Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 138 Ibu (Part 2)
Sementara itu di dalam rumah, selepas kepergian Saga dan Daniah.
Jen dan Sofi yang akan berdiri di
belakang kakak iparnya sebagai pembela dan pendukung garis keras. Karena mereka tahu, kedamaian rumah ini tergantung bagaimana suasana hati kakaknya. Dan mereka paham sekali, siapa yang berpengaruh merubah mood kak Saga tersayang mereka.
“ Ibu, apa ibu tidak menonton
pengakuan cinta kak Saga pada kakak ipar?” Pertanyaan sekerdarnya yang di lontarkan Jen, sebenarnya hanya sebagai penegas, kalau ibu sudah kalah telak dalam hal apapun. Karena ibunya sudah ribut membahasnya waktu itu, Jen tahu ibu menonton. Bahkan ibu hafal apa yang di ucapkan kak Saga di luar kepala.
Ibu terdiam, memandang kedua
putrinya.
“ Jangan mengusik mereka lagi bu. Kak
Saga yang sudah tergila-gila pada kakak ipar. Ibu tidak bisa melakukan apapun.”
Sekali lagi berusaha menunjukan poin utamanya. Bahwa Sagalah yang duluan jatuh
cinta pada kakak ipar. Sejak mereka tidur bersama. Itu fakta.
“ Ibu tidak akan menggangu Daniah
jadi kalian tidak perlu berkata apapun. Ibu hanya belum bisa rela dia mengandung
anak Saga dan penerus keluarga ini.” Getir ibu menjawab. Ya, dia tidak akan
menggangu gugat posisi Daniah sebagai istri Saga. Karena dia tahu itu mustahil.
“ Kenapa bu? Memang apa yang salah
dengan kakak ipar? Dia wanita baik-baik.” Jen masih bicara penuh percaya diri
dengan pendapatnya. “ Dan yang terpenting mereka saling mencintai sekarang. Dan yang paling utama, kak Saga mencintai kakak ipar bu.”
“ Keluarganya, garis keturunan
keluarganya.”
Jen menghentikan bicaranya saat
Sofi menarik bajunya. Sofi menunjuk Daniah yang sudah berdiri tidak jauh dari
mereka dengan ekor matanya. Yang mereka tangkap saat melihat Daniah mematung seperti itu adalah, kakak ipar mendengar semua pembicaraan mereka.
Sial.
“ Kakak ipar. Maafkan ibu. Dia pasti asal bicara.” Jen mendekat meraih tangan Daniah. Memohon
agar kakak iparnya tidak mengambil hati pembicaraan mereka. Walaupun terlihat
gurat kecewa muncul di wajah Daniah, tapi gadis itu berhasil mengusirnya dengan cepat.
Daniah menepuk bahu Jen.
“ Kamu bisa terlambat Jen kalau
belum berangkat sekarang. Pergilah.” Melepaskan tangan Jenika dari tangannya. Dia tersenyum tipis.
“ Kakak ipar.” Merengek. Jen
sekarang sering sekali memakai senjata ini meluluhkan Daniah.
“ Aku tidak apa-apa. pergilah. Sofi
juga, berangkat sekarang nanti kalian terlambat.” Menepuk bahu Jen lagi. Lalu mendorong tubuh adik iparnya untuk pergi. ” Berangkat sana.”
“ Maaf ya kakak ipar.” Sofi
mengambil tas mereka berdua. Menyerahkan tas Jen, menarik Jen agar ikut menyingkir.
Paham mereka tidak bisa menyelesaikan apapun, sekalipun terlibat dalam
kerusuhan pagi ini.
“ Kenapa minta maaf, memang apa
salahmu. Sudah sana. Aku sudah bilang pada Raksa untuk bersikap baik padamu Jen,
karena kamu adik ipar yang baik hati.” Daniah mengedipkan matanya jenaka.
Membuat Jen langsung semangat membara. Lupa sudah pembicaraanya dengan ibunya
tadi. Dia sudah melangkah dengan riang ke mobilnya.
Raksa, Raksa, aku akan
menaklukanmu. Satu bulan ya. Hehehe, tidak akan memakan waktu selama itu. Akan
ku pakai semua pesona dan daya tarik Jenika, gadis manis yang punya sejuta pesona.
Jen mengibaskan rambutnya. Sofi di
sampingnya hanya tersenyum kecut. Tahu apa yang sedang dipikirkan Jen. Dia menuju mobilnya sendiri. Malas meladeni
kakaknya yang mulai di rasuki penyakit cinta.
Sementara itu setelah Jen dan Sofia
pergi Daniah mendekati ibu mertuanya. Dia tahu, dia harus bicara dengan wanita
di depannya ini. Tidak tahu apapun yang akan dia bicarakan. Tapi dia tetap
harus bicara.
“ Duduklah, kita memang harus
bicara.” Ibu menunjuk sofa di depannya.
Suasana di dalam rumah sudah terasa
sesak untuk Daniah. Tapi dia mau tidak mau memang harus duduk dan bicara dengan
ibu mertuanya. Hatinya sudah sekuat ini. Ikatan janji yang di berikan Saga
untuk megikat hatinya sudah lebih dari cukup untuk membuatnya mengangkat tegak
kepalanya di hadapan ibu mertuanya.
Daniah duduk di sofa,
di hadapan ibu mertuanya.
“ Ibu.” Daniah tidak bisa melanjutkan kata-katanya, karena dengan cepat ibu langsung memotong pembicaraan.
“ Aku tahu, aku sudah kalah sejak
lama perihal dirimu Daniah.” Terdengar ibu menghela nafas. ” Apalagi saat Saga mengatakan perasaannya pada dunia. Bahwa dia mencintai istrinya. Aku tahu aku sudah kalah.” Ibu menelan
ludah. Menatap wanita di hadapannya. Sebenarnya apa yang dimiliki gadis ini
sampai membuat Saga jatuh cinta padanyan. Gumamnya dalam hati, masih dengan
perasaan tidak terima. “ Saga tidak pernah memproklamirkan perasaannya. Dengan
Helen sekalipun.” Dia terdengar menarik nafas dalam.
Sementara Daniah masih duduk dengan
tenang, tidak menjawab atau memberi reaksi apa-apa. dia hanya terlihat sedang
mengerutkan keningnya.
Apa ibu belum menyerah perihal Helen,
kenapa masih menyebutnya.
“ Saga memperkenalkan Helen sebagai
kekasihnya ke publik. Semua orang tahu siapa Helen, tapi dia tidak pernah
menunjukan perasaan cintanya pada Helen pada orang-orang. Berbeda dengan mu,
Saga tidak memperkenalkanmu pada dunia. Tapi dia menunjukan cintanya kepadamu
pada semua orang.”
Wajah Daniah bersemu, merasa
bahagia dengan sendirinya. Kata-kata ibu mertua terdengar seperti kalimat
pujian. Tapi dia segera menyadarkan diri, jelas-jelas, pasti bukan itu maksud
ibu mertua kan.
“ Saga sangat mencintaimu, tapi
bagaimana denganmu?” seperti berusaha melontarkan bola panas yang akan melumerkan kepercayaan diri Daniah.
Benarkan, ini inti bicara ibu
panjang lebar tadi.
Ibu tidak bisa mengusik Saga, tapi
dia menemukan celah untuk mengoyahkan pernikahan ini melalui Daniah. Perasaan
menantu di hadapannya ini, sampai hari ini yang ia tahu. Gadis ini masihlah
wanita yang pernah berkata ingin pergi dari rumah ini. Dia bahkan pernah mengatakan
akan berlutut di kakinya kalau sampai Saga menceraikannya. Artinya perasaannya
pada putranya tidaklah seperti yang ia dapatkan dari suaminya.
“ Apa ini bisa di terima, jika kamu
sendiri tidak mencintai anakku. Kenapa kau dengan tidak tahu malunya menerima
cinta yang begitu berlimpah dari putraku?” pertanyaan sekaligus kecaman.
Deg, Daniah mencengkram sofa dengan
kedua tangannya. Pikirannya tumpang tindih. Kalau dulu mungkin dia tidak akan
bisa menjawab. Tapi sekarang hati mereka yang terikat satu sama lain. Membuatnya percaya diri menatap ibu.
“ Ibu.” Dia membuka mulutnya lirih.
“ Perasaanku seperti apa, tuan Saga tahu dengan pasti itu. Aku bersyukur
mendapatkan cinta yang berlimpah dari suamiku, dan sebesar itu pula aku akan
berusaha membalasnya. Jika orang lain tidak melihatnya, aku tidak terlalu memusingkan
itu. Yang terpenting, suamiku tahu dan merasakan perasaan tulusku padanya.” Pelan, namun runut Daniah menyanggang ibu.
