Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 133 rencana bulan madu
Pagi hari yang segar, aktivitas di
dalam rumah utama sudah kembali normal. Para Pelayan sudah terlihat sibuk
dengan pekerjaannya masing-masing. Daniah melihat dari kejauhan para tukang
kebun juga sedang melakukan tugasnya. Menyiram pepohonan dan bunga.
Daniah berjalan di samping Saga. Terhenti
karena pak Mun.
“ Sayang, kita mau kemana?” menarik
lengan Saga.
“ Sudah diam, masuk saja ke dalam
mobil sana.” Mendorong tubuh Daniah agar berjalan meninggalkannya. Masih ada
yang harus dia bicarakan dengan pak Mun.
Daniah menurut saja ketika pintu
mobil di buka oleh sekertaris Han. Dia masuk dan duduk.
“ Kita mau ke mana sekertarsi han?”
berharap laki-laki ini sudi menjawab. Walaupun tahu, dia tidak boleh banyak
berharap.
“ Kalau tuan muda saja tidak
menjawab, memang anda berharap saya menjawab apa.” lihat kan, jawaban yang sama
mengesalkannya dengan senyum tipisnya itu.
Cih, Daniah melengos ketika Han
menutup pintu dengan pelan. Saga sendiri sedang bicara dengan pak Mun. Daniah
tidak mendengar dari kejauhan. Apalahi Han malah berdiri di depan pintu
menutupi pandangannya.
“ hei, sekertaris han. Berikan kode
sedikit saja. Kita mau kemana? Aku sudah mulai takut nih.”
Han menundukan kepalanya sebentar.
Sambil melihat tuannya yang sedang bicara.
“ Memang apa lagi yang anda
takutkan, anda bahkan sudah mendapatkan cinta tuan muda.”
Apa! kenapa dia semakin tidak bisa
di ajak bicara begini si. Dasar sekertaris compleks.
Han membukakan pintu ketiga Saga
sudah berjalan mendekat.
“ Maaf membuat mu menunggu.”
“ Eh tidak apa-apa.”
Sekarang dia bahkan segampang ini
minta maaf padaku, menakutkan tidak si.
“ kemari, mendekatlah. Perjalanan
kita sangat panjang pagi ini.” Menjentikan tangan, supaya Daniah merapatkan
duduk.
“ Tidak apa-apa sayang. Aku juga
belum lelah kok. Kita kan baru saja mau berangkat.”
“ Aku bilang mendekat, kemarilah.”
“ Ia, ia.” Daniah mengeser
duduknya, sampai Saga melingkarkan tangan di pinggangnya.
Cih, katanya kontrak sudah batal
saat aku merobek surat perjanjian itu. Tapi aku tetap tidak boleh membantahmu. Eh,
kamu bilang kalau aku berani membantah. Aku bisa membantah kan. Hei keberanian,
di mana kamu. Munculah kalau di situasi semacam ini.
“ Sayang, kita mau kemana?”
bertanya serius. Sudah menyandarkan kepala dan memilih membelai dada saga
pelan. Supaya di jawab.
“ Tempat yang ingin kau datangi.”
Dimana itu? Aku bahkan tidak ingin
pergi ke mana-mana. Bagaimana dia bisa menyimpulkan aku ingin pergi kesuatu
tempat.
Perjalanan memakan waktu yang cukup
lama. Setelah Daniah lelah di jahili tangan dan bibir Saga gadis itu tanpa sadar
terlelap. Dia memiringkan tubuh dan memakai kaki Saga sebagai bantal kepalanya.
Laki-laki itu mengusap kepala Daniah. Memainkan rambut gadis itu seperti yang
sering dia lakukan.
“ Kaki anda akan sakit tuan muda.
Apa kita berhenti sebentar membei bantal. Maaf saya tidak menyiapkannya tadi.” Melirik
sekilas spion.
“ Sudahlah ini bukan apa-apa.
kira-kira berapa lama lagi.” Mengulung rambut Daniah dengan jemarinya.
