System Technology And Superpower - 7 Bab 7
Kinar melihat sebuah mobil sport berhenti di pinggir jalan, mobil itu berhenti di dekat seorang pemulung. Saat melihat siapa yang keluar dari mobil, ia segera menyadarinya.
Orang itu adalah Orang yang mengejar dan sering menyatakan cinta pada dirinya, namanya Yudhistira.
Karena penasaran denhan apa yang ingin dilakukan oleh Yudhistira, Kinar diam-diam mendekati tempat di mana pemulung itu berada.
Kinar perlahan mendekati tempat kejadian. Ia melihat dua orang sedang beradu argumen, tapi pemulung itu tak terlalu menanggapi Yudhistira. Ia merasa tertarik dengan pemulung tersebut. Tak mudah bagi seseorang untuk tidak takut pada orang kaya, belum lagi pemulung itu melihat Yudhistira membawa mobil sport yang seharga milyaran rupiah dan membawa seorang pengawal.
Sikap acuh tak acuh pemulung itu menarik perhatian Kinar.
Setelah lama mendengar Yudhistira berbicara, pemulung itu pun akhirnya angkat bicara. Tapi, ucapan pemulung itu membuat Kinar tertawa.
Namun, setelah pemulung berkata seperti itu, pengawal Yudhistira langsung bergerak untuk memukul pemulung tersebut.
Kinar terkejut dengan perlakuan Yudhistira. Untungnya dia tak menerima Yudhistira, jika ia menerimanya, maka ia tak tahu bagaimana ia akan diperlakukan oleh Yudhistira.
Pemulung tersebut tak bisa menahan serangan beruntun dari pengawal Yudhistira dan akhirnya babak belur dan terlempar jauh karena tendangan pengawal tersebut.
Kinar mendengarkan teriakan samar dari pemulung tersebut. Ia sangat ingin membantu pemulung tersebut, tapi ia hanya seorang diri, ditambah lagi ia seorang perempuan. Meskipun ia seorang murid dari dojo beladiri, melawan pengawal profesional bukanlah perkara mudah bagi wanita.
Setelah selesai berbicara, Yudhistira menghamburkan botol yang telah dikumpulkan oleh pemulung itu.
Kinar merasakan iba di hatinya. Pemulung ini hanya ingin mencari uang, tapi ada saja rintangan yang menghadangnya untuk mendapatkan uang.
Ia melangkahkan kaki untuk membantu pemulung itu.
Ketika dia mulai mengumpulkan sampah botol plastik, pemulung itu berbalik melihatnya. Kinar terkejut dan tak sengaja menjatuhkan botol yang telah dikumpulkan di tangannya.
“Kamu…”
Kinar mencoba mengingat siapa pemuda pemulung yang ada di depannya ini.
“Oh itu kamu.”
Pemulung itu berkata dengan ringan. Meskipun ada kejutan di matanya, ia tak memperdulikan itu.
“Kamu yang menabrakku pagi ini! Itu kamu!”
Kinar akhirnya berhasil mengingat siapa pemuda yang ada di depannya ini.
“Bingo!”
Pemuda di depan Kinar adalah Daniel.
Daniel memberi Kinar jempol menandakan bahwa Kinar menebaknya dengan benar.
Melihat wajah Daniel yang tetap acuh tak acuh meski sudah dipukuli dengan keras oleh pengawal Yudhistira membuat Kinar terkejut.
Kinar bertanya pada Daniel, “Apa yang kau lakukan dengan sampah ini? Apakah kau memang seorang pemulung?”
Daniel menatap Kinar, kemudian menjawab, “Tentu saja menjualnya di tempat penjualan sampah daur ulang. Emangnya mau dikemanain lagi?” Daniel berhenti sebentar lalu melanjutkan, “Kemudian, apa salahnya menjadi pemulung? Mereka juga membantu menyortir sampah mana yang bisa di daur ulang dan sampah mana yang tak bisa di daur ulang. Seharusnya masyarakat berterima kasih terhadap pemulung karena telah membantu mereka mengumpulkan sampah.”
Daniel mulai melontarkan omong kosongnya. Itu hanyalah alasan yang dibuatnya supaya tak dicurigai memiliki sistem di otaknya.
Mendengar jawaban Daniel, Kinar merasa malu menanyakan hal yang sensitif tersebut. Ia hanya diam dan mulai membantu kembali sampah botol plastik yang dihamburkan.
Setelah beberapa menit, semua sampah yang berhamburan dikumpulkan. Daniel dan Kinar tersenyum.
Daniel mengambil karung yang ada pada Kinar dan berterima kasih, “Terima kasih sudah bantuin aku. Juga, aku minta maaf tentang pagi ini.”
