Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 171 Masa SMU (Part 2)
Wajah Daniah menjadi pias. Seperti manusia
yang sedang kekurangan darah. Sedih bercampur kesal juga ada. Namun semuanya
jauh lebih di dominasi perasaan bersalah. Dia duduk di sofa ruang tamu keluarga
Ve. Mencengkram lututnya sendiri. Bahkan tangannya sudah gemetar. Dia sudah
menitikan air mata di sudut kelopaknya. Merasa tidak berdaya sama sekali. Secepak
kilat dia seka ujung matanya, agar kristal bening itu tidak sampai jatuh
mengenai kakinya. Dia tau kesalahannya, dan kalau sampai orangtua Ve melihatnya
menangis itu akan membuat mereka semakin kesal. Karena seperti itu kalau ibu
tirinya sedang marah. Saat dia menangis wanita itu semakin mengila amarahnya.
Aku salah. Aku salah. Aku salah.
Hanya itu yang berdengung di
hatinya. Berulang-ulang muncul di kepalanya. Membuatnya tidak boleh menyangkal
sedikitpun. Dia bersalah dan dia harus minta maaf, begitulah seharusnya. Tidak
perlu membela, hanya minta maaf atas semua salahmu.
“ Ayah, ini bukan salah Niah. Ibu
tolong mengertilah, Niah sama sekali tidak bersalah.” Ve berusaha menenangkan
orangtuanya. Daniah tidak bersalah dalam situasinya, dia tahu itu. Gadis itu
sudah melakukan apa yang dia bisa. Untuk membela teman-temannya.
“ Diam! Bagaimana dia bisa tidak
bersalah, gara-gara dia kamu sampai seperti ini.” Ayah Ve menunjuk beberapa
luka memar di tubuh putrinya. Ve segera menutupi dengan tangannya. Walaupun itu
sia-sia. Dia memang sedikit terluka, tapi ini juga bukan sepenuhnya salah
Daniah.
“ Maafkan saya bibi, maafkan saya
paman. Ini semua salah saya.” Masih dengan suara bergetar dan rasa bersalah
Daniah mengulang permintamaafannya beberapa kali. Ve benar-benar ingin memeluk
Daniah sekarang. Tapi tangan ibunya mencengkram lengannya. Mencegahnya bergerak
dari tempat duduk.
Niah maaf. Suara Ve lirih
terdengar.
“ Baguslah kamu tahu dan menyadari
kalau kamu bersalah. Memang apa masalahnya kalau laki-laki itu suka padamu.
Pergi saja jalan dengannya sekali atau dua kali. Kenapa kau jual mahal begitu
sampai membuat putri kami terluka.” Ibu Ve ikut bicara. Memberi vonisnya. Karena orangtua Ve pun tahu siapa Haksan dan keluarganya. Jadi mereka memilih melimpahkan kesalahan pada Daniah. Yang berdiri tanpa pembela di belakangnya.
“ Maaf.” Hanya bisa mengatakan
sepatah kata itu sambil tertunduk.
“ Jangan berteman dengan putri kami
lagi. Selama ini kami sudah memperlakukanmu dengan baik, ternyata kamu membawa
dampak tidak baik bagi putri kami.”
“ Ayah!” Ve bereaksi keras, karena
kata-kata itu benar-benar terlihat menyakiti Daniah. Ve melihat sahabatnya itu
mencengkram jemarinya kuat.
“ Diam! Jangan berteman lagi
dengannya, atau ayah bisa saja memindahkan sekolahmu.”
“ Ayah, ini bukan salah Niah.”
Di tempat duduknya Daniah
mengelengkan kepalanya. Memberi isyarat agar Ve jangan membantah atau melawan
lagi perkataan orangtuanya. Dia yang salah. Dia mengakui dia yang salah. Dan
semua ini salahnya. Ve terluka karena dia adalah teman baiknya. Kak Haksan
melakukan ini untuk menyakiti dirinya. Haksan tahu sekali kelemahan Daniah,
melukai Daniah bukanlah dengan melukai tubuhnya. Tapi menghancurkan orang-orang
yang ada di sekitarnya. Itu yang akan membuat Daniah berlutut dan mengemis
untuk menjadi kekasihnya.
Dan itu memang rencana Haksan, dan
sepertinya mulai membuahkan hasil.
Di SMU ini terjadi lagi pristiwa
besar yang akan terus melekat dalam pikiran Daniah. Dia menyimpan kisah ini di
hatinya. Sebagai pelajaran. Suatu hari nanti dia tidak akan pernah melakukan kesalahan yang
sama untuk kedua kalinya.
