Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 143 Paman memohon
Mudah menyetel senyuman, bahkan Daniah selalu melakukannya diawal pernikahannya dulu. Dia sangat pandai berakting senyum dihadapan Saga. Sekalipun hatinya kesal, dia bisa tersenyum semanis gerakan bibir para model di peragaan busana.
Seperti itu pula ibu, wajah ibu segera berubah 180
derajat ketika sudah sampai di lantai bawah menemui tamu yang datang. Ia
memasang senyuman hangat.
“ Jadi ini Daniah ya, selamat ya
atas pernikahan kalian. Bibi dan juga pamanmu tidak bisa datang waktu kalian menikah.”
Seorang wanita yang terlihat ramah langsung berdiri dari duduknya saat melihat
Saga dan istrinya datang. Dia langsung mengulurkan tangan pada Daniah.
“ Terimakasih bibi.” Daniah
menerima uluran tangan wanita itu dengan tersenyum. Lalu mereka kembali duduk
di sofa.
“ Saga, istrimu cantik sekali.
Senangnya, kalian juga terlihat sangat bahagia.” Wanita itu terus memuji. Namun
pujiannya benar-benar tulus. Dia memang wanita yang baik. Bibi, adalah wanita
polos yang selalu berkonsentrasi dalam hal baik di kehidupannya.
“ Terimakasih bi, Daniah memang
sangat cantik.” Saga memeluk bahu istrinya. “ Aku merasa beruntung menikah
dengannya.”
Tuan Saga tolong hentikan, bacalah
situasi dengan benar. ibumu tidak menyukaiku, dan dia pasti tidak sependapat
denganmu. Lihat senyum terpaksanya sekarang.
Tapi sepertinya Saga memang sedang
ingin pamer pada semua orang. Dia menempel dan memeluk Daniah di sampingnya
sepanjang obrolan basa-basi yang sedikit canggung. Dalam tatapan ibu dan semua
orang. Tidak tahu kenapa dia ingin sekali pamer kemesraan. Pikiran Daniah
bergerilya, tapi tetap saja dia tidak paham. Untuk apa Saga melakukan itu.
“ Saga, paman membawa hadiah
untukmu.” Ibu bangun dan mengambil sebuah figura besar berbungkus kertas dengan
sebuah pita berwarna keemasan. “ Pamanmu memesan khusus untukmu, bukalah.”
Saga terlihat engan.
“ Sepertinya paman sudah
ketinggalan informasi ya, sekarang aku tidak menyukai lukisan lagi, siapapun
pelukisnya.”
Eh, keadaan berubah menjadi sangat
canggung.
“ Sayang.” Daniah menarik ujung
baju Saga. “Apa aku boleh membukanya, paman sudah membawakannya untukmu kan.”
“ Kenapa? Memang kau tahu apa
tentang lukisan.” Menunggu jawaban Daniah. Membuat gadis itu binggung sendiri.
Dia hanya ingin mencairkan suasana kaku yang tiba-tiba tercipta ini. Lukisan,
tentu ini mengingatkan semua orang pada Helen. Pelukis cantik yang pernah
menjadi kekasih Saga. Tapi sekarang bahkan Daniah tidak merasa terganggu dengan
nama itu.
“ Aku tahu kok.” Mendekati lukisan
yang masih dipegang ibu. “ Boleh aku bukakan?”
“ Terserah.” Menjawab acuh.
Daniah menerima lukisan dari ibu
dan membukanya perlahan dan hati-hati. Setelah semua kertas terbuka terlihatlah
lukisan apa di dalamnya.
Tunggu ini apa? ini lukisan apa?
aku tidak mengerti, sekarang aku harus bereaksi seperti apa ini.
“ Baiklah, karena Daniah
menyukainya, aku akan menerimanya. Terimakasih paman.” Melirik Daniah dengan
senyum jahatnya. Paham kalau gadis itu sedang kebingungan untuk bereaksi
seperti apa. Pak Mun menerima lukisan itu dan membawanya keruang kerja Saga.
Setelahnya mereka makan malam.
Suasana kembali sangat canggung. Hanya Daniah dan bibi yang terlibat obrolan
kecil. Selebihnya semuanya terdiam. Menikmati makanan dalam keheningan.
Sesekali Daniah menoleh dan memperhatikan semua orang. Pikirannya kembali
berkeliaran menerka-nerka.
Ada apa dengan mereka?
Tanda tanyanya tidak terjawab
sampai makan malam selesai.
