Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 159 Bulan madu (Part 3)
Pesawat telah lepas landas tanpa
kendala. Terbang di antara awan-awan putih tipis yang berserak di angkasa.
Sekertaris Han bangun beranjak dari
duduk, Menawarkan sesuatu kalau Saga menginginkan minum atau apapun yang
mungkin dia inginkan. Saga hanya mengibaskan tangan kalau dia tidak membutuhkan
apapun, lalu Han pergi menuju ntah ruangan apa di bagian pintu belakang setelah
kursinya.
“ Niah.” Panggilan lembut Saga
terdengar, lagi-lagi menyentuh hati Daniah di situasi lengang seperti ini.
“ Eh, ia.” Daniah yang sedang
memandang angkasa luas di luar sana menoleh. Melihat Saga menepuk kursinya. Dia
terlihat mengeser tubuh. Memberikan ruang yang cukup lebar untuk Daniah pindah
ke kursinya.
Apa! kau mau apa? mau menyuruhku
menyentuhmu?
“ Pindah kemari.” Katanya kemudian.
Masih menepuk tempat duduknya dengan tangan kanan. Saga ingin sepanjang
perjalanan membosankan ini memeluk Daniah. Waktu akan mudah terbunuh saat kalian
senangkan. Dan hal yang menyenangkan dalam pesawat ini apalagi kalau bukan
menjahili istrinya. Lihat, begitulah Saga menunjukan cinta berlebihnya untuk
Daniah. Jangan berharap dia bersikap romantis manis yang mudah dipahami.
Tidak mau! Menolak tegas. Walaupun
cuma dalam hati.
“ Sayang, kakimu bisa tidak nyaman nanti.” Daniah ingat
bagaimana kaki Saga kram saat dia tidur sambil memakainya sebagai bantal.
“ Kau mau aku mulai menghitung.”
Sudah mau mulai menyebut angka satu.
“ Tidak, aku pindah. Tapi kalau
kakimu pegal tertindih badanku jangan salahkan aku ya.” Daniah sudah bangun
dari kursi dan pindah ke tempat duduk Saga. Tubuh kecil Daniah tentu tidak akan
terlalu berarti walaupun duduk di pangkuan Saga sekalipun. Dia bersandar di
tangan suaminya yang terbuka.
Setelahnya Daniah mencaritahu tujuan mereka kemana,
sementara Saga hanya menjawab. “ Sudah diam, ini akan jadi kejutan .” Daniah
memilih menjatuhkan kepalanya ke dada Saga. Saat semua cara sudah dilakukan dan
tidak berhasil mengorek apapun.
“ Sayang, kita akan pergi ke laut
ya?” Mulai bicara lagi.
“ Tidak tahu.”
“ Bohong! Pasti kamu tahukan?
Pokoknya kemanapun kita nanti, kita jalan-jalan sambil main sampai puas ya.”
“ Tidak mau.” Saga menjawab pendek
lagi.
“ Aaaa, kenapa tidak mau?” Daniah
protes sambil mencubit kedua pipi suaminya.
“ 51 persen kita main diluar dan 49
persen kita habiskan di kamar.”
Apa! Memang ada pengaruhnya selisih
seujung kuku bayi begitu. Hei, siapa yang membuat ide tidak masuk akal ini??
Setelah lelah berdebat tentang
selisih persentase tidak masuk akal Daniah Memilih diam dan memejamkan mata.
Membenamkan wajah ke dalam dada suaminya yang nyaman. Dia kalah walaupun hanya
adu argumen.
Sementara Saga setelah menang adu
argumen dan membuat istrinya diam, Saga beralih bicara pada Han.
“ Han.” Sambil membelai lembut
kepala istrinya. Lalu dia mengulung rambut Daniah di jarinya. Menciumi rambut
itu.
Kenapa rambutnya tercium bau manis
begini ya? Masih menjadi misteri apa yang sebenarnya dicium Saga dari rambut
Daniah. Jelas-jelas mereka memakai sampo yang sama. Tapi dia selalu merasa
aroma rambut Daniah lebih enak daripada sampo yang dia pakai.
“ Ia tuan muda.” Han menjawab dari
tempat duduknya di belakang Saga. Sengaja tidak mendekat. Sedari tadi dia sudah
mendengar pembicaraan Daniah dan Saga. Yang sudah membuatnya menarik nafas
dalam-dalam.
Kenapa mereka terlihat seperti
orang gila kalau sedang berdua begitu. Yang satu dimabuk cinta, yang satu tidak
sadar kalau semua tingkahnya, bahkan caranya bernafas saja dianggap
mengemaskan.
Sementara Daniah menajamkan telinga.
Mendengarkan pembicaraan mereka.
“ Apa kau tidak perlu mengajak
Harun?”
Dokter Harun, kenapa? Daniah
penasaran. Tapi dia tetap tidak menegakan kepala. Pura-pura tidur, hanya
hembusan nafasnya yang terdengar.
“ Dokter Harun tidak bisa ikut
karena sudah ada agenda yang tidak bisa diwakilkan. Saya sudah menghubunginya
beberapa hari lalu.” Han selalu tahu apa yang harus dia lakukan.
“ Cih, kurang ajar sekali dia.”
Saga memaki dokter Harun. Membayangkan senyum kurang ajar dokter muda itu saat
bersyukur karena tidak perlu ikut pergi.
Hei, memang kenapa juga si musti
bawa-bawa dokter Harun, kitakan cuma mau liburan. Aku berharap ini akan jadi
liburan berkedok bulan madu. Bermain, jalan-jalan dan mungkin sedikit belanja
oleh-oleh. Kemana sebenarnya tujuan kita ini ya?
Daniah berperang dengan pikirannya sendiri, menebak-nebak, maunya orang yang tidak bisa diterka,
“ Bagaimana kalau Daniah sampai
terluka nanti.” Tangan Saga menyentuh pipi istrinya. Mencubitnya pelan. Daniah
refleks memukul tangan Saga, karena tahu laki-laki itu hanya menunggu
reaksinya. Benarkan, setelah itu Saga melepaskan tangannya.
“ Ya mengingat sifat nona kadang seperti itu.” Ada
penekanan kata-kata sekertaris Han di dalamnya. “ Saya sudah mendapat
rekomendasi dokter di dalam kota dari dokter Harun. Saya juga sudah
menghubunginya jika ada kejadian yang tidak terduga.”
Haha, jadi kalian pikir aku bocah.
Hei, aku itu gadis mandiri yang setegar karang tahu.
“ Laki-laki atau perempuan?”
Bersama dokter Harun saja sudah menyebalkan, apalagi ini harus berurusan dengan
orang asing. Begitu pikir Saga.
“ Perempuan tuan muda.” Ntah kenapa
Saga merasa lega.
Setelah merasa sedikit tenang tentang
urusan dokter, sekarang dia beralih pada Daniah di sampingnya.
“ Niah.”
“ Iya.” Menggangkat kepalanya. Dan
tidak tahu kenapa Daniah ingin mencium pipi Saga. Dan dia melakukannya. Membuat
Saga terkejut. Ya, laki-laki itu masih terkejut dan merasa senang sekali kalau
Daniah menunjukan perasaan tanpa diminta olehnya.
“ Jaga dirimu nanti. Paham!” Sambil
menghujani pipi Daniah dengan ciuman balasan. “Jangan buat aku cemburu.”
Maksud dari perkataan Saga adalah,
jangan sampai kau melihat orang lain selain aku. Tapi mana Daniah paham itu, dia
hanya asal mengiyakan saja.
“ Han, kau tidak membuat kegiatan
ekstrim untuk agenda di luarkan?” Setelah Daniah berhasil menghentikan hujan
ciuman dengan tangannya, Saga mendongak dan bertanya pada Han.
“ Tidak tuan muda.”
Memang mau seekstrim apa juga, apa
nona mau minta memanjat tebing atau berburu hiu?Han.
Hening, hanya terdengar gumamam
sebelum Saga bicara lagi.