Jangan pernah membuat orang lain
terluka karena dirimu Daniah. Jangan membuat orang lain tersakiti karenamu.
Berkorbanlah sedikit saja. Kau tidak akan mati dengan memberikan dirimu dan
membiarkan kau menanggung beban itu sendirian. Kalau saja ia mau diajak
berkencan oleh kak Haksan. Ve tidak mungkin terluka, gadis itu tidak akan
tergores sedikitpun. Dan kak Haksan tidak akan pernah menyentuhnya. Andai saja
dia mengalah dan memilih menerima ajakan kak Haksan semua akan baik-baik saja.
Orang tua Ve tidak akan berubah
sikap padanya. Ve akan tetap menjadi teman baiknya. Semua berjalan dengan baik.
Tapi karena dia menolak. Karena keangkuhannya semua hancur. Kepingan
persahabatan yang sedikit-sedikit ia sulam bersama Ve sudah hancur dan rusak
dan tidak mungkin kembali seperti semula. Ancaman orang tua Ve, untuk
memindahkan putrinya ke sekolah lain membuatnya harus menghindari Ve. Bahkan
dalam batas waktu yang tidak di tentukan.
Gadis penurut yang akan rela
mengorbankan dirinya untuk orang lain telah lahir ke dunia.
Walaupun harus mengalah dan
mengikuti kemauan gila laki-laki di depannya, tapi Daniah cukup cerdik untuk
membuat aturan yang bisa melindungi dirinya.
“ Tidak melakukan kontak fisik.”
Daniah menatap Haksan yang duduk sambil menghabiskan segelas lemon teanya.
Laki-laki itu tertawa mendengar syarat pertama yang diucapkan Daniah.
“ Berat sekali saratmu. Apa aku
tidak boleh mengengam tanganmu juga.” Masih belum hilang tawa dari bibirnya.
“ Tidak.”
“ Haha. Lantas apa bedanya dengan
kemarin-kemarin kalau aku bahkan tidak boleh menyentuh tanganmu.”
Daniah membenci tawa itu. Senyum
yang susah di tebak artinya. Cinta, suka, dia tahu tidak ada hal seperti itu
dalam kamus hidup laki-laki yang ada di hadapannya ini. Hanya bangga memiliki
sesuatu yang sulit dia dapatkan. Hanya itu saja arti dirinya tidak lebih. Hingga
dia tidak merasa sedikitpun bangga ataupun senang ketika Haksan mengumumkan
kepemiliaknya atas dirinya.
“ Satu lagi.”
“ Wahh, banyak sekali maumu.” Gelas
di depannya sudah kosong. “Baiklah, karena kamu aku akan mengabulkan satu lagi
syaratmu. Katakan saja.””
“ Jangan sentuh teman-temanku.
Jangan menyakiti mereka.”
“ Haha, Niah aku tidak pernah
menyentuh teman-temanmu.” Seperti menggangap syarat kedua sama sekali tidak
penting.
“ Benarkah? Lalu bagaimana kau bisa
menjelaskan tentang Ve.”
“ Ve. Siapa dia.”
“ Huh! Apa kak Haksan tidak mau mengakui
kalau sudah memukulnya.” Intonasi suara Daniah meninggi. Tangan di atas meja
juga sudah terkepal geram.
“ Aaa, gadis itu. Aku ingat
sekarang, dia jatuh saat menabrakku kemarin. Itu bukan salahkukan, dia jatuh
sendiri kok.” Menggangakt kedua bahunya, merasa tidak bersalah sama sekali.
Daniah benar-benar marah mendengar
apa yang di katakan Haksan. Selain seenaknya, dia sama sekali tidak punya rasa
tanggung jawab.
“ Sudahlah, jangan diungkit lagi
masa lalu. Yang penting kita sudah resmi pacaran sekarangkan.”
Masa lalu kepalamu..
“ Ayo pergi kencan, aku akan
menjemputmu di rumahmu akhir pekan nanti.””
Tidak mau. Inginnya bisa menjawab seperti itu. Tapi kilas
balik kejadian Ve membuatnya mengangukan sedikit kepalanya.
” Kenapa memilihku? bukankah banyak siswi di sekolah ini yang rela untuk melakukan apapun demi bisa dekat dengan kak Haksan?”
” Menurutmu kenapa?” Dia malah balik bertanya dengan tersenyum. Daniah bisa menebak jawaban seperti apa alasan yang sebenarnya.
” Yang pasti bukan karena kak Haksan menyukaikukan.”
