System Technology And Superpower - 67 Bab 66
Daniel merespon dengan cepat. Ketika dia mendengar suara tembakan, dia menarik seorang anggota gangster dan menjadikannya sebagai tameng. Dia awalnya tidak ingin menggunakan cara ini, tapi karena mereka memulainya lebih dulu yang mana menggunakan seseorang sebagai tameng untuk memcapai tujuan mereka, dia pun melakukan hal yang sama. Sejak kecil, dia sering melihat dan merasakan ketidakadilan seperti ini. Ketika dia menolong seseorang, dia malah diperlakukan seperti seorang penjahat. Meskipun begitu, hal itu tak mengubah kepribadian Daniel menjadi dingin.
Kebaikan atau kejahatan seseorang itu berasal dari sudut pandang mana kau melihat!
Itulah yang dipahami oleh Daniel sejak dia kecil.
Suara tembakan itu membuat anggota gangster tekejut dan terdiam. Mereka tak mengira bahwa bos mereka akan mengorbankan mereka hanya untuk mendapatkan kekayaan.
“Ah, aku tertembak?” kata anggota gangster dengan wajah tak percaya. Dia menatap bosnya. Tatapannya dipenuhi dengan kekecewaan pada bosnya.
Setelah kalimat itu berakhir, perasaan marah dan terkhianati bergejolak di hati mereka. Dengan pikiran yang dipenuhi kemarahan, target kemarahan mereka tidak hanya pada Daniel, tapi juga pada bos mereka.
Saat ini, hanya satu tujuan di hati mereka. Bunuh keduanya!
Tak lama setelah itu, suara tembakan lain menyusul. Daniel masih menggunakan tubuh anggota gangster untuk menjadi perisainya. Setelah tembakan berakhir, Daniel membuang tubuh yang digunakannya sebagai perisai ke samping. Sedangkan lelaki yang menggunakan pistol mundur kembali memasuki bagian dalam markas.
Karena bos di luar jangkauan mereka, mereka langsung memfokuskan kebencian kepada Daniel. Mereka menyerang dengan penuh amarah. Pertarungan antara Daniel dan gangster kembali pecah.
….
Daniel telah selesai bertarung dengan mereka. Dia duduk di lantai dengan napas terengah-engah menandakan bahwa dia kelelahan. Dia belum terbiasa bertarung seintens ini, ditambah dengan bau darah yang menyengat berceceran di ruangan, ini membuatnya merasa dia kurang pengalaman dalam bertarung sungguhan. Daniel sekarang merasa dia akan kehilangan kesadarannya karena rasa lelah dan kekurangan darah.
“Bocah!”
Teriakan itu membuat Daniel tersadar. Ia menggigit lidahnya untuk menghilangkan pandangan berkunang-kunang. Dia tahu bahwa bos terkahir telah datang.
“Kau akan membayar semua ini! Merusuh di markasku dan juga membuat banyak kerugian untukku! Atas nama Matih, aku akan membunuhmu!” teriak bos gangster Ayam Hitam, Matih dengan penuh amarah sambil mengangkat tinggi celurit yang ia bawa.
Daniel bangkit dari duduknya, dia membalas ucapan bos gangster dengan senyuman. Ia tak ingin membuang sisa tenaganya hanya untuk mengatakan omong kosong.
Matih langsung menyerang Daniel begitu dia ada di hadapan Daniel. Ia mengayunkan celuritnya ke arah Daniel yang mana bisa Daniel hindari dengan sempurna. Matih terus melanjutkan serangannya dengan tebasan lain dari celuritnya. Daniel terus menghindarinya sambil terus mencari celah untuk menyerang balik.
Ketika Matih mengayunkan celuritnya ke arah leher Daniel, Daniel segera menyerang lengan kanan Matih yang memegang celurit. Dia memutar tangan Matih hingga celurit terlepas dari tangannya, lalu menendang celurit itu sejauh mungkin.
Matih langsung melepaskan genggaman Daniel dan menendang perutnya yang menyebabkan Daniel melangkah mundur. Matih berlari ke arah celuritnya, sambil mengambil sesuatu di lantai yanh bisa dia lempar, kemudian melemparkannya kepada Daniel yang sudah mengejarnya.
Daniel menghindari botol pecah yang dilempar ke arahnya, tapi ia tak menyangka bahwa Matih akan berbalik lalu menyerangnya saat dia menghindari botol itu. Hasilnya dia terkena tendangan Matih di perutnya dan terpental beberapa meter. Matih menggunakan kesempatan ini untuk mengambil celuritnya yang ditendang jauh oleh Daniel.