“ Kalau Daniah tiba-tiba hamil
bagaimana ya?” Pertanyaan yang ditujukan untuk Han. Padahal mana tahu
sekertarisnya perihal beginian.
Hei kalian berdua, bukankah aneh
itu cukup sewajarnya. Kalian tahu tidak, aku yang jadi bahan pembicaraan
kalian. Aku, aku disini duduk dengan mata terbuka. Datang bulanku saja belum
normal setelah tragedi pil kb itu, mana mungkin aku bisa tiba-tiba hamil.
“ Benar juga ya, bagaimana kalau
tidak usah ada kegiatan di luar ruangan.” Hanya mengikuti kemauan tuannya saja.
Tidak berfikir panjang. Yang penting Saga senang dan nyaman, motonya dalam
perjalanan hidup selama beberapa tahun ini.
Sudah gila ya kalian.
“ Sayang, hamil itukan butuh
proses, perempuan itu gak bisa tiba-tiba hamil, atau tiba-tiba melahirkan.
Semua butuh waktu.” Haduh, bagaimana menjelaskannya ini. Daniah binggung.
“Akukan baru dari dokter, dan belum ada indikasi hamilkan?
Ayolah sadar, aku saja belum datang
bulan dengan normal dan lancar lagi, seperti saat aku belum minum pil kb.
“ Darimana kamu tahu? Memang kamu
sudah pernah hamil?” Penjelasan Daniah malah membuat Saga gusar. “ Jadi aku
bukan yang pertama buat kamu?”
Ya tuhan, siapa yang akan percaya
kalau pertanyaan itu diucapkan tuan Saga. Kenapa dalam hal beginian dia bodoh
sekali si.
“ Sayang, akukan gak perlu hamil
dulu buat tahu begituan. Itu pengetahuan dasar yang diketahui semua perempuan
di muka bumi ini. Di sekolah dulu kita juga belajat itu kan.” Menepuk-nepuk
dada Saga agar laki-laki itu mereda kekesalannya.
“ Aku tidak pernah belajar begituan
di sekolah.” Menjawab, ntah kenapa ada yang terasa getir dalam kalimatnya.
“ Bohong!” Daniah membalas cepat.
“ Tuan muda tidak sekolah umum
nona, jadi tuan muda memang tidak mendapat pelajaran atau sekolah seperti yang
nona jalani.” Terdengar suara Han dari belakang. Daniah menatap suaminya.
Seperti apa ya kehidupan tuan Saga
waktu muda?
“ Jadi, berapa lama hamil itu?”
Membuyarkan rasa penasaran dan haru yang tiba-tiba berseliweran di kepala
Daniah. Masa muda Saga, bagaimana dia tumbuh. Apa dia dari dulu sudah arogan
seperti ini.
“ Sembilan bulan lebih 10 hari pada
umumnya sayang.” Daniah tersentak saat
mendengar Saga berteriak karena tidak percaya dengan penjelasannya.
“ Hei, kau mau membohongiku. Kenapa
lama sekali!” Kegilaan apa ini, kenapa sampai butuh waktu selama itu, pikir
Saga tidak percaya. “ Han, kau dengar itu? Niah, kamu sedang
mempermainkankukan.” Protes keras. Tidak mungkin hamil butuh selama itu
pikirnya.
“ Tidak sayang, memang begitu. “
Kenapa si suamiku ini.
“ Apa tidak apa-apa kalau kamu
hamil selama itu.” Saga menyentuh perut Daniah. “Apa tidak akan melelahkan.
Membayangkan saja kenapa aku jadi takut ya.”
Ya ampun, laki-laki ini benar-benar
tuan Saga bukan si.
“ Han, cari tahu semua informasi
seputar kehamilan.” Akhirnya karena di gerogoti penasaran keluar perintah tidak
masuk akal.
“ Sayang, buat apa?”
Membayangkan sekertaris Han
berkutat dengan mesin pencarian dan kata kunci kehamilan, Daniah sudah merasa
lucu sekaligus kasihan.
“ Baik tuan muda.”
Hal gila apalagi yang sedang kalian
bahas ini. Kenapa membahas kehamilan sampai merepotkanku begini. Han
Lagi-lagi Han mendapatkan pekerjaan tidak
masuk akal diluar semua tumpukan pekerjaannya di Antarna Group.
“ Benar tidak apa-apa, kalau kamu
harus hamil selama itu?” Lagi-lagi masih dihantui kuatir, Saga memeluk tubuh
Daniah erat.
“ Sayang, memang seperti itu. Hamil
dan memiliki anak juga impian semua wanita. Jangan kuatir, kalau Tuhan
memberiku kesempatan untuk hamil aku akan menjalaninya dengan bahagia.”
Walaupun perjuangan menjadi ibu yang dimulai dari kehamilan bukan urusan yang
gampang. Ada banyak drama baik di fase pertama, kedua atau ketiga. Bahkan
Daniahpun pernah membaca ada ibu hamil yang harus istirahat total dan tidak
melakukan pekerjaan apapun untuk menjaga kehamilannya. Setiap ibu berjuang
dengan caranya sendiri-sendiri dalam proses kehamilan. Tapi, itu memang impian
setiap wanita jika sudah menikah kan.
“ Sayang, hamil itu memang tidak
mudah, tapi wanita yang sudah menikah pasti merindukan itu. Ibu juga
mengalaminya saat melahirkanmu.” Menyentuh pipi Saga. “ Ibu juga berjuang dalam
proses kehamilan dan melahirkanmu.”
Ada yang menyentuh hati Saga saat
mendengarnya. Membayangkan bagaimana ibu dulu berjuang saat mengandungnya.
“ Apa ibu juga melakukannya,
sembilan bulan 10 hari seperti katamu.” Katanya pelan. Membayangkan wajah ibu.
“ Ia sayang. Jadi kalau kamu marah
atau kesal pada ibu, tetap jagalah hubungan kalian. Jangan marah padanya.” Lagi-lagi membelai dada Saga pelan. Daniah tahu, bagaimana sayangnya suaminya pada keluarganya. Ibu dan kedua adiknya adalah sebagian dari nyawa yang dia lindungi dalam perjalanan hidupnya. Daniah mendengar banyak cerita heroisme yang dilebih-lebihkan Jen dan Sofi mengenai kakak mereka.
“ Ia, aku tahu.”
Untuk sejenak hanya hembusan nafas
keduanya yang terdengar. Sama-sama menyelami pikiran dengan wajah ibu mereka
masing-masing. Daniah tengelam dalam kenangan. Sedangkan Saga, mengulang
film-film ketegangan yang beberapa kali terjadi dengan ibunya. Ah, dia menarik
nafas berat.
Belum ada informasi pendaratan, sepertinya penerbangan ini masih akan memakan waktu.
Setelah tercipta kebisuan cukup
lama, Saga menarik tangannya menyentuh leher Daniah.
“ Niah, kau tidak mau menyentuhku.” katanya dengan gelak. Sambil mengoyangkan telinga Daniah.
Apa! Reflek Daniah menutup mulut
Saga dengan tangannya. Supaya laki-laki itu tidak meneruskan kalimatnya. Hemm.
Saga mengoyangkan kepalanya agar Daniah menjatuhkan dekapan tangannnya.
“ Sudah kubilang kau boleh
menyentuhku dimanapun.” Setelah berhasil menghempaskan tangan Daniah dari
mulutnya.
“ Terimakasih sayang, aku terharu sekali. Tapi tidak terimakasih untuk saat ini ya.”
Aku tidak mau menyentuhmu.
Apalagi dibelakang kita ada orang yang bahkan tidak pernah menutup mata dan
telinganya itu.
“ Ayolah. Kenapa malu-malu begitu.
Tidak ingat kelakukan mu tadi pagi mengodaku.”
“ Apa!”
Mereka selalu membuat polusi udara
saat bersama. Apalagi bagi hati yang sendiri.
Sementara itu Han di belakang
mereka hanya berpaling, menatap jendela lalu memejamkan mata.
Kenapa perjalanan ini rasanya lama sekali. Kapan kita
sampainya.
Bersambung