Cih, kenapa aku tidak menemukan
kata yang tepat untuk membantahnya. Ibu merasa gusar sendiri. Karena sepertinya
menantunya percaya diri dengan perasaannya sepertinya menyerang melalui celah
ini hanya akan sia-sia.
“ Daniah, apa kau merasa pantas
untuk melahirkana anak dari Saga?”
Benar, seharusnya aku memakai celah
ini, wajahnya sudah terlihat pias. Ibu menepukan sasaran tepat menjatuhkan
mental Daniah. “ Kau harus tahu, lingkungan pergaulan kami berbeda dengan mu
menjalani hidup selama ini. Kelak, penerus keluarga ini akan mengantikan Saga,
baik dalam bisnis ataupun pergaulan. Tapi bagaimana dia bisa menegakkan
wajahnya jika dia memiliki ibu dengan latar belakang seperti mu.”
Daniah mengigit bibirnya. Merasa
apa yang baru ibu katakan sangat menyakitkan. Menjatuhkan harga dirinya.
Seharusnya aku tahu ini. Kalau ibu
mengunakan kelemahanku yang satu ini. Bahkan menjawab satu katapun aku tidak
akan mampu.
Ibu mengeluarkan sesuatu dari
kantung bajunya, meletakan di atas meja dengan perlahan. Wajah Daniah langsung terlihat pucat saat mengenali benda yang di letakan ibu barusan.
“ Minumlah ini diam-diam, dan
bujuklah Saga.” Masih meletakan benda kecil itu di bawah tangannya.
“ Maksud ibu?” minum pil KB dan membujuk tuan Saga, untuk apa? pertanyaan itu muncul.
“ Biarkan dia menikah lagi dengan
wanita yang pantas untuk menjadi ibu dari anaknya. Aku tidak akan mengusikmu.
Kamu tetap akan menjadi istri yang di cintai Saga di sampingnya. Tapi bukan
kamu yang akan di kenal dunia sebagaai ibu dari anak putraku.”
Huh! Jahat sekali. Bagaimana bisa
semudah ini ibu mengatakan ini padaku.
Jika dulu, mungkin Daniah akan
langsung mengangukan kepala dengan ide gila ide. Dulu saat hatinya masih
terkunci rapat untuk Saga. Saat ia hanya melihat Saga sebatas kontrak mematikan
yang bisa menyelamatkan hidup keluarganya. Tapi tidak sekarang, saat ia tahu
setulus apa hati suaminya untuknya. Apakah Daniah sudah gila sampai akan
mengikuti permaianan ibu mertuanya.
“ Ibu, sepertinya ibu tidak mengenal
anak ibu dengan baik ya.” Menatap ibu mertuanya dengan sorotan tajam. “ Apa ibu
pikir saya seberani itu. Minum pil kontasepsi diam-diam tanpa sepengetahuan
tuan Saga.”
Aku berani dulu, walaupun itu ku sesali
sampai hari ini.
“ Kalau dia tahu, dia pasti akan
mencekik ku.” Menjawab dengan gelak sambil memperagakan dengan tangannya
sendiri.
Ya dia pasti akan sangat murka, aku
bahkan tidak berani membayangkan bagaimana kemarahannya.
“ Daniah, apa kamu tidak terlalu
serakah?” ibu sama sekali tidak tertawa melihat apa yang dilakukan Daniah. Padahal Daniah sudah berusaha membumbui gerakan mencekik lehernya dengan tawa.
Serakah! Ibu tahu berapa kali aku
mengingatkan diriku untuk jangan terlalu serakah pada cinta tuan Saga. Aku
sungguh tau diri untuk selalu ingat posisiku.
“ Maaf bu, aku tidak akan minum pil
itu atau membujuk suamiku. Aku tidak punya keberanian untuk itu. Kenapa ibu
tidak mengatakan langsung pada tuan Saga.”
Wajah ibu berubah kesal. Dia
mengambil pil itu dan melemparkannya di depan Daniah. Tepat pada ujung meja di
depan menantunya.
“ Kalau kau tau diri, cukup tau
diri siapa dirimu, minumlah. Jangan sampai kau mengandung anaknya Saga.” Sebuah
serangan terakhir yang di harapkan mampu mengoyangkan pertahanan Daniah.
Tapi saat ibu mendongak dan menatap lekat menantunya, gadis itu tidak bergeming. Membuatnya semakin larut dalam rasa kesal.
Bersambung