Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 173 Bulan Madu (Part 10)
Kode Zero, siaga satu. Rumah sakit kota mendapat panggilan darurat yang membuat semua petinggi RS kalang kabut.
Tim kesehatan langsung di
terbangkan dengan helikopter menuju pulau XX. Tempat dimana Daniah dan Saga
berbulan madu. Pulau yang menjadi sentra wisata kota XX. Dokter perempuan yang
di rekomendasikan Harun mendapatkan tugas pertamanya. Dengan paniknya dia
menjawab saat mendapat telfon untuk berada di pulau dalam hitungan menit. Kode
zero, darurat. Istri tuan Saga terluka. Begitu instruksi dan informasi gawat
yang di sampaikan padanya. Sepanjang helikopter mengudara wajahnya sudah
terlihat pias. Pesan yang dia kirim pada dokter Harun dibalas santai oleh
dokter muda itu.
Dia menatap layar hpnya serius, meyakinkan diri kalau pesan itu memang ditulis oleh dokter Harun sendiri. Jelas-jelas ini dari nomor pribadinya.
Tapi kenapa jawabannya santai begini!
“ Tarik nafasmu dalam, tenanglah, semua baik-baik saja. Anggukan
saja kepalamu dan ladeni semua kemauan
tuan Saga, Jangan membantahnya atau berargumen di depannya, semua pasti baik-baik saja.” Pesan itu sama sekali tidak membuat
kepanikannya hilang. Dia masih saja menebak-nebak dan berspekulasi apa yang
terjadi pada istrinya tuan Saga. Segawat apa situasi yang akan dia hadapi
nanti.
Sementara di tempat yang jauh di
sana Harun melemparkan hpnya ke meja. Bersyukur karena dia tidak ikut. Dia bisa
menebak apa yang terjadi di sana. Bagi Saga, kuku jari istrinya tergores saja
sudah bisa jadi kode zero yang membuat seisi rumah sakit panik.
Terimakasih Tuhan, walaupun
setumpuk pekerjaan di RS ini, jauh lebih baik. Daripada ngiler melihat pasangan
di mabuk cinta itu.
Jiwa jomblo dokter Harun mengeliat.
Kembali ke keadaan genting di
pulauXX, Sebuah ruangan langsung di
sulap menjadi kamar perawatan VVIP. Tempat tidur diganti, seprei dan semua yang
ada di ruangan sudah berganti rupa, semua baru. Beberapa vas bunga denga bunga asli aneka rupa sudah menghiasi beberapa
sudut ruangan. Mereka bergerak cepat. Beberapa orang hilir mudik memeriksa,
apakah ruangan perawatan sudah sempurna. Dan bisa di tempati.
Dan sekarang setelah melalui kekacauan, Daniah sudah menempati ruangan tersebut.
Saga di sampingnya duduk bersandar di tempat tidur. Wajahnya terlihat sangat
kuatir.
“ Sayang, aku tidak apa-apa.
sungguh. Lihatlah” Menepuk sekujur tubuhnya pelan dengan tangannya. “ Yang terluka Aran.” Daniah
berusaha menenangkan suami di sampingnya. Wajah Saga terlihat tegang. Rasa
marahnya, dan kobaran api yang tadi terlihat saat kedatangannya sudah mulai memudar. Berganti rasa kuatir. Tapi dia tetap tidak mau mendengarkan penjelasan Daniah sedikitpun.
“ Diamlah, biarkan dokter
memeriksamu.” Meraih tangan kiri Daniah
dan mengengamnya kuat. Menciumnya berulang. Dokter wanita pengganti dokter Harun yang sepanjang perjalanan tadi
panik terlihat mulai bisa bernafas lega. Sepertinya apa yang dikatakan dokter
Harun benar adanya. Gumamnya pelan. Dia hanya harus mengikuti kemauan tuan Saga dan
menggangukan kepala saja. Dia mulai pemeriksaan, memeriksa semua bagian vital Daniah. Denyut
jantung, tekanan darah, mata, telinga, lidah. Bagian tubuh yang kasat mata. Dan
memang tidak menemukan ada luka sedikitpun. Bahkan sekecil apapun. Pasien yang sedang terbaring di ruangan paling
besar di klinik ini dalam keadaan sehat walafiat. Bahkan satu goresan sedikitpun
tidak ada.
Lalu kode zeronya ini apa! Para
petinggi rumah sakit sudah gempar tadi.
Dokter perempuan itu berusaha
menahan tawanya membayangkan wajah para petinggi rumah sakit yang sudah kalang
kabut dan menyiapkan fasilitas VVIP di rumah sakit. Kalau istri tuan Saga perlu
di rujuk ke RS.
“ Istri tuan baik-baik saja. Tidak
ada tanda-tanda luka atau goresan di kulit. Semuanya baik-baik saja.”
Hah! Jadi pengakuan cintanya di tv
benar-benar tidak main-main. Dia benar-benar mencitai istrinya. Tadinya kupikir itu hanya kerjaan media menaikan rating.
“ Baiklah. Terimakasih sudah
melakukan pekerjaanmu dengan baik. Sekarang keluarlah!” Saga bahkan bicara
tidak mengalihkan pandangan matanya. Masih menyentuh pipi merah istrinya yang
menahan malu tidak terkira.
Aaaaa, aku pasti dianggap gila oleh
dokter cantik ini. Tuan Saga yang gila bukan aku dokter. Akukan sudah bilang
tadi kalau aku baik-baik saja.
“ Baik tuan, saya permisi sekarang. Untuk nona,
silahkan istirahat.” Dokter perempuan itu menganggukan kepalanya memandang Daniah.
“ Ia dokter. Terimakasih, maaf
sudah merepotkan.” Daniah yang menjawab karena Saga tidak terlihat akan membuka
mulutnya.
Dokter perempuan itu menganguk lalu
undur diri. Dia tidak bisa menahan senyumnya saat sudah berbalik dan melangkah
pergi menuju pintu keluar.
Daniah yang fenomenal itu. Aku
melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Sungguh beruntung sekali nona dirimu.
Pintu tertutup, dia menarik nafas dalam. Lega. Dia mengangukan kepala pada dua
pengawal yang sedang duduk di depan ruangan. Lalu salah satunya mengistruksikan
agar dirinya mengikuti. Dokter perempuan itu tidak banyak bicara dan mengikuti
saja langkah pengawal di depannya menuju ruang istirahat sebelum kembali ke rumah sakit.
Dia melihat hpnya. 20 panggilan tidak terjawab dari rumah. Pesan masuk yang jumlahnya puluhan juga dari pihak rumah sakit. Dia tertawa sendiri sambil terus melangkah mengikuti salah satu pengawal yang membawanya.
Sementara itu di dalam ruangan.
Wajah tegang dan panik Saga sudah berangsur menghilang. Dia terlihat sangat lega sekarang. Tapi sekarang
giliran Daniah yang panik.
“ Kemarilah!” sudah ikut duduk di
tempat tidur. Mendorong kursi yang dia duduki tadi menjauh.
“ Sayang, kau mau apa?” Berteriak terkejut dengan tindakan tiba-tiba Saga. ” kenapa menarik
bajuku? Lepaskan!” Berusaha melawan sekuat tenaga. Sambil mengoyangkan tangannya. Dan meraih bantal kepelukannya. Menepis tangan Saga, karena suaminya
benar-benar tidak tahu situasi.
Inikan ruangan perawatan, bahkan
para pengawalmu ada di luar. Kalau mereka tiba-tiba masuk bagaimana!
“ Aku mau memeriksa tubuhmu. Apa
ada yang terluka atau tidak.” Sudah berhasil menarik lepas pakaian Daniah.
“ Dokter sudah memeriksanya tadi.
Aku baik-baik saja.” Masih berusaha menahan tangan Saga. Yang mustahil bisa dia
lawan.
“ Aku mau memeriksanya sendiri.
Sudah diam!” Suara Saga sudah tidak selembut saat dia panik tadi. Sudah kembali
normal seperti biasa. Ketus dan sok berkuasa. Tidak bisa di bantah sama sekali.
Tapikan tidak perlu melepas baju
juga kaliiii!
Daniah menyerah, pemeriksaan
kesehatan bukan oleh ahlinya dilakukan. Setiap inci bagian tubuh Daniah tidak luput dari pemeriksaan, dibumbui
dengan kecupan di sana sini. Sepertinya tindakan di luar kegiatan mediklah yang jauh lebih banyak di lakukan Saga.
“ Sayang, kau sudah memeriksa
bagian itu dua kali.”
Lagi pula akukan tidak mungkin
terluka di bagian itu juga!
“ Benarkah?” Tidak perduli yang
diucapkan Daniah dan masih melanjutkan apa yang dia lakukan.
Aaaaaa.
Selesai sudah hasil pemeriksaan oleh dokter dadakan. Dia sudah merasa
puas kalau istrinya benar-benar baik-baik saja. Dia menjatuhkan tubuh berbaring
di samping Daniah. Melingkarkan tangan. Menempelkan pipi kiri Daniah ke bibirnya.“
Maafkan aku.”
Kenapa kalau dia minta maaf aku
malah takut si. Karena biasanya akan muncul aturan-aturan aneh setelahnya.
“ Seharusnya aku tidak membiarkanmu
pergi. Seharusnya kau tetap ada di bawah pandanganku.”
Nahkan, benarkan, jangan buat peraturan aneh-aneh lagi.
“ Aku benar-benar tidak apa-apa
sayang.” memandang wajah suaminya hangat. ” Sungguh aku baik-baik saja. Aran dan dua pengawalmu benar-benar melindungiku dengan baik. Aran sampai terluka begitu.”
Ayo fokus pada mereka saja Daniah, jangan membahas kak Haksan. Aku tidak pernah melihatnya berteriak semarah itu tadi. Dan itu membuatku benar-benar merinding.
“Kau mau aku melakukan apa pada
laki-laki itu?”
Bagaimana ini, kalau aku bilang
untuk melepaskannya bagaimana kalau tuan Saga malah semakin murka.
” Aku mungkin saja sudah membunuhnya kalau Han tidak menahanku tadi.”
Benarkan, aaaa, aku tidak berani bicara apapun.
” Maaf, maafkan aku membuatmu kuatir.” Akhirnya hanya mengatakan itu sambil memeluk Saga. mendekatkan wajahnya lebih dekat. “Terimakasih sudah datang, aku benar-benar senang melihatmu tadi.” Senyum yang muncul di wajah Saga melegakan hati Daniah.
” Niah, berjanjilah satu hal padaku.” Membelai pelan kepala istrinya.
” Apa?” Daniah mendongakan wajahnya.
” Jangan sampai terluka. Karena aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan pada orang yang melukaimu.”
Daniah bahkan tidak berani menjawab apapun. Dia hanya memeluk Saga lebih erat lagi.
” Sayang hentikan.” Keharuan itu langsung pecah saat tangan mulai tidak bisa dikondisikan.
Bersambung…..