Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 147 Pertemuan setelah sekian lama
Masalah bulan madu masih ada yang
menganjal dipikiran Han, membuatnya ada di tempat ini sekarang.
Han membawa mobilnya memasuki
sebuah toko buku besar di pusat kota, memarkirkaan kendaraan. Lalu masuk ke dalam
toko buku. Karena bukan akhir pekan pengunjung toko tidak terlalu ramai. Atau
mungkin memang minat baca masyarakat yang berkurang. Ntahlah, lapak penjual
buku online yang menawarkan diskon juga sangat banyak. Mungkin persaingan ketat
juga menjadi salah satu hal yang membuat toko buku ini lumayan sepi.
Han menuju komputer database toko.
Sekali lagi menuliskan kata bulan madu di mesin pencarian. Lalu keluarlah
deretan judul buku yang dia cari. Rak no 12 gumamnya. Dia membaca sekilas
judul-judul itu.
Kenapa aku harus melakukan hal
seperti ini.
Sebagai jomblo abadi, terlebih dia
belum pernah menyiapkan hal seperti ini untuk Saga jadi dia benar-benar dibuat
cukup bingung. Ada banyak sekali destinasi tempat wisata. Tapi dia belum
menemukan tempat yang benar-benar cocok untuk bulan madu bagi tuan muda dan
nonanya. Atau dia sendiri yang mencoba menyusunnya secara sempurna sampai
membuatnya binggung sendiri.
Dia menghentikan langkah kakinya,
mendengar pesan di hpnya. Membukanya. Dari Leela.
“ Apa anda mau memanggil mereka hari
ini?”
“ Bawa mereka sore nanti, setelah
aku mengantar tuan muda kembali.”
“ Baik.”
Leela menawarkan tiga nama. Han
sudah memeriksa semua data tentang mereka, hanya tinggal bertemu secara
langsung. Dia hanya berharap salah satu dari ketiganya benar-benar cukup
mumpuni.
Brug! Saat dia sedang berjalan dan
fokus dengan hpnya, dari arah rak buku muncul seseorang yang juga sepertinya
sedang fokus membaca buku. Membuat mereka saling bertabrakan. Buku yang
dipegang gadis itu berjatuhan di lantai. Sementara hp milik sekertaris Han ikut
jatuh dan tertumpuk di antara buku-buku itu.
“ Maaf tuan saya tidak sengaja.”
Panik, gadis itu segera berjongkok mengambil satu persatu bukunya yang
berserak.
“ Tidak apa, saya juga tidak
melihat anda.”
Sekertaris Han menunduk, mengambil
buku-buku yang berserak. Dia menemukan hpnya. Gadis yang menabraknya juga sudah
mengumpulkan buku ditangannya. Mau meraih buku yang disodorkan laki-laki
yang ia tabrak di depannya.
“ Terimakasih.” Mengulurkan tangan.
“ Huh! Ternyata ini kamu!” Han
meletakan buku yang dia pegang dengan keras ke atas tumpukan buku yang dipegang
gadis itu. Membuat tubuh gadis itu mundur kebelakang terkejut. Dia mulai agak
kesal.
Cih, memang siapa si pikirnya.
Dia mendongakan kepala, mengamati
wajah tinggi berbalut jas resmi dihadapannya.
“ Tuan Han.” Dia refleks mundur dua
langkah. Meletakan buku-buku yang dia pegang di rak. Dia bersyukur tidak
menjatuhkannya karena terkejut. Sekaligus sebagai antisipasi, kalau keadaan
menjadi genting, dia bisa mudah lari kabur. Dia melangkah mundur lagi.
Kenapa orang sepertinya di toko
buku. Ini bukan toko milik Antarna Groupkan?
Dia adalah Arandita, seorang gadis
tidak beruntung yang pernah memiliki sejarah kelam bersama sekertaris Han.
Karena kenekatannya, dia harus di tendang dari tempatnya bekerja. Hingga akhirnya
hidup serabutan menjadi penulis novel online. Saat isi kepalanya buntu dan
kehilangan ide, dia sering memilih keluyuran ke toko buku. Tempat paling aman
yang jarang sekali orang yang mengenalnya dimasa lalu datang. Ini pertama
kalinya dia bertemu dengan orang yang dia kenal. Tapi kenapa harus laki-laki
ini. Harimau mengerikan ini. Begitu ratapnya dalam hati.
“ Apa kabar tuan, senang rasanya
orang seperti saya masih dikenali.”
“ Orang!” Han mendesah. Membuat wajah
gadis itu berubah kesal, tahu apa maksudnya. Ya, aku memang bukan manusia di
hadapanmu, gerutunya, Cuma berani dalam hati dan sambil menundukan mata. “ Kau
masih hidup rupanya” kata-kata sekertaris Han menusuk ulu hati.
