Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 175 Bulan Madu (Part 12)
Jamuan makan siang sudah di mulai.
Saga sudah terlihat gelisah dan mulai mengacuhkan orang-orang yang ingin
menyapanya. Tapi dia masih terlihat bisa menahan diri untuk tetap berada di
ruangan perjamuan. Han yang duduk tidak jauh dari mejanya sudah melihat
ketidaknyamanan tuannya. Dia terlihat mengutuk Ken yang masih bisa tertawa
sepuas itu sambil memamerkan kedekatannya dengan tuan Saga.
Han terlihat bangun dari tempat
duduknya, ia hanya menyentuh makanan sekenanya. Jamuan mewah itu tidak terlalu
sesuai dengan seleranya. Beberapa orang terlihat ingin mendekati dan menyapanya namun
saat dia mengangkat tangannya. Orang-orang itupun tahu bagaimana harus
bersikap. Mereka menjauh dengan tertib. Bukan rahasia lagi, kalau orang nomor
dua di Antarna Group sama sulitnya di dekati di banding dengan presdirnya.
Han berjalan menuju sebuah sudut
ruangan. Tempat di mana dia bisa mengawasi seisi ruangan sekaligus memeriksa
hpnya. Wajahnya langsung berubah saat melihat pesan masuk yang baru dia terima.
“ Nona muda bertemu dengan laki-laki teman
SMUnya. Sepertinya hubungannya tidak terlihat baik.”
Ketika sebuah foto masuk. Han sudah
tidak bisa menyembunyikan perubahan mimik kesal wajahnya. Dia mengenali siapa
laki-laki yang ada di dalam foto itu. Bukan salah satu dari ketiga mantan
kekasih nona mudanya. Tapi pria kurang ajar yang punya kenangan buruk dengan
nona mudanya. Kisah SMU ini dia simpan sendiri. Saat menjelaskan tentang
riwayat kehidupan Daniah pada Sagapun dia tidak menyebutkannya. Berharap Daniah
tidak akan pernah berurusan dengannya suatu hari nanti. Karena setelah
memeriksa dia benar-benar menyimpulkan bahwa lelaki itu tidak penting di
hadapan nonanya sekalipun.
Sial! Kenapa bertemu di waktu
seperti ini. Seharusnya aku membereskannya tanpa tuan muda tahu. Cih, kalau
sekarang tidak mungkin bisa menyembunyikannya. Yang aku kuatirkan selama ini
hanya ketiga mantannya, dan mereka sekalipun tidak pernah berpapasan. Malah
bocah kurang ajar ini yang muncul.
Dengan tenang Han meninggalkan ruangan
untuk menelfon. Memberikan instruksi pada semua tim keamanan Antarna Group yang
berada di dalam pulau untuk menuju lokasi. Menyiapkan helikopter Yang akan
membawa Saga dalam sekejap ke pulau XX. Kalau Tuan Saga sampai datang terlambat
sedikit saja, dia tahu diapun mungkin tidak
akan bisa menenangkan tuan Saga. Apalagi jika sesuatu terjadi pada nona Daniah.
Dan semua akan diluar kendali kalau
nona sampai kenapa-kenapa. Arandita, semoga kau bisa bekerja dengan benar kali
ini.
Daniah sudah benar-benar terpojok.
Dia mengangkat kedua tangan melindungi dirinya.
Apa dia mau memukulku! Tuan Saga!
“ Kak Haksan kendalikan dirimu!”
Berteriak keras. Hatinya mulai sedikit gentar. Dia bisa melihat kemarahan di mata
Haksan. Semua sudah diluar kendalinya. Kafenya juga sudah porak poranda. Mata
Daniah masih sempat berkeliling mencari di mana Aran. “Jangan sentuh temanku!”
Melihat Aran terduduk tidak berdaya Daniah semakin panik dan merasa bersalah.
“ Niah, ini semua salahmu. Kalau
kau menurut semua pasti baik-baik saja. Padahal aku hanya ingin mengobrol saja
denganmu. Kau masih ingatkan saat kencan pertama kita kau mengerjaiku
habis-habisan, setidaknya bayarlah hutangmu untuk waktu itu padaku.” Daniah
langsung menepis tangan Haksan dengan keras, saat laki-laki itu ingin menyentuh
pipinya.
Daniah mendorong tubuh tinggi
Haksan, laki-laki itu tertawa karena dia sama sekali tidak bergeming.
“ Kau gila kak! Aku sudah menikah.
Kalau sampai suamiku tahu, kau bisa mati.” Haksan masih dengan tidak tau malu
berusaha meraih ujung rambut Daniah.
Aku juga! Aku juga pasti mati,
paling tidak kebebasan yang sedang aku perjuangkan.
“ Haha, suamimu? sepertinya orang yang menakutkan.
Aktingmu meyakinkan sekali Niah, aku sampai gemetar dan mengira kau benar-benar istri
tuan Saga.” Tawanya mengema sekaligus badan yang dia buat seakan gemetar
ketakutan. Sementara itu wajah Daniah terlihat berubah. Sekelebat dia terlihat senang,
tapi sedetik kemudian wajahnya sudah pias. Melihat seseