Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 160 Bulan madu (Part 4)
Setelah perjalanan yang cukup
memakan waktu dan banyak drama, akhirnya sampailah mereka di sebuah vila yang ada
di sebuah pulau. Tempat ini harus di jangkau dengan menyebrangi lautan dengan
mengunakan kapal cepat. Hanya sekitar 7 sampai sepuluh menit sepertinya. Sebuah
vila besar sudah akan terlihat saat kaki turun dari kapal di dermaga kecil. Mereka
masuk ke dalam vila, tapi tidak lama sudah keluar lagi karena Daniah sudah
merengek ingin melihat laut dan pemandangan di sekitar vila megah itu.
Tapi saat ini dia hanya mematung
tidak jauh dari bibir pantai yang lengang itu. Deburan ombak berkejaran. Saling
mengejar satu sama lain sampai tak bersisa saat menampar pantai. Tidak ada
pengunjung lain yang berlarian atau menikmati lautan.
Hah! Jangan-jangan tempat ini juga
miliknya. Tunggu, itukan. Pak Mun, dia benar-benar pak Mun, pantas ada yang
aneh dengan penampilannya tadi. Daniah
baru tersadar kejanggalan yang dia pikirkan saat sarapan diwaktu siang tadi.
Hei, jangan-jangan yang selintas
aku lihat di vila benar-benar Maya. Ku
pikir aku hanya salah lihat.
Tapi karena di depan matanya Daniah
benar-benar melihat pak Mun, dia jadi merasa yakin kalau yang dilihatnya tadi
adalah maya dan para pelayan rumah belakang.
“ Sayang, Pak Mun!” Menunjuk pak
Mun yang sedang sibuk memberi instruksi di sebuah tenda besar yang tidak jauh
dari mereka berdiri. “ kamu benar-benar mengajak pak Mun dan para pelayan?”
Apa begini caranya orang kaya
liburan?
“ Hemm.” Saga memeluk pinggang
Daniah dari belakang, lalu menjatuhkan kepala di bahu Daniah. “Kau suka? Bagaimana
lautnya, udaranya juga segar tidak terlalu dingin?” Han memilih lokasi dengan
sangat baik gumam Saga. “Kau suka?” menunjuk hamparan lautan di depannya.
Aku belum bisa menikmati keindahan
tempat ini, aku masih mau membahas pak Mun.
“ Sayang, kalau kamu mengajak pak
Mun, kenapa tidak ajak Sofi dan Jen. Ibu juga, kitakan bisa liburan bersama.”
Membayangkan saja rasanya pasti menyenagkan kalau semua berkumpul. “ Eh,
jangan-jangan mereka sudah sampai duluan ya. Dimana mereka?” Menebak, sambil
mencari-cari kejutan selanjutnya yang mungkin disiapkan Saga secara tidak
terduga.
“ Tidak, mereka tidak ikut.” langsung buyar semua hayalan tentang kejutan di kepala Daniah.
“ Kenapa, pak Mun saja diajak.”
Lagi-lagi menunjuk pak Mun dengan rasa tidak percaya.
“ Pak Mun yang akan mengatur
makanan untukmu, tentu saja dia di ajak.” Saga menarik ujung rambut Daniah.
Menciumnya. “Kau lupa kitakan sedang bulan madu sekarang, kalau Jen dan Sofi di
sini pasti hanya menggangu. Mereka pasti akan mendominasimu sepanjang hari.”
Membayangkan Saja sudah kesal, apalagi kalau sampai kedua adiknya benar-benar
ada di sini.
Apa-apaan alasan tidak masuk akal
itu.
Saga menarik tangan Daniah agar
duduk di sebuah kursi kayu panjang yang sudah ada bantalan busa empuknya.
“ Ini bulan madu kita, kalau sampai
kau malah asik bermain sendiri, habis kau nanti.” Sudah bicara sambil
menempelkan tubuh masih berbisik juga di telinga Daniah.
Aaaaa, kenapa tahu yang kupikirkan
si. Akukan ingin bersenang-senang sepuasku di laut nanti. Dan pasti akan jauh lebih menyenagkan kalau
ada teman perempuan juga.
Daniah akhirnya mulai beralih
memandang lautan, dia berdiri Saga segera menyusul di sampingnya. Memeluk
pinggang istrinya.
“ Sayang ini dimana?”
“ Kota XX.”
“ Benarkah, ini pertama kalinya aku
kesini.” Masih merasa tidak percaya. Ini adalah tempat wisata populer kedua di negara ini. Kalau menyebut tentang pantai, laut dan keindahan yang selalu beriringan dengan kedua tempat itu. Tempat yang mungkin tak pernah masuk dalam rencana liburan Daniah. Karena besarnya biaya perjalanan yang harus dikeluarkan.
Banyak hal luar biasa yang hanya
bisa di dapat Daniah setelah dia menikah dengan Saga. Sesuatu yang selama ini
tidak terbayangkan dalam hidupnya. Karena rencana dalam hidupnya hanyalah
sederhana, hidup mandiri dengan penghasilan jualan online. Tidak
tergantung pada keluarga dalam hal
finansial. Hanya sesederhana itu impian Daniah. Mengumpulkan uang dan sesekali
menikmatinya berlibur. Tapi bukan liburan semacam ini.
“ Sayang, siapa itu?”
Mereka sudah duduk bersandar karena
Saga mulai malas terpapar sinar matahari. Dia memilih duduk sambil bersandar
dibantalan yang nyaman. Sementara Daniah bersandar ditubuhnya, dengan kaki
menyentuh pasir putih bersih.
“ Hemm.” Menjawab tidak antusias.
“ Itu, perempuan yang berjalan di
samping sekertaris Han. Mereka sudah duduk disana?” Daniah menunjuk dua
pasangan itu. Karena tahu dia menunjuk mereka, Han dan wanita di sampingnya
mengangukan kepala mereka bersamaan.
Ya ampun, mereka terlihat serasi
sekali.
Saga menegakan kepala untuk melihat
apa yang dibicarakan Daniah. Dia melihat Han dan wanita yang akan mengantikan
leela nanti.
“ Tidak tahu.” Menjawab singkat,
lalu menyandarkan kepala lagi. Tepatnya sama sekali tidak perduli.
“ Sayang, kamu pernah bertemu
dengannya.” Bertanya lagi. Penasaran gitu, sekertaris Han bersama dengan
seorang wanita. Bukankah itu termasuk kejadian langka.
“ Tidak.”
“ Jangan-jangan dia pacar
sekertaris Han ya?” antusias.
“ Mungkin.”
“ Aaaa, yang benar.”
Saga menarik rambut Daniah sampai
gadis itu menjerit kaget.
“ Sudah kubilang jaga dirimukan
tadi. Jangan membuatku cemburu.”
“ Akukan tidak melakukan apapun.” dengan wajah polosnya menjawab.
Daniah melihat sosok gadis di
sebelah Han terlihat benar-benar keren. Rambut ikal bergelombangnya di ikat
kea tas, seperti yang biasa dia lakukan saat di ruko. Tapi dia tetap terlihat rapi. Setelan pakaian yang dia
kenakan juga style yang dia pakai kalau dia sedang tidak bersama Saga.
“ Sayang, rambutnya mirip denganku.
Tapi dia terlihat keren dengan gaya begitu.” mengoyangkan tubuh Saga supaya antusias dan tertarik dengan apa yang sedang dibicarakannya.
“ Siapa?”
“ Gadis itu, yang di samping
sekertaris Han, rambutnya sama sepertiku.”
Saga menegakan kepala lagi dan
memperhatikan, dia tidak menyadari kalau Daniah tidak mengatakannya. Lalu menarik
rambut Daniah dan mencium ujungnya.
“ Rambut jelekmu ini satu-satunya
yang paling cantik.”
Apa-apaan si maksudnya, sudah
bilang rambut jelek tapi bilang yang paling cantik.
“ Tapi hampir samakan? Lihatlah.”
Daniah meraih ujung rambutnya dan menunjukan di depan mata Saga lalu menunjuk
rambut gadis itu.
“ Tidak mirip sama sekali.” Tidak
perduli. Karena diapun sama sekali tidak menyadari.
Jangan-jangan itu memang pacar
sekertaris Han, wah menarik sekali. Membayangkan saja sudah membuatku antusias.
Si keras kepala dan hanya perduli pada tuan Saga sudah menemukan tambatan
hatinya. Daniah merinding dengan pilhan katanya sendiri.
Di sana, dua orang yang sedang dipandang Daniah dengan penuh takjub. Juga sedang memandang pasangan suami istri itu dengan antusias. Jauh melebihi kadar ketertarikan Daniah.
“ Tuan Han, apa itu nona.” Aran menunjuk Daniah. Yang masih menempel dalam pelukan suaminya tuan Saga.
“ Ia.”
Aaaaa, manis sekali si mereka. Ya
ampun, aku benar-benar ingin mengabadikan momen bersejarah ini. Tuan Saga,
siapa sebenarnya yang membentuk imejmu diluar sana. Mengelikan, kalau aku
bicara tentang apa yang aku lihat hari ini dunia tidak akan pernah percaya. Kamera, kamera, aku ingin mengambil foto.
Aran menjejakan kakinya merasa tidak berdaya. Saat bekerja hp pribadinya saja harus dimatikan dan disimpan. Disaku celananya ada hp baru khusus diberikan pak Mun setelah dia sampai di rumah besar. Beserta setumpuk peraturan yang harus dia hafal dan pelajari mengenai aturan tinggal di rumah belakang. Semakin frustasi karena banyak yang harus dia bayar dengan hidupnya, untuk gaji tiga kali lipat.
Cih, di dunia ini memang tidak ada yang gratis.
“ Nona Daniah manis sekali ya. Eh,
rambutnya sepertiku. Apa karena itu tuan suka pada rambutku.” Aran terkejut
sendiri dengan pertanyaannya. Bagimana dia bisa mengambil kesimpulan bodoh
begitu.
“ Beraninya kau membandingkan
dirimu dengan nona.”
Wajah Aran langsung berubah. Malu.
Dia langsung berpaling lagi melihat kedua pasangan yang tidak jauh darinya. Tidak mau membalas perkataan Han atau menatapnya.
Aaaaaaa, apa si yang mereka
lakukan. Kenapa tuan Saga mengesekan hidungnya ke pipi nona berulang. Sambil
tertawa lagi. Dan lihat reaksi nona Daniah. Mereka mengemaskan sekali. Mirip
sekali dengan karakter novelku kalau sedang dimabuk cinta.
Aran lupa siapa dirinya, melihat
adegan yang selama ini hanya ia tulis dalam cerita novelnya benar-benar ia
lihat di dunia nyata. Membuat semua imajinasinya berlarian sampai titik paling
liar dan tidak masuk akal.
“ mereka lucu sekali si.” Tanpa
sadar memukul-mukul bahu seseorang di sampingnya. Sementara matanya tidak rela
kalau harus melepaskan satu adegan saja yang dia lihat di depannya.
“ Kau mau mati!” Han menatap tajam
tangan yang menempel di bahunya. Sementara Aran langsung berteriak terkejut lalu
refleks menyeret tubuhnya mundur ke belakang.
“ Maaf tuan, saya terbawa suasana.
Maaf!” Menepuk bahun Han lagi berulang, seperti mengibaskan kotoran karena
tangannya sudah menempel di sana. Tapi Han malah menepisnya.
“ Minggir, geser dudukmu. Setelah tidak
jadi serangga, kau jadi ulat bulu sekarang. Suka menempel sembarangan.” Menghardik tajam. Dia mengibaskan tangannya lagi. menyuruh Aran mundur lagi.
“ Melihat nona dan tuan Saga
mengemaskan sekali. Jadi saya tisak bisa menahan diri.” Aran mengeser duduknya
beberapa jengkal. Dia juga takut tangannya akan refleks memukul bahu Han lagi. “ Tuan.”
“ Hemm.” Masih menjawab walaupun jengah.
“ Apa tuan benar-benar baik-baik
saja. Melihat pemandangan seperti ini setiap hari.” Menunjuk pasangan yang tidak jauh dari mereka. Aran saja mengigit bibir karena gemas dan iri yang muncul bersamaan.
Huh! Han mendesah. Simpulkan sendiri,
mengelikan kalau aku menjawabnya.
” Besok, aku dan tuan muda akan menghadiri acara. Karena ada banyak media yang meliput, tuan muda tidak mau mengajak nona. Besok tugas pertamamu menjaga nona.”
Ntah kenapa wajah Aran menjadi pucat. melihat secinta apa tuan Saga pada Daniah membuat nyalinya semakin menciut. Dia takut membuat kesalahan.
” Apa yang harus saya lakukan tuan?” Berharap Han menjelaskan secara detail.
” Pastikan nona tidak melakukan apapun yang tidak disukai tuan muda.”
Hah! penjelasan apa itu. Memang aku tahu apa yang benar-benar tidak disuka tuan Saga.
Saat Aran ingin bertanya Han sudah bangun dari duduk, dia mengangukan kepalanya. Aran mengikuti pandangan sekertaris Han. ternyata tuan Saga memanggilnya. sementara Han berlari mendekati tuan Saga dan nona Daniah. Aran tengelam dengan pikirannya sendiri.
Tunggu, nanti tidak mungkin muncul laki-laki mantannya nona Daniahkan, saat aku bersamanya. Aaaaa, dan itu membuat tuan Saga murka. Murkanya tuan Saga sudah pasti akan jadi kemarahan siapa? Aran merinding membayangkan.
Hei, inikan bukan novel Aran. Haha, Kenapa pikiranmu sudah kemana-mana.
Tapi tetap saja Aran gelisah, memikirkan semua adegan klise yang sering muncul di novel-novelnya.
bersambung
Sampai jumpa minggu depan di update selanjutnya ^_^