Kenapa kata-katanya terdengar sebaiknya
aku mati saja si, aku senang dia mengenaliku. Tapikan seharusnya aku tidak
bertemu dengannya.
“ Haha, tentu saja, karena
kemurahan hati tuanlah saya masih hidup seperti ini. Ya, walaupun harus
menjalani hidup yang cukup berat tapi saya benar-benar berterimakasih karena
sudah diberi kesempatan untuk hidup.”
Cih, kapan terakhir kali aku menjilat
untuk bertahan hidup.
“ Minggir, kau menghalangi
jalanku!” Tidak mengubris apa yang dibicarakan gadis di depannya.
“ Eh, ia maaf. Silahkan mencari
buku-buku tuan. Saya permisi.”
Arandita membaca situasi, dia harus segera menghilang
dari tempat ini. Menyelamatkan diri dari harimau yang dulu pernah
melepaskannya. Dia sudah membungkukan kepala sopan lalu hendak berbalik
mengambil langkah kaki seribu. Menghilang dari bumi kalau perlu.
“ Tunggu!”
Apa! kenapa lagi? Apa salahku
sekarang? Bukannya kau menyuruhku pergi.
Han menjentikan tangannya, meminta
gadis itu mendekat. Dia terlihat binggung, tadi menyuruhnya pergi sekarang
malah memintanya mendekat. Tapi dia malah memilih mematung ditempatnya. Tidak
bergerak, jauh lebih aman pikirnya. Karena dia diam membuat Han yang berjalan
mendekatinya.
Ara terperanjak terkejut. Saat Han
meraih rambutnya yang terurai, dia tadi mengikat rambutnya menjadi dua
seadanya. Dengan karet yang dia temukan dikontrakannya.
Kenapa dia menyentuh rambutku.
Aaaaa, kapan aku terakhir kali keramas!
“ Apa dari dulu rambutmu seperti
ini?”
Apa? kenapa? Rambut bergelombangku
kenapa?
“ Ini rambut asli saya tuan.” Dia ingin
menepis tangan yang menyentuh rambutnya, tapi tidak punya keberanian
melakukannya.
“ Sepertinya dulu tidak seperti
ini.” Masih mengamati rambut yang ada ditangan kirinya.
“ Dulu saya meluruskan rambut saya
supaya terlihat rapi. Tapi karena akhir-akhir ini saya harus menghemat uang
jadi saya tidak mau menghabiskan uang saya untuk meluruskan rambut.” Menjawab selugas
mungkin.
Han menjatuhkan rambut yang dia
pegang, lalu menatap tangannya. Sepertinya dia merasai rambut bergelombang
berminyak belum tersentuh sampo selama beberapa hari. Nona penulis sepertinya
kamu sibuk sekali ya. Dia mengusapkan tangannya di bahu wanita yang masih
terlihat raut binggung itu.
“ Baguslah, dengan rambutmu ini kau
jadi terlihat seperti manusia.”
“ Apa?” binggung. Kenapa rambut
yang selama ini dia anggap jelek ini membuatnya jadi manusia di hadapan
laki-laki ini. Aran penasaran ingin bertanya, sekaligus mencegah mulutnya untuk
terbuka. Jangan cari mati. Begitu nuraninya menyadarkan.
“ Minggir! Kau menghalangi jalan.”
“ Aah, maaf tuan.” Dia mundur
mempersilahkan Han lewat. Menatap punggung laki-laki itu yang menjauh. Terdengar
dia langsung menarik nafas lega.
Dia bilang apa? dia menggangapku
manusia. Kenapa? Karena rambut bergelombangku yang berminyak ini. Aaaaa, kenapa
aku tidak keramas si tadi.
Han sudah ada di rak nomor 12 dia
terlihat serius mengambil beberapa judul buku. Sementara gadis itu sepertinya
mengurungkan niatnya untuk menghilang dan kabur. Dia berdiri dibelakang rak,
membungkukan kepala sambil menatap Han. Melihat buku apa yang dia cari.
Bulan madu. Apa dia sudah menikah?
Hah! Dengan siapa? Sial, aku harus kehilangan pekerjaan gara-gara dia dan
sekarang dia mau menikah.
Tanpa sadar dia mendekat, sambil
masih menendap-endap. Pura-pura membaca, padahal dibalik bukunya dia hanya
sedang memperhatikan setiap gerakan Han. Pikirannya berlarian sampai pada titik
kesalahan fatal yang dia lakukan berhubungan dengan laki-laki itu. Dia yang
begitu beraninya melakukan pengintaian seperti yang dilakukannya sekarang.
Sekertaris Han terlihat sudah
menemukan apa yang dia cari. Ada beberapa buku yang dipegangnya. Lalu dia
berjalan menuju kasir. Naluri keingintahuan yang beberapa tahun ini terpendam
muncul begitu saja. Membuatnya juga berjalan mendekat. Masih membuntuti.