Daniel langsung bangkit setelah mendarat di tanah. Dia melihat ke arah Matih dan menemukan Matih telah mendapatkan celuritnya kembali. Daniel sakit kepala memikirkan ini. Saat memikirkan langkah apa yang harus diambil-
“Bukankah Host memiliki pedang dari hadiah misi sebelumnya?” suara Sky menggema di benaknya membuat dia berhenti memikirkan langkah yang dia ambil.
Benar! Bagaimana bisa aku melupakan teknologi canggih itu?!
Daniel kemudian memikirkan kalung pedang muncul. Detik beeikutnya, kalung itu muncul di tangannya.
“Berubah menjadi pedang,” gumam Daniel. Kemudian, pedang itu berubah menjadi longsword dengan bilah tajam di kedua sisinya.
Matih terkejut dengan pedang yang entah darimana muncul di tangan Daniel. Tapi, setelah beberapa saat, dia berhenti memikirkan hal itu. Toh, nanti setelah dia membunuh Daniel dia bisa mendapatkan pedang aneh itu.
Matih berlari maju memperpendak jarak dengan Daniel yang baru berdiri. Dia mengayukan celuritnya dan kemudian disambut oleh pedang longsword Daniel. Pertarungan dua orang dengan senjata tajam telah dimulai.
Suara tabrakan dua senjata tajam menggema di seluruh ruangan.
Daniel mengayunkan pedangnya, tetapi ditangkis oleh celurit Matih. Daniel melanjutkan serangannya, tapi tetap saja bisa ditangkis oleh celurit Matih. Keadaan ini terus berlanjut hingga serangan Daniel ditahan untuk kesekian kalinya, tetapi Matih melayangkan serangan balasan. Celuritnya mengenai paha Daniel, kemudian dia menendang dada Daniel hingga terbang beberapa meter ke belakang.
Matih tertawa terbahak-bahak setelah dia berhasil melukai Daniel. Dengan sombongnya dia berkata, “Bocah, sekarang tamat sudah riwayatmu. Sekarang, katakan padaku siapa yang mengirimmu? Kenapa kau menyerang markasku?”
Daniel hanya memegangi kakinya yang terluka. Dia berkata, “Untuk menyelamatkan pacarku!”
Wajah Matih dipenuhi dengan kejutan. Ia tak menyangka pacar CEO Sky Technology adalah bocah SMK ini. Ketika dia menatap Daniel lagi, tawanya kembali terdengar. “Ternyata selera CEO itu adalah berondong,” katanya tertawa sambil memegangi perutnya.
Matuh terus berceloteh mengejek Daniel karena ia merasa telah mengalahkan Daniel dan bisa dia bunuh kapan saja. Sedangkan Daniel, dia memikirkan bagaimana caranya untuk mengalahkan Matih dengan keadaan seperti ini.
Ia berpikir untuk mengubah pedangnya menjadi panjang dan langsung menusuk Matih. Tapi, pedangnya tak bisa diubah secara instan. Membutuhkan pengoperasian manual untuk mengubah bentuk dari pedang. Jika dia mengubahnya saat ini juga, virtual holografik yang muncul akan menyebabkan perhatian yang tak diperlukan.
Karena memikirkan hal ini, sebuah harapan terlintas di matanya. Dia berdoa semoga ada barang yang bisa digunakannya untuk melawan Matih di penyimpanan sistemnya.
Daniel buru-buru mengecek isi dari penyimpanan sistem. Dia menemukan barisan jalur produksi ponsel pintar Gail-1, kacamata pintar, jam tangan pintar, laptop NeptuX dan sebuah senjata api.
Ya, senjata api!
Daniel sangat bersemangat sampai-sampai ia buru-buru melihat keterangan senjata api itu.
[Electromagnetic Handcannon]
[Sebuah senjata yang digunakan untuk menghancurkan dan melumpuhkan sinyal jaringan komunikasi elekrtronik. Senjata jenis ini sering digunakan untuk melumpuhkan jaringan GSM, GPS, GLONASS, Galileo (ketiga terakhir adalah tipe sistem navigasi satelit)]∇
Daniel langsung patah semangat, padahal ia sangat berharap pada senjata api ini, tapi harapannya dikhianati oleh kejamnya kenyataan. Wajah Daniel terlihat sangat putus asa. Matih tertawa terbahak-bahak melihat wajah Daniel yang putus asa. Dia berpikir bahwa keputusasaan Daniel disebabkan olehnya, tapi nyatanya tidak. Karena hal ini, dia terus berceloteh untuk menyiksa Daniel secara psikologis. Tentu saja Daniel tidak terpebgaruh dengan ini.
Daniel benar-benar tak peduli dengan celotehan Matih. Ia melihat lagi keterangan Electromagnetik Handcannon, dan masih menemukan penjelasan yang sama. Ketika melihatnya lagi untuk ketiga kalinya, ia akhirnya menemukan tanda panah disamping penjelasan kegunaan dari Electromagnetic handcannon.
[Electromagnetic Handcannon]
∆[Mode Darurat: Ketika merasa teracam oleh sesuatu, Mode darurat bisa digunakan. Ketika mode darurat diaktifkan, sistem senjata akan membentuk sebuah pulse-energy yang bisa ditembakkan kepada musuh.]
[Butuh waktu 60 detik untuk membentuk pulse-energy setelah menekan mode darurat. Pulse-energy akan ditembakan secara otomatis setelah pembentukan selesai]
[Senjata akan meledak dalam waktu tiga detik setelah melepaskan pulse-energy]
Daniel sangat bahagia melihat fungsi ini. Dia tak peduli kalau senjata ini akan hancur, yang dia pedulikan adalah senjata ini bisa dipakai untuk pertahan diri.
Tapi ada satu masalah, yaitu waktu pembentukan pulse-energy membutuhkan waktu 60 detik penuh. Ia memikirkan cara agar ia bisa mengalihkan perhatian Matih selama masa pembentukan pulse-energy.
Datanglah sebuah ide dalam pikirannya. Meskipun ide ini agak beresiko, dia hanya bisa menggunakan ide ini untuk mengalahkan Matih.
Daniel memasukkan tangannya ke saku, kemudian secara diam-diam mengeluarkan Electromagnetic Handcannon dari penyimpanan sistem. Daniel menodongkan senjata itu kepada Matih dan berkata, “Kau kalah!”
Bersamaan dengan mengatakan itu, dia menekan tombol mode darurat dan pembentukan pulse-energy diaktifkan.
Proses pembentukan pulse-energy tak terlihat oleh Matih. Dia hanya terkejut karena Daniel memegang senjata persis sama dengan yang dia pakai sebelumnya. “Bagaimana bisa kau mendapatkan senjata apiku?!” tanyanya dengan ekspresi terkejut. Tapi setelah beberapa saat, ekspresi terkejut itu menghilang, digantikan dengan senyum kemengangan.
“Haruskah aku menjawab pertanyaanmu dengan jawaban jujur seperti orang idiot?” kata Daniel mengejek, berusaha untuk mengulur waktu untuk pembentukan pulse-energy.
“Tak perlu menjawab pertanyaanku. Coba saja tembakkan senjata itu,” kata Matih dengan santai seolah-olah itu bukan apa-apa. Alasannya menjadi santai seperti ini karena senjata yang dia gunakan sebelumnya sudah tidak memiliki peluru lagi. Selain itu, tak mumgkin bocah SMK yang ada didepannya membawa sekotak peluru tanpa mbawa senjatanya ditambah dengan tak ada waktu bagi bocah SMK itu untuk mengisi kembali pelurunya. Dengan alasan ini, dia tak perlu takut.
Daniel terkejut melihat Matih tersenyum tanpa ketakutan di matanya. Tapi tak butuh waktu lama untuknya memahami ini. Dia pun menggunakan ini sebagai momen yang cocok untuk mengulur waktu.
“Seperti yang kau minta!”
Setelah mengatakan itu, Daniel menarik pelatuk senjata itu, tapi tak ada hal yang terjadi setelahnya. Wajah Daniel langsung berubah putus asa, tapi ini hanyalah aktingnya.
Matih tertawa Terbahak-bahak melihat ini. “Lihatlah, tak ada yang terjadi. Senjata itu telah kugunakan sebelumnya dan tak ada sisa peluru di dalamnya. Sebuah pistol tanpa peluru hanya akan menjadi sebuah sampah. Seperti dirimu saat ini,” kata Matih dengan nada sarkas.
40 detik relah berlalu sejak Daniel menekan tombol mode darurat. Tangannya mulai gemetaran karena proses pembentukan pulse-energy mencapai tahap akhir. Namun, dari sudut pandang Matih, dia mengartikam ini sebagai kegugupan Daniel karena tak ada lagi kesempatan untuknya bertahan hidup.
“Tunggu! Lihatlah ini! 5, 4, 3, 2, 1, tembak!” teriak Daniel seolah-olah berharap sesuatu akan terjadi, tapi tentu saja tak ada yang terjadi. Matih tertawa keras menatap Daniel yang masih berharap hal ajaib terjadi.
“Sekali lagi!” kata Daniel penuh harapan. Dia tahu bahwa sebentar lagi pulse-energy akan segera selesai dibentuk dan akan ditembakkan. Cahaya kebiruan mulai muncul pada senjata itu.
