Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 167 Bulan Madu (Part 6)
Setelah melalui beberapa drama,
Daniah berhasil meyakinkan Saga bahwa dia akan baik-baik saja. Dalam hati gadis
itu berteriak, aku baik-baik saja tuan Saga. Pergilah dengan tenang dan
kembalilah tanpa keributan. Satu ciuman panjang atas inisiatifnya berhasil
meyakinkan Saga. Laki-laki itu yang berharap istrinya merengek minta ikut
sepertinya sedikit terobati kecewanya. Tapi sepanjang masuk ke dalam mobil ada
banyak sekali rentetan tuntutan yang ia lontarkan. Daniah sambil melingkarkan
tangan di pinggang suaminya hanya menjawab iya sayang, ia sayang. Sambil
otaknya mengingat-ingat semua yang di sebutkan Saga. Aturan tidak tertulis
selama berpisah dengannya. Aturan akan batal saat mereka bertemu lagi nanti.
Cih, sudah seperti mau pergi
ke bulan saja lamanya. Banyak sekali yang harus kuingat.
Lambaian tangannya melepas
kepergian Saga mengalahkan cerahnya mentari pagi yang sedang mulai memanaskan
bumi.
Aku bebas!
Setelah kepergian Saga mereka
kembali ke vila dan bersiap-siap. Daniah mengikat rambutnya tinggi. Tapi dia
masih memakai pakaian yang tadi dia pakai. Tidak mungkin menganti style karena
jelas pakaian yang ada di kopernya adalah hasil instruksi pak Mun.
Turun dari tangga dia bertemu
dengan pak Mun yang membawakan beberapa vitamin yang harus dia minum,
berdasarkan resep dokter yang sudah dia temui beberapa waktu lalu. Tanpa protes
ditelannya semua pil yang diberikan.
“ Terimakasih pak. Saya permisi ya
mau keluar.”
“ Baik nona. Jangan terlalu
memaksakan diri. Istirahat kalau nona merasa lelah.”
Katakan itu pada tuan Saga pak Mun!
Ingin Daniah berkata begitu. Tapi dia hanya tersenyum dan mengangukan
kepalanya, lalu pamit pergi.
Saat ini, Daniah dan Aran sudah
berada di dalam mobil. Saling menyesuaikan diri satu sama lain untuk tidak
merasa canggung. Aran, karena memang terbiasa berinteraksi dengan banyak orang
sebelum masa pengasingannya, dia terlihat mudah menyesuaikan diri. Karena dia
merasa nona muda di hadapannya ini luar biasa baiknya, dibanding dengan para
wanita kaya yang pernah berinteraksi dengannya selama ini. Sementara Daniah
terlihat melirik Aran beberapa kali. Mengamati wajah dan situasi. Mencoba
mengali karakter Aran. Pengawal baru yang di bawa langsung sekertaris Han. Sepertinya
ketika menyapa tadi, dia tidak sekaku Leela. Sedikit kesimpulan yang diambil
Daniah.
Karena jalanan yang lenggang, udara
yang segar, dan angin yang sejuk membuat mereka memutuskan membuka sedikit
jendela mobil. Membiarkan udara masuk dan membuat mereka merasakan kesegaran
alami yang sudah jarang mereka nikmati di ibu kota. Udara sudah termakan
banyaknya polusi. Membuat keadaan seperti sekarang selalu menjadi dambaan
ketika berada di luar kota.
“ Tadinya aku pikir kalian sedang
berkencan. Kamu dan sekertaris Han.” Kata-kata Daniah memecah keheningan.
Ketika dia sudah mendapatkan analisis karakter Aran berdasarkan perenungan
mendalamnya.
Sepertinya gadis ini menyenangkan,
pikir Daniah.
“ Haha.” Aran langsung tergelak dan
tidak bisa menahan tawanya. Dia dan sekertaris Han terlibat hubungan romantis.