Sudah diarea parkir. Han sudah
masuk kedalam mobilnya. Dia terlihat sudah menghidupkan mobil, tapi tidak
melajukannya keluar dari area parkir. Suara klakson mobil terdengar keras.
Membuat seseorang yang sedang berdiri di balik tiang terlonjak kaget.
“ Sial! Dia tahu aku
membuntutinya.”
Sekali lagi suara klakson
terdengar. Han mengeluarkan tangannya. Lalu mengerakan tangannya memberi
isyarat agar seseorang mendekat.
“ Pura-pura tidak lihat, ayo
kabur.” Pikirnya. Tapi suara klakson lagi. Membuat gadis itu akhirnya mendekat.
Di dalam mobil Han kembali mengerakan tangannya. Membuat gadis itu kembali
mendekat. Sampai tubuhnya menempel dipintu mobil.
“ Sekarang kau bekerja untuk
siapa?” bicara tanpa melihat gadis yang menempel di pintu mobilnya.
“ Tidak tuan anda pasti salah, saya
hanya sedang lewat.” sambil mengerakan tangan mencari-cari pintu keluar, sialnya dia tidak menemukan. kecuali deretan mobil dan juga motor.
“ Kau bawa mobil.”
“ Tidak.” mulai membaca situasi yang mencekam, yang bisa membuatnya terjebak dengan laki-laki mengerikan dihadapannya ini.
“ Motor.”
“ Tidak.”
Habislah aku.
“ Berani sekali kau ya, masih
membuntutiku.” sekilas Han melihat wajah Arandita. yang mulai terlihat panik. tapi walaupun gadis begitu gadis itu tidak gemetar atau takut. ya, Han tahu, wanita di depannya ini memang sedikit berbeda. Kalau tidak, bagaimana bisa dia senekad dan seberani itu, saat berurusan dengannya dulu.
“ Maaf tuan, ini hanya naluri
keingintahuan saya.” akhirnya pasrah mengaku. Dia memang hanya penasaran. Dan rasa ingin tahunya yang kadang membawa petaka.
“ Terlalu banyak mencari tahu bisa
membuatmu mati.” Han bicara dengan sinis.
“ ah, ia maaf tuan. Kalau begitu saya
permisi.”
Aku harus pergi sekarang juga.
“ Tunggu!” Han mengeluarkan hpnya,
menyodorkan kewajah gadis Arandita. Gadis itu mundur kebelakang “ Masukan nomor hpmu.”
“ ahh, saya sangat miskin tuan,
saya tidak punya hp.” mengibaskan tangan sambil tertawa.
Aku bisa mati kalau memberikan
nomorku.
Han mengoyangkan hpnya. “ Kau masih
ingat kenapa aku mengampunimu dulu.”
“ Ia tuan.”
“ Kenapa?” bertanya lagi.
“ Karena saya cuma serangga
penggangu, yang hanya akan mengotori sepatu anda kalau anda menginjak saya.” Jawaban yang cukup menyedihkan, namun dijawab dengan lugas oleh Arandita.
“ Ingatanmu cukup bagus
juga. Tapi karena aku sudah menggangapmu manusia sekarang, kalau kau bertingkah
aku bisa saja menghabisimu.”
“ Apa! kenapa? Apa salah saya.”
“ Masukan nomormu! “ mengoyangkan kembali hp di depan wajah. membuat Aran tidak bisa menolak. dia mengambilnya.
“ Baik.”
Gadis itu menyerahkan hp dengan
kedua tangannya. Setelah selesai memasukan nomor.
“ Kalau sampai kau berani memberiku
nomor yang tidak bisa dihubungi, habis kau. Aku bisa menemukanmu walaupun kau
bersembunyi di lubang semut sekalipun.”
“ Tunggu! sepertinya saya salah
memasukan satu nomor tuan.” Mengambil lagi dengan cepat. lalu ketik-ketik dengan cepat juga. “ saya baru menganti nomor hp beberapa hari lalu, jadi masih agak lupa. Silahkan, saya sudah mencatat
nomor saya dengan benar.” mengembalikan hp lagi.
Bagaimana dia bisa tahu kalau aku menulis nomor yang salah. sial!
“ Pergilah, tunggu aku menelfon.”
“ Baik. Selamat jalan tuan. Semoga
hari anda menyenangkan.”
Han tidak menjawab. Dia sudah
menghidupkan mobil. Dan keluar dari area parkir.
Aaaaa kenapa aku membututinya. Kenapa aku penasaran dengan harimau gila itu. Aaaaaa!
Gadis itu menabrakan tubuhnya ketiang besar penyangga gedung. Membenturkan
kepalaanya pelan. “ Aku pasti sudah gila, kenapa aku memberinya no telfon.”
Sementara itu Han terlihat melirik
kaca spionnya. Terlihat selintas senyum samar di bibirnya.
BERSAMBUNG
Sampai jumpa minggu depan ^_^