Pak Mun menutup pintu ruang kerja
tanpa bersuara. Setelahnya dia pergi kembali ke dapur. Membereskan semua sisa
jamuan makan malam. Meninggalkan tiga orang yang tampak sangat canggung di
dalam ruangan. Terlebih nona mudanya. Pak Mun bisa melihat bagaimana wajah
panik Daniah tadi Saat Saga menariknya ikut masuk ke dalam ruangan.
Kenapa aku harus ada di sini si. Daniah
berdiri kaku tidak bergerak diposisinya.
Paman Hariawan sudah duduk
berlutut, sementara Saga baru saja menjatuhkan dirinya di sofa. Daniah yang
terkejut hanya bisa berdiri di samping sofa. Dia tidak duduk. Gadis itu melirik
suaminya. jujur dia benar-benar binggung, sebenarnya apa yang terjadi antara
mereka berdua.
“ Paman.” Lirih Daniah bersuara. “
Kenapa paman berlutut?” Dia ingin maju mendekat, tapi ketika melihat Saga yang
tidak bergeming dia mengurungkan langkahnya. Dia memilih diam karena tidak tahu
situasi apa ini.
“ Bangunlah paman! Duduklah di
sofa.” Saga akhirnya bicara setelah beberapa waktu terdiam.
“ Bantu paman sekali ini Saga.”
Ada apa sebenarnya ini. Tuan Saga
mau menunjukan apa padaku, kenapa dia menyeretku kemari. Apa dia mau menunjukan
betapa berkuasanya dia. Aku sudah tahu! Tanpa perlu melihat situasi semacam
ini. Daniah
“ Bangunlah paman, kau membuatku
tampak seperti orang jahat di hadapan istriku. “
Hariawan mendongak dan menatap
Daniah sebentar. Dia terdengar menghela nafas tapi tidak bangun dari duduk.
“ Aku akan berlutut dan memohon
padamu. Sudah setahun aku menjalani hukuman ini, kami semua sudah instropeksi
atas kesalahan kami, biarkan kami kembali ke ibu kota Saga dan menjalankan
usaha di sini. ini sudah satu tahun.” Paman Hariawan mengatakan apa yang sudah
di dengar Saga dari Han siang tadi. Laki-laki itu mendesah. Dia menyandarkan
bahunya di sandaran Sofa. Melirik Daniah yang terlihat seperti sedang berfikir
dengan serius.
Terlihat Daniah yang berusaha
berfikir keras. Walaupun tetap belum menemukan benang merah apapun. Tidak ada
yang bisa ia pikirkan. Kesalahan apa yang pernah dilakukan laki-laki yang sedang berlutut itu.
“ Paman, aku tidak akan merubah
kata-kataku walaupun paman berlutut sekalipun. Han sudah mengatakannya kan.
Lakukan lima puluh proyek di daerah yang tidak melibatkan nyawa manusia. Kalau
paman bisa membuktikan kinerja perusahann paman dengan baik, aku yang akan
membawa paman kembali tanpa perlu paman memohon.”
“ Saga, ini sudah setahun.”
Berusaha bicara dengan suara serendah mungkin.
“ Huh! Apa hanya waktu setahun ini
yang paman pikirkan. Mungkin saat ini makam para korban meninggal itu sudah
mengering. Tapi apa paman tahu, setahun bukan waktu yang sebentar untuk mereka
yang ditinggalkan. Apa paman pernah mendatangani para keluarga korban setelah setahun
lalu paman berlutut, menangis dan memohon pengampunan mereka? Apa paman datang
keperingatan kematian mereka? Airmata keluarga mereka bahkan belum mengering
sampai hari ini.” Kalimat panjang itu menghujam. ” Dan mungkin tidak akan pernah mengering. mereka akan menangis di hari yang sama setiap tahunnya.”
Apa yang kalian bicarakan si?
Daniah berada di dunia yang berbeda.
Terlihat Hariawan mencengkram
tangannya sendiri. Dia bangun dari duduknya di lantai. Lalu berjalan menuju
sofa di hadapan Saga.
“ Maaf.”
“ Jangan minta maaf padaku. Setelah
paman instropeksi dengan benar dan melakukan pekerjaan paman dengan baik. Han
akan mengurus semuanya. Paman bisa kembali ke ibu kota dan bekerja seperti
biasa lagi” Saga mendongak, dan mengulurkan tangannya. “ Niah!”
“ Eh, ia sayang.” Terkejut, kesadarannya langsung kembali. Eh Dia
barusan memanggil namaku kan.
“ Duduk!” Saga menepuk sofa di
sebelahnya.
“ Tidak apa-apa sayang, aku berdiri
saja. Silahkan kalian lanjutkan pembicaraan kalian.” Daniah merasa tidak
nyaman, apalagi ada paman di hadapannya.