” Hahaha.” Laki-laki itu tertawa keras. senyum liciknya itu muncul. ” Kau mau tau alasan yang sebenarnya?”
” Tidak, tanpa kak Haksan bicara juga aku sudah tahu.” Daniah bangun dan mendorong kursinya. “Tapi aku juga tidak melakukannya karena aku menyukai kak Haksan. aku juga melakukannya untuk teman-temanku.”
Haksan tertawa keras melepaskan kepergian Daniah. Tawanya berhenti, tapi tatapannya masih melekat di punggung gadis itu.
Kau lumayan manis juga ternyata.
Akhir pekan yang dijanjikan datang.
Kencan pertama Dirinya dan Haksan.
Apa yang dilakukan beradalan gila
itu, dia benar-benar datang kerumahmu. Memamerkan nama keluarganya lagi.
Ibu tiri daniah yang awalnya gusar
ketika mengenali siapa laki-laki yang membawa buket bunga dan sekeranjang buah
itu langsung merubah setelan wajahnya.
“ Tante sampai tidak mengenalimu.
Padahal kalian terlihat mirip ya. Tante beberapa kali bertemu dengan ibumu
di acara sekolah.”
Di tangga Daniah melihat adegan itu
seperti mau lari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi makanannya..
Apa yang dipikirkan ibu sebenarnya.
“ Silahkan diminum dulu nak Haksan,
tante mau bicara sebentar dengan Niah sebentar.” Wanita itu bangun dari duduknya.
“ Ia tante silahkan.”
Daniah hanya pasrah ketika
tangannya di seret menuju sebuah ruangan.
“ Kalian sudah pacaran, kenapa
tidak cerita pada ibu.”
Ini bukan sesuatu yang penting bu, ini juga akan jadi kencan pertama dan terakhir kami. Aku tidak akan pernah memasukan kencan hari ini dalam riwayat cintaku. Titik.
“ Kami belum pacaran bu. Aku hanya
membayar hutang padanya.”
“ Hutang apa?” Penasaran. ” Kamu berhutang uang padanya?” Matanya mendelik karena hipotesanya sendiri.
“ Hutang anak muda bu, ibu tidak
perlu tahu.”
Ibu menarik tangan Daniah mendekat. Memaksa Daniah sekarang juga tidak mungkin, apalagi Haksan yang sedang duduk menunggu di ruang tamu.
“ Jangan membuat keluarga kita
malu. Itu akan membuat ayahmu susah juga. Perusahaan ayah punya kerjasama
bisnis dengan keluarga Haksan. Jadi bersikaplah yang baik dengannya.”
“ Aku akan berusaha bu.”
“ Apa! berusaha. Kau harus bersikap
baik bukan hanya berusaha.” Mencengkram tangan Daniah, kalau yang dia katakan tidak main-main.
“ Baik bu.” Menjawab pasrah namun penuh kebencian.
Dan akhirnya, kencan terpaksa pertama Daniah dan
akan menjadi kencannya yang terakhir. Semoga semua rencananya berjalan lancar hari ini.
“ Hei Niah, apa-apaan ini.” Haksan protes ketika Daniah
mengalungkan tasnya ke leher Haksan. “ Apa kau mau aku membawakan tasmu?”
Sial! Seumur hidup aku berkencan
dengan perempuan aku belum pernah melakukan hal ini.
Daniah menutup mulutnya karena
terkejut. “ Maaf, saat kubaca di buku katanya begini caranya orang berkencan.
Maaf kak, akukan amatiran dalam hal ini, jadi aku hanya melakukan apa yang di
ajarkan di buku.”
Sial! Kenapa dia imut begitu.
“ Baiklah, karena kamu ayo lakukan
kencan sesuai dengan buku yang kamu baca.”
Seringai tipis muncul di wajah
Daniah saat dia memalingkan wajahnya.
Hari ini akan menjadi hari yang
panjang bagi Haksan. Karena sepertinya Daniah salah membaca buku. Buku yang dia
baca adalah : Seribu satu cara putus dengan pacarmu yang membosankan.
Epilog
Hari itu benar-benar hari terakhir Daniah kencan dengan Haksan, karena laki-laki itu menghilang esok harinya dari sekolah. Tidak ada yang tahu kemana dia pergi. Hanya gosip berseliweran. Salah satunya dia terjerat obat terlarang di sebuah tempat hiburan malam. Tapi tidak ada yang tahu pasti benar atau tidak. Yang pasti saat berpisah dengan Daniah dia terlihat marah dan frustasi. Untuk pertama kalinya dia merasa di permalukan seorang perempuan.