“Lima…”
“Empat…”
“Tiga…”
“Dua…”
“Satu…”
Ketika Daniel menyelesaikam hitungan mundurnya, sebuah bola energi berwarna biru melesat ke arah dada Matih. Bola itu tak berhenti setelah menembus dada bagian kiri Matih. Itu terus melesat menembus dinding bangunan dan meledakkan energi yang terkandung di dalamnya. Ledakan itu membuat suara bising dan juga membuat jaringan yang ada dikisaran 5km lumpuh total. Untung saja markas gangster ini di pinggiran kota Banukarta. Jika dekat dengan pusat kota, pasti akan membuat perekonomian lumpuh sementara.
“Kau…” Matih hanya bisa menggumamkan itu sebelum dia akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.
Daniel tak memperhatikan ini, karena dia terpana oleh pemanadangan ledakan itu. Sedetik kemudian dia ingat kalau senjata di tangannya akan meledak juga. Dengan panik dia melemparkan senjata itu ke arah pintu markas sekuat tenaganya. Detik berikutnya, senjata itu membuat ledakan besar yang lain.
“Syukurlah aku bisa melemparkan itu tempat waktu,” gumam Daniel dengan tangan yang benar-benar gemetar karena ketakutan dari ledakan itu. Dia memindahkan pandangannya kepada Matih yang sudah tak bernyawa. Dia menghela napas lega.
Dia kemudian merebakan seluruh tubuhnya untuk beristirahat sejenak, tapi suara retakan dari area pintu masuk tak mengizinkannya untuk beristirahat. Dengan sisa tenaganya yang sedikit, berdiri dan kabur ke bagian dalam markas.
Ketika Daniel mencapai bagian dalam markas, suara bangunan runtuh terdengar di telinga Daniel. Dia memaksakan kakinya bergerak lebih cepat ke tempat yang lebih aman.
….
Lia Siyu dan Ritha sangat khawatir dengan Daniel yang datang untuk menyelamatkan mereka. Ketika ada anggota gangster yang melaporkan bahwa ada seorang siswa SMK datang menyerang markas mereka, Lia Siyu sudah menebak bahwa siswa ini adalah Daniel.
Dengan penuh harapan mereka berharap Daniel datang menyelamatkan mereka.
Ketika mereka dengan cemas menunggu kedatangan Daniel, dua ledakan beruntun mengejutkan mereka. Sosok Daniel dalam ledakkan langsung terbayang oleh Lia Siyu. Keputuasaan merasuki hatinya.
Ketika ledakan ini berkahir, mereka merasakan getaran di ruangan mereka. Keduanya dengan pasrah menutup mata, mereka berpikir mereka akan mati tertumpuk oleh reruntuhan bangunan. Tetapi tebakan mereka salah. Rasa sakit dari tertimbun reruntuhan bangunan tak kunjung datang.
Keduanya memberanikan diri membuka mata mereka, ruangan di mana mereka disandera masih utuh. Ketika mereka berpikir bahwa semua baik-baik saja, pintu ruangan terbuka dengan keras.
Sosok seorang pemuda yang memegang pedang di tangannya dengan badan penuh luka dan darah berdiri di sana. Lia Siyu menatap pemuda ini dengan ekspresi wajah rumit. Ekspresi sedih, gelisah, senang, bahagia, malu dan juga bersalah beecampur aduk menjadi satu.
“Daniel!” teriak Lia Siyu. Saat ini Ritha mengerti siapa pemuda ini.
“Lia Jie, maafkan aku karena datang terlambat,” kata Daniel berjalan menghampiri Lia Siyu dan Ritha, kemudian memotong tali yang mengikat mereka.
“Akhirnya aku bebas,” teriak Ritha dengan wajah gembira. Daniel hanya tersenyum melihat karyawannya bergembira seperti ini.
Lia Siyu juga senang, namun rasa khawatirnya lebih besar dibandingkan dengan rasa senangnya. Dia menatap tubuh Daniel yang penuh luka. “Daniel, kamu-”
Belum selesai Lia Siyu mengatakan sesuatu, sosok kurus muncul dibelakang Daniel dan menikam Daniel dengan pisau. Mata Lia Siyu terbuka lebar, terkejut dengan adegan ini.
“Kamu….” Lia Siyu tak dapat menyelesaikan kalimatnya karena terkejut dengan sangat tiba-tiba.
“Tidak!” teriak Lia Siyu dengan penuh kesedihan. Dia tak bisa menahan air matanya yang tanpa sadar mengalir.
Sosok pria dewasa kurus tersenyum kejam kepada Lia Siyu, menunjukkan bahwa hidup mereka akan berakhir ditangannya.
Daniel merasakan sakit sebentar, lalu dia langsung kehilangan kesadarannya.
“Darurat! Darurat! Darurat!”
Suara sistem dengan bgm tanda bahaya bergema di dalam pikiran Daniel.
“Mode darurat diaktifkan.”