“ Seharusnya kurang dari 45 menit
kita sudah bisa sampai.”
“ Kalau begitu terus saja, tidak
perlu berhenti.”
“ Baik.”
Saga menyandarkan kepalannya ke
kursi. Tangannya masih membelai kepala Daniah. Mengusap-usapnya agar gadis itu
mimpi indah sepanjang perjalanan ini.
“ Maaf sayang aku pasti ke enakan
tidur. Kaki mu nyaman sekali si.” Memijat kaki Saga yang kram kerena tidak
bergerak di pakainya sebagai bantal hampir 45 menit sepertinya.
Kenapa juga tidak membangun kan ku
si.
“ Sudah keluar sana! Aku mau
mengerakan kakiku.” Daniah merasa bersalah menurut dan turun dari mobil. Dia
melihat sekelilingnya. Langsung dia menutup mulutnya sambil terperangah tidak
percaya.
Ini benar kan? Aku sedang di
kampung halaman ibu.
Daniah menatap Han sebentar yang
masih berdiri di dekat pintu mobil yang terbuka. Saga sudah keluar dari mobil.
“ Udaranya lumayan segar ya.” Saga
menghembuskan nafas dalam. Menghirupnya perlahan.
“ Sepertinya karena angin laut tuan
muda.” Menatap lautan biru di sebrang jalan sana. Pantulan matahari di airnya
yang biru. Langit pun cerah berwarna biru. Perpaduan alam yang sempurna.
“ Sayang.” Daniah mengitari mobil
mendekati Saga.
“ kenapa? Tanggung jawab kau nanti
memijatku semalaman ya.” Menunjuk kakinya.
“ ia, ia baik. Aku akan melakukan
apapun yang kamu mau.” Menghambur memeluk Saga. “ dari mana kamu tahu?”
“ Apa?”
“ Tempat ini, pantai ini.” Membentangkan
tangan menunjuk lautan lepas di sana.
“ Kenapa? Aku hanya ingin mengajak
mu liburan ke sini. memang kau sudah pernah ke sini.” bertanya acuh.
Apa! jadi dia hanya kebetulan
mengajak ku kesini.
Daniah kecewa dan melepaskan
pelukannya.
“ Sekarang kita mau kemana?”
menyelesaikan urusan Saga terlebih dahulu. Daniah berfikir mungki dia bisa
menyelinap pergi untuk mengunjungi makam ibunya nanti. Dia akan memohon pada
sekertaris Han.
“ Kemana lagi.” Menarik tangan
Daniah agar mensejajarinya. “ Tentu saja mengunjungi ibu mertua ku.”
“ Sayang.”
Hah! Lagi-lagi Daniah hanya bisa
menatap terkejut dan mengikuti Saga menarik tangannya. Sementara sekertaris Han
berjalan di depan, sudah seperti tahu tempat ini saja. Saking senangnya dia
bahkan tidak bisa mengatakan apa-apa. dan berjalan cepat mengikuti langkah kaki
Saga.
Terimakasih. Tuhan, apa aku tidak
terlalu serakah, kalau aku mengatakan aku mencintai suamiku dan ingin selalu
bersamanya. Seperti ini.
Mereka berjalan ber iringan menuju
tempat pemakamam umum, tidak butuh waktu lama untuk sampai di sana. Han sudah
membawa bunga yang dia taruh di bagasi mobil. Sesampainya di pemakamam dia
menyerahkan bunga-bunga itu pada Daniah dan saga.
“ Sepertinya sudah ada yang datang
kemari.”
Saga meletakan bunga di atas makam
ibu mertuanya. Daniah menyusul mengikuti apa yang di lakukan Saga.
“ Itu pasti Raksa.” Daniah menoleh
melihat suaminya. “ Setiap tahun dia selalu menemaniku kemari. Kemarin dia
pasti mengantikan ku sendirian kemari.”
“ Maaf.”
Hah! Apa? kenapa minta maaf.
“ Maafkan saya nona, saya yang
tidak memberi tahu tuan muda kalau kemarin adalah hari peringatan kematian ibu
anda.” Han maju dua langkah. Mengantikan Saga.