Kinar menyerahkan karung itu pada Daniel, “Sama-sama. Aku juga minta maaf tentang itu. Mari lupakan kejadian pagi ini.”
Daniel mengatur posisi karung di punggungnya, “Sekali lagi terima kasih. Lain kali aku akan mentraktirmu makan di kantin. Kalau tak ada yang lain, aku akan mencari sampah lain. Sampai jumpa.”
Kinar tak menjawab. Ia hanya melihat punggung Daniel yang perlahan berjalan pergi.
Setelah beberapa langkah, Daniel berhenti. kemudian berbalik pada Kinar.
“Ohya, aku baru ingat kalau kamu adalah Ketua Osis, tapi aku tak tau namamu. Jadi, terima kasih, Ketua Osis.”
Daniel kemudian melanjutkan langkahnya mencari sampah botol plastik.
Kinar yang mendengar ini langsung kesal, tapi dengan rasa kesal yang berbeda. Rasa kesal kali ini adalah kesal kebahagiaan. Ia menemukan seseorang yang menarik di lingkungan sekolahnya.
Kinar kemudian berteriak “Namaku Kinar Ramadhani. Ingat itu!”
Mendengar teriakan Kinar, Daniel juga membalas teriakan itu, “Namaku Daniel. Kinar, salam kenal.”
Setelah berteriak, Daniel hilang dari pandangan Kinar.
Kinar kemudian berbisik, “Bagaimana kamu mau mentraktirku kalau namaku saja kamu tak tau.”
Kinar tersenyum setelah itu dan berjalan kembali ke rumahnya.
Matahari telah terbenam sepenuhnya, malam pun datang.
Daniel telah menyelesaikan tugas mengumpulkan sampah botol plastik, meskipun hasilnya ia jadi terluka karena pukulan pengawal Yudhistira.
Kemudian suara dering notifikasi terdengar.
“Tugas Selesai.”
“Mulai Membuka System Technology.”
“System Technology terbuka 0% … 10% …. 30% …. 50% …. 80% …. 100%.”
“Selamat, System Technology Terbuka!”
“Selamat, System Technology naik Level 1!”
“Selamat, Host naik Level 1!”
“Selamat, Host mendapatkan hadiah dari membuka System Technology untuk pertama kalinya!”
Daniel mengabaikan beberapa notifikasi dari sistem.
Ia sudah lelah berkeliling untuk mencari sampah botol plastik di pusat kota. Jadi, ia terlalu malas untuk memperhatikan hal lain.
Melangkahkan kakinya pelan-pelan, Akhirnya, Daniel sampai di rumah.
Menaruh semua sampah botol plastik pada tempatnya, Daniel mengetuk pintu dan berbicara dengan suara lemah, “Aku pulang.”
“Kakak!”
Rika berlari keluar untuk menyambut kakaknya. Ketika sampai, Rika terkejut dan menangis melihat penampilan Daniel.
“Kakak, apa yang terjadi padamu? Kenapa baru pulang jam segini?”
Rika segera merangkul kakaknya kemudian berteriak, “Raka! Bantuin kakak sini!”
“Iya!”
Raka keluar dari kamarnya dan terkejut juga melihat keadaan Daniel.
“Kakak, Ada apa denganmu?”
Raka juga merangkul kakaknya.
Daniel, yang melihat ini, merasakan kehangatan hati adik-adikny. Ia tak tahan melihay keddua adiknya sedih, ia pun berkata, “Nanti saja berceritanya. Kalian belum makan kan? Kakak mandi dulu terus masak buat kalian. Kalian belajar dulu yaa.”
Rika segera menolak, “Tidak. Aku yang mandiin kakak.”
Daniel juga langsung menolak, “Rika, kakak sudah besar. Kakak bukan anak kecil lagi.”
Mendengar jawaban Kakaknya, Raka tertawa keras dan mengejek Daniel, “Rika, kakak malu kalo dimandiin sama cewek. Kakak mana pernah punya pacar. Jadi, Kakak masih malu sama cewek.”
Daniel kesal dan mulai membalas ejekan Raka, “Mentang-mentang ganteng, ngejekin kakaknya. Kamu sendiri juga nggak punya pacar!”
Raka menyangkal kemudian menggoyangkan jari telunjuknya, “Nonono, meski aku tak punya pacar, aku punya banyak penggemar cewek.”
Raka tertawa nyaring.
Rika kemudian berteriak, “Raka!”
Raka langsung tak bersuara, ia dengan cepat diam.
Daniel melihat ini tertawa, “Haha, katanya banyak penggemar cewek, sama saudari sendiri aja takut.”
Rika juga berteriak, “Kakak Niel!”
Daniel juga terdiam. Melihat ini, Raka ingin tertawa, tapi tak bisa. Terpaksa ia hanya bisa tertawa dalam hatinya.