangannya. Ia berkata, “Ini, pakailah helm ini. Sesuatu yang luar biasa akan kamu lihat.”
Bella mendongakkan kepalanya, melihat sebuah helm ditangan Daniel. Jantungnya yang berdegup kencang dari tadi mulai kembali normal. Imajinasinya yang liar mulai buyar. Dia kemudian mengambil helm itu dan memandanginya untuk beberapa saat. Dia sebenarnya tak mengerti apa fungsi dari helm ini, tapi karena Daniel menyuruhnya menggunakan helm ini, dia segera menggunakannya. Tapi, saat dia mengenakan helm itu, pandangannya menjadi gelap. Jantungnya kembali berdegup kencang dan imajinasi liarnya kembali.
“Apakah Daniel akan melakukan itu ketika aku tak bisa melihat apa-apa?” sebuah pikiran liar terlintas di pikirannya.
Namun, setelah beberapa saat, pandangannya berubah menjadi sebuah pemandangan indah dimana ada seorang pria yang berdiri di depannya.
“Daniel?” gumam Bella memastikan.
Pria itu berbalik dan itu adalah sosok Daniel. “Ayo, ikuti aku,” ucap Daniel mengajak Bella yang masih berdiri dengan linglung.
Bella kemudian mengikuti Daniel setelah linglung beberapa saat. Dia bingung melihat pemadangan indah ini karena dia ingat betul bahwa dia ada di kamar Daniel dengan menggunakan helm di kepalanya.
“Apakah ini dunia virtual?” gumamnya memandang ke sekeliling sambil terus mengikuti Daniel ke suatu tempat. Karena terlalu fokus melihat sekeliling, dia tak sadar bahwa ia telah sampai di suatu tempat.
“Selamat datang di taman bunga!” kata Daniel membentangkan tangannya.
Suara Daniel membuat Bella kembali tersadar. Dia kemudian memandang ke arah Daniel dan menemukan taman bunga yang luas dengan berbagai jenis bunga di dalamnya.
“Indah,” begitu gumam Bella ketika dia melihat pemandangan taman bunga yang indah. Dia mendekati bunga-bunga itu dan menyentuhnya. Karena dia bisa menyentuhnya, dia menjadi terkejut akan hal itu. Kemudian dia memetiknya dan menghirup harumnya wangi bunga.
“Ini sangat nyata,” gumamnya dengan penuh kekaguman. Dia kemudian berkeliling di sana. Setelah beberapa menit, langut biru berubah menjadi gelap yang penuh dengan bintang-bintang. Sesaat kemudian, pertunjukan kembang api dimulai. Berbagai keindahan kembang api ditampilkan. Kemudian, sebuah kembang api yang sangat besar meluncur ke langit dan meledak. Ledakan itu membentuk sebuah kalimat.
Terima kasih atas hadiah dan kunjunganmu.
– Daniel
“Sangat indah!” kata Bella penuh kekaguman. Ia juga terharu dengan hadiah Daniel ini. Ini adalah pemandangan langka untuknya. Pikiran liarnya tentang Daniel hilang seketika saat melihat pemandangan yang begitu indah.
Setelah beberapa saat, kembang api itu menghilang. Pandangannya kembali menjadi gelap. Dia kemudian bisa menggerakkan tangannya lalu melepas helm di kepalanya.
“Bagaimana menurutmu? Apakah kamu menyukainya?” tanya Daniel begitu Bella melepas helmnya.
“Sangat indah! Sentuhan, bau, perasaan, dan penglihatan di sana terasa sangat nyata! Apalagi bunga-bunganya, aku sangat suka!” kata Bella menjelaskan dengan penuh semangat.
Melihat Bella begitu bersemangat, Daniel tersenyum. Meskipun dia tahu ini membuat dirinya terekspos, dia tak menyesalinya. Lagipula orang yang melihatnya adalah Bella, dia yakin Bslla tak akan membocorkan tengang helm ini. Selain itu, ini hanyalah sebuah teknologi yang sedikit maju. Dia berkata, “Karena kamu menyukainya, aku akan mengizinkanmu untuk melihat taman itu lagi. Tapi, berjanjilah padaku untuk tidak memberitahu siapapun tentang hal ini. Oke?”
“Oke!” kata Bella setuju. “meskipun aku penasaran dengan ini, tapi ini rahasia Daniel, bukan? Karena itu, aku tak akan bertanya tentang hal ini,” lanjutnya.
Daniel tersenyum. Kemudian dia berkata, “Terima kasih, Bella. Sepertinya sudah waktunya untukmu pulang. Sekarang sudah larut malam, Ayahmu pasti khawatir saat ini.”
Bella kemudian mengambil ponselnya dan memeriksa jam. Ia menemukan bahwa sudah jam setengah sepuluh, ia terlalu lama di sini.
“Aku akan segera pulang. Tapi, sebelum itu kita berdua selfie dulu,” kata Bella sambil membuka aplikasi kamera di ponselnya. Keduanya berfoto beberapa kali, lalu Daniel mengantar Bella hingga gerbang villanya.
“Daniel, terima kasih telah menyelamatkanku dan juga telah memberikanku kesempatan melihat pemandangan indah itu,” ucap Bella menundukkan kepalanya.
“Bella, aku juga berterima kasih atas hadiahmu. Sweater ini keren,” balas Daniel menunjuk pada sweaternya.
“Daniel, kamu tahu, di tempatku ada sebuah tradisi di mana kita harus memberikan tanda terima kasih pada orang yang kamu sayang. Oleh karena itu, terima kasih,” kata Bella. Kemudian, dia menatap wajah Daniel dan mencium pipinya. “selamat malam, Komandan,” kata Bella tersenyum lalu berbalik pergi.
“Selamat malam, Nyonya,” jawab Daniel seperti tanpa nyawa. Dia sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Bella. Dia kemudian tersadar ketika mobil yang ditumpangi Bella telah pergi jauh.
Dia menyentuh pipi di bagian di mana dia dicium, dan dia tersenyum. “Gadis ini….” gumam Daniel lalu berbalik mengunci gerbang villanya.
Ketika dia kembali ke kamarnya, dia menemukan ada Rika dan Nayla di sana menunggunya. Melihat ini, dia tersenyum lemah.
“Kak, bisa Kakak jelaskan semua ini?” tanya Rika dengan nada tajam.
“Baiklah, akan kujelaskan pada kalian,” kata Daniel dengan nada lemah.