“ Han.” Saga sudah mencegahnya bicara.
“ Tidak tuan muda, ini semua salah
saya.”
“ Tidak. Kenapa kalian harus minta
maaf. Sayang.” Daniah mengengam tangan Saga. Lalu mendekapnya dalam pelukannya.
“Terimakasih sudah membawaku ke sini. aku tidak apa-apa kok. Walaupun lewat
sehari, dua hari atau berapapun aku bersyukur bisa sampai di sini. terimakasih
ya.”
Ibu, dia suamiku. Saga Rahardian.
Dia laki-laki yang mencintaiku, aku berjanji akan hidup dengan baik ke depannya
bersamanya.
Han mundur beberapa langkah
menjauh. Membiarkan dua sepasang manusia itu melepaskan emosi mereka.
“ Aku akan memindahkan makam ibumu
ke makam keluarga ku.”
Apa! ini berlebihan kan, kamu tidak
perlu sampai melakukan itu.
“ Tidak apa-apa sayang. Aku akan
tetap berada di sampingmu seperti kemarin, dan aku bisa datang kemari selang
beberapa hari.”
Itu sudah lebih dari cukup. Seperti
ini, sudah cukup bagiku.
“ Kau tidak perlu menangisi ayahku.
Kau bisa menangis untuk ibumu tahun depan dan tahun berikutnya. Dalam pelukanku.”
Tidak merubah rencana awal yang sudah dia bicarakan dengan Han.
“ Sayang. Terimakasih. Untuk semua
kebaikan ini.”
Selama berada di depan makan
ibunya mereka bicara banyak hal, walaupun tidak terlalu banyak hal yang di ingat
Daniah tentang ibunya. Namun samar dia bisa mengingat sentuhan lembut di
kepalanya saat wanita itu mengantarkannya tidur. Saga pun bercerita beberapa
hal tentang hidupnya. Tentang kenangan bersama ayahnya. Laki-laki hebat yang
akan selalu menjadi bagian penting dalam perjalanan hidupnya.
Setelah selesai di depan makam,
Saga mengajak Daniah mengunjungi keluarga dari
ibunya. Walaupun merasa canggung, karena sejujurnya kalau dia dan Raksa pulang
setahun sekali dia pun jarang mampir mengunjungi keluarga ibunya. Mereka
seperti terputus ikatan.
Dari mana mobil-mobil ini!
Lagi-lagi Saga menunjukan kalau dia
bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Dua buah mobil boks menurunkan banyak
sekali bahan makanan dan juga buah-buahan di halaman rumah paman Daniah.
Seluruh keluarga yang berkumpul terperangah melihat apa yang diturunkan dari
mobil. Bahkan ada pakaian, tas dan juga sepatu. Yang semuanya terpisah dalam
boks-boks besar.
Apa-apaan ini. Dia mau menunjukan
kalau dia suami yang keren ya.
“ Sayang.”
Saga menarik lengan Daniah. Untuk
mendekat ke arahnya. “ Selamat siang semuanya. Perkenalkan, saya suami
keponakan cantik kalian.” Daniah bersemu merah malu sendiri mendengar perkataan
Saga.
Tapi hari itu Daniah mendapatkan
perlakuan istimewa, bahkan dari orang-orang yang sudah lupa akan namanya. Sekali
lagi Saga memberikan banyak hal yang sudah berlarian pergi dari hidup Daniah.
Bau ibunya seperti tercium dari tawa keluarganya. Daniah merasa bahagia untuk
kesekian kalinya, memiliki Saga di sampingnya.
Mereka menyusuri bibir pantai
bergandengan. Saga sudah mengulung celananya sedikit. Sudah memakai sandal yang
di beli Han di warung kecil di dekat pantai.
“ Terimakasi sayang. Terimakasih
untuk hari ini. Rasanya beribu kali aku mengatakannya tidak akan cukup membayar
semua yang kau lakukan hari ini.”