Sepertinya nona Daniah jauh lebih berhausinasi dibandingkan dirinya yang nyambi
menjadi penulis. Hubungan mereka berlandaskan hutang masa lalu. Hanya itu, tidak
lebih dan kurang. “Nona, itu mustahil terjadi. Kalau saya masih mungkin tergoda
dengan wajah dingin dan tampannya tuan
Han. Tapi kalau dia, memandang saya manusia juga baru-baru ini.”
Aku itu cuma serangga di depannya.
“ Kenapa?” Benar juga, ini sedari
kemarin mengerogoti pikiran Daniah. Penasaran, hubungan seperti apa yang terjalin antara dia dan Han. Saat semalam dia
menanyakannya pada Saga. Laki-laki itu hanya menjawab tidak tahu, mana kutahu,
tidak perduli dan tidak mau tahu. Cih, apa si yang bisa membuatnya perduli pada
orang lain. “ Oh ya, sebelum seperti
sekarang Aran dari bagian apa di Antarna Group. Apa kau melakukan kesalahan
sampai harus mengantikan leela?”
Leela, siapa dia? Aran mencari-cari
dalam daftar nama orang-orang penting Antarna yang dia ketahui. Nihil. Dia
memang tidak tau apa-apa mengenai Antarna kecuali sesuatu yang di realese ke
media.
“ Saya tidak be……” HP di tas
Daniah terdengar bergetar dan berbunyi nyaring. Mengejutkan keduanya. Aran
langsung diam dan tidak melanjutkan kalimatnya. Dia belum meluruskan
kesalahpahaman nona di depannya.
“ Maaf. Sebentar ya. Kaget ya, haha, aku juga
kaget.“ Daniah mengambil hpnya. Sudah
mengeryit saat melihat layar hp siapa yang memanggil. “ Tuan Saga, aku angkat
sebentar ya?”
“ Ia nona.”
Nona tidak perlu minta izin
melakukan apapun pada saya.
Aran hanya bisa berdecak, sambil
mengelengkan kepala tidak percaya. Belum juga 30 menit sejak drama perpisahan mereka yang dia tonton secara live
tadi. Tuan Saga sudah menelfon lagi.
Masih ada tidak ya, stok laki-laki
seperti tuan Saga di muka bumi ini. Aku
mau Tuhan, sisakan satu untukku. Diposesifin suami sendiri. Aaaaaa,
membayangkan saja sudah mengemaskan. Jatuh cinta tiap hari sama suami sendiri.
Nona, apa si yang nona lakukan di masa muda nona sampai mendapat suami seperti
tuan Saga.
Sambil pikiran dan hatinya membaca
doa kepada Tuhan, Aran menajamkan telinga berusaha mencuri percakapan. Walaupun
suara Saga tidak terdengar sedikitpun.
Fix aku mau buat novel tentang
mereka, biar saja cuma aku yang bisa membaca, Tuan Han tidak akan memeriksa isi
kepala dan laptopkukan.
“ Hallo sayang.” Diam mendengarkan
dengan khidmat. “ Ia sayang.” Diam lagi. “ Ia sayang, masih di mobil, kita cuma
mau ke pusat belanja oleh-oleh lalu kembali. Aku sudah akan kembali sebelum
kamu pulang.” Mendengarkan lama, dengan wajah yang berekspresi berubah-ubah.
Tapi mulut manyun Daniah muncul beberapa kali. “ Ia sayang.” Terdengar pasrah
sekali wajahnya. “Aku tutup ya, sampai nanti.”
Helaan lega yang tergambar jelas
dari caranya menarik nafas.
Ia, ia aku tahu. Tidak melihat
laki-laki lain. Tidak tersenyum sembarangan. Hei tuan muda, percayalah istrimu
ini gak cantik-cantik amat. Jadi jangan kuatir yang berlebihan. Yang melihatku
sepanjang waktu itu hanya kamu saja.