Lagian kenapa kau menyerekku kemari
si, memang mau menunjukan apa?
Daniah terperanjak saat melihat
Saga meliriknya dengan kesal karena dia membantah.
“ Baik aku duduk.” Sudah duduk di
samping Saga. “ Terimakasih sayang.”
Daniah duduk tepat di sebelah Saga,
dan berhadapan dengan pandangan Hariawan. Laki-laki itu terlihat sedang
menguraikan kesimpulan di kepalanya tentang apa yang dia lihat. Sejauh apa
keseriusan keponakannya ini pada istrinya. Apa yang diceritakan oleh ibu Saga
tidak dilebih-lebihkan. Dia sedang mengamati situasi.
“ Sayang, apa kau tahu tragedi
jembatan kota XX setahun lalu?” Saga melingkarkan tangannya dipinggang Daniah.
Daniah berusaha keras
mengingat-ingat pristiwa apa itu. Jatuhnya jembatan di kota XX. Terlihat
wajahnya berubah cerah, sepertinya dia sudah tahu apa yang dimaksud Saga.
“ Ia aku tahu.” Mendelikan mata
lebar terkejut. Saat Saga meraih rambutnya dan menciumnya.
Hei apa yang kau lakukan di depan
pamanmu.
“ Musibah itu terjadi karena
kesalahan perusahaan pamanku sebagai pegembang dan perusahaan kontraktor
pembangun jembatan.” Belum melepaskan rambut Daniah dari tangannya.
“ Ah, ia.”
“ Lalu aku mengirimnya ke luar kota
untuk instropeksi atas semua kesalahannya. Dan sekarang, bahkan belum separuh
dia menjalankan hukumannya dia sudah ingin kembali ke kota dan menangani proyek
besar. Bagaimana menurutmu?”
Hah! Kenapa menanyakannya padaku.
Lihat pamanmu sudah memandangmu dengan pandangan seperti itu. Turunkan
tanganmu.
Daniah binggung harus menjawab
seperti apa. Tapi ketika Saga menarik rambutnya karena menunggu jawaban
akhirnya dia menjawab juga.
“ Paman, jatuhnya jembatan di kota
XX termasuk dalam kecelakann besar. Aku memang tidak mengikuti beritanya secara
detail, tapi waktu setahun, tidak akan bisa menyembuhkan luka orang-orang
yang ditingalkan dalam kecelakaan itu dalam waktu sesingkat ini. Buktikanlah
ketulusan paman dalam 50 proyek masyarakat di daerah, kalau paman bisa
melakukannya aku yakin tuan Saga akan mengembalikan apa yang seharusnya menjadi
milik paman.”
Cih, kenapa kata-katamu baik
sekali. Dasar bodoh, kau tidak tahukan tujuan sebenarnya pamanku datang kemari.
“ Aku rasa uang yang ibuku kirimkan
untuk paman setiap bulan, sudah cukup untuk menjamin paman bidup dengan baik.”
Wajah Hariawan mulai terlihat pias. Ternyata keponakannya tahu semuanya.
Hanya ada satu nama yang ia yakini bisa tahu semuanya itu. Sekertaris Han
benar-benar menakutkan. Ya, karena uang itulah dia di sini. Demi membalas
adiknya. Membujuk Saga. Memberikan beberapa daftar nama wanita yang bisa dia
pilih sebagai istrinya. Hariawan sendiri tidak habis pikir kenapa dia harus
melakukannya. Saga terlihat sangat mencintai istrinya. Apapun itu, status
apapun istrinya seharusnya bukan masalah penting. Toh tidak akan ada yang
berani membicarakannya.
“ Maaf aku akan menyuruh ibumu
tidak melakukan lagi.”
“ Aku tidak keberatan ibu mengirim
uang pada paman, toh paman adalah keluargaku. Aku akan selalu menghormati paman
untuk itu.”
“ Saga.”
Sekarang Saga menarik tangan Daniah
agar gadis itu mendekat. Dia melingkarkan tangan di bahu istrinya.
“ Sekarang restuilah kami.”
Begitulah akhirnya, Hariawan sama sekali tidak menyinggung tujuan utamanya datang. Sesungguhnya dia tidak benar-benar memohon, karena tahu kesalahannya sangat fatal. Dan hari ini ia kembali mengingat kejadian naas itu. Dan ucapan keponakannya. hingga akhirnya dia berjanji, besok dia akan mengunjungi keluarga para korban untuk kedua kalinya.
obrolan mereka berlanjut, Daniah hanya duduk mendengarkan. pura-pura paham dan mengangukan kepala. walaupun sejujurnya dia akan jauh lebih senang kalau bisa pergi dari ruangan ini.
bersambung