Saga mengangat tangan mereka yang
tergengam, lalu mencium bagian tangan Daniah.
“ Kalau kau tahu, berterimakasilah
dengan benar dengan seluruh hati dan jiwamu seumur hidup mu.”
Cih, bisa tidak si menjawab dengan
kalimat romantis. Tapi memang seperti inilah dirimu ya. Aku mencintaimu yang
seperti ini.
Mereka menghentikan langkah. Daniah
menghadap Saga dan memeluknya. Membenamkan wajahnya dalam pelukan laki-laki
itu. Wajahnya hanya sampai dadanya Saga.
“ Terima kasih sayang. Untuk semua
hal sudah ku terima darimu.” Mendongakan wajah. Pandangan mereka bertemu. “ Aku
mencintaimu sayang, suamiku Saga Rahardian.” Untuk pertama kalinya Daniah
mengatakan mencintai Saga tanpa di minta laki-laki itu.
Wajah bahagia Saga tidak bisa
ditutupi. Dia langsung mencium bibir Daniah. Diantara baground lautan yang biru
mereka berciuman sangat lama. Daniah menjinjitkan kedua kakinya untuk mengimbangi
tubuh tinggi Saga.
Tidak apa-apa kan aku mengambil
foto mereka sekarang. Sepertinya tuan muda akan senang. Dia bisa memakainya
nanti untuk layar hpnya. Menganti foto nona yang terbalik dengan rambut terburai
itu.
Dengan tidak tahu malu, Han
mengeluarkan hpnya.
Epilog :
“ Bulan madu! Mau. Mau.” Tidak tahu
kenapa sepertinya akan sangat menyenagkan. Mereka sudah berada di dalam mobil
kembali ke kota. Daniah bicara banyak sekali tentang bulan madu dalam
rencananya. Membuat Saga kesal.
“ Sudah diam! jangan merengek.”
Saga menutup mulut Daniah yang masih merengek. “ Berhenti memberi ide tentang
bulan madu rakyat jelata. Kali ini aku yang tentukan temanya.” Meraih dagu
daniah. “ kau bisa memilih tema bulan madu kita selanjutnya setelah ini.”
Apa! memang kau mau bulan madu
berapa kali.
“ Han, siapkan semuanya minggu
depan.”
“ Baik tuan muda.”
Apa segampang itu.
“ Apa ada tempat yang ingin anda
kunjungi nona.” Han bertanya.
“ Apa ya, sepertinya menyenangkan
bermain air dan menyelam di laut.”
Cih
Apa! kenapa kau mendengus. Memang
kau mau bulan madu hanya tinggal di kamar.
“ Anda mau ke luar negri apa dalam
negri saja.”
“ kenapa kau malah bicara padanya.”
Menarik Daniah agar menempel padanya. “ Han jangan bertanya lagi. Siapkan saja
semuanya. Aku percaya padamu.”
“ Baik tuan muda.”
Han kembali fokus mengemudi, sambil berfikir destinasi tempat bulan madu paling populer di negara ini. Sampai dia benar-benar tidak mendengar suara-suara dari kursi belakang. padahal keduanya sudah berisik.
“ Sayang sepertinya akan
menyenagkan kalau kita.” masih kekeh ingin bulan madu versi rakyat jelata.
“ Sudah diam.” Menutup mulut Daniah
dengan bibirnya. Dia tidak melepaskan sampai Daniah menganguk tidak akan bicara. Gadis itu tersengal.
” Aku akan diam sayang, jadi kamu juga diam.”
Membuat Saga diam sepertinya itu mustahil.
” Kamu mau punya anak berapa? ayo fokus membuatnya saat bulan madu.”
Apa! Tidak mau!
Han hanya bisa tersenyum mendengar pertengkaran dari kursi belakang.
Tamat
????Terimakasih untuk semua orang yang ku sayangi
????Terimakasih untuk semua pembaca novel terpaksa menikahi tuan muda tanpa terkecuali, semoga kalian selalu bahagia.
????sampai jumpa lagi