“ Senangnya melihat nona dan tuan
Saga.” Tidak mendengar apapun yang di ucapkan Saga. Tapi menyimpulkan kalau
baru saja terjadi adegan romantis. “ Hubungan nona dan tuan Saga membuat iri
semua orang.”
Haha, Aran kalau kau melihat
beberapa bulan lalu seperti apa hubungan kami. Jangan mengingatnya Daniah,
biarkan itu jadi debu yang terbang ke langit tinggi. Segera hatinya mengingatkan dengan tegas.
“ Aran, bisa tidak, jangan panggil aku seformal itu?”
Daniah merasa kalau karakter Aran
berbeda dengan Leela, walaupun dia belum mengorek latar belakang Aran
sekalipun. Dia bisa melihat gadis ini jauh lebih fleksibel dan bisa diajak
kerja sama. Semoga.
“ Maafkan saya nona, tapi..”
Cari mati kalau sampai dia
melakukan itu. Jelas-jelas di email yang ia baca semalam untuk menjaga jarak
dan sikap. Dan hanya bersikap formal di hadapan Daniah.
“ Kalau kita sedang berdua, panggil
saja aku senyamanmu. Niah, biasanya keluargaku memanggilku begitu.” Memotong
langsung, tahu apa yang akan dia sebutkan. Perintah sekertris Han.
“ Tapi nona.”
“ Ayo coba panggil.” Kebiasaan
menyenangkan, tidak mau mendengarkan omongan orang lain. “ Panggil saja Niah.
Aku juga memanggilmu namakan.”
Tentu saja, sayakan cuma pelayan
anda. Terserah nona mau memanggil saya apa.
“ Kak Niah.” Akhirnya terucap juga,
setelah beberapa kali Daniah memaksa. Aran memilih panggilan paling aman. Walaupun
tidak tahu ada perbedaan usia atau tidak diantara mereka. Yang penting
terdengar jauh lebih sopan daripada hanya memanggil nama.
“ Ahhh, ia begitu. Panggil aku Kak
Niah saja ya. Ayo kita anggap kita sedang pergi bermain berdua. Dua teman yang
sedang liburan.
Pasti menyenagkan sekali. Selain
bersama karyawan tokonya, Daniah memang jarang sekali pergi bersama
teman-temanya.
Sampailah mereka di tujuan. Area
perbelanjaan dan pusat oleh-oleh. Bukan dipusat kota, ini adalah tempat paling
dekat dengan vila. Sebuah tempat yang dibangun oleh pemerintah daerah untuk
menfasilitasi usaha kecil masyarakat dalam memasyarakatkan produk mereka.
Deretan toko moderen berjajar dengan rapi beserta informasi toko, apa saja yang
dijual di dalamnya. Ramai sekali. Kota XX memang masuk jajaran top five kota
wisata di negara ini. Popularitasnya bahkan sudah menjangkau manca negara.
Turis asing berseliweran, berjalan kaki dengan santai. Keluar masuk toko sambil
menenteng kantong belanjaan di tangan mereka. Atau banyak juga yang sedang
berkumpul sambil menikmati kopi atau makanan citarasa lokal, di kedai kecil
atau kafe-kafe yang juga tertata dengan apik dan bersih.
“ Aran, ayo kita belanja!”
Berteriak kecil sambil keluar dari area parkir. “ Aku mau beli oleh-oleh buat
semua. Raksa, orang tuaku. Ya Risya juga akan kebagian. Para pelayan dirumah
orang tuaku.” Daniah terdengar menyebut beberapa nama. “ Jen, Sofi, ibu juga
harus dapat. Lalu, Tika dan anak-anak kesayanganku yang sudah bekerja keras di
toko.”
Lho, siapa mereka?
Aran hanya bisa menduga-duga sambil
mengikuti langkah kaki Daniah di sampingnya. Kalimat anak-anak kesayangan
menjadi titik poin rasa penasarannya.
Sebenarnya siapa si nona Daniah
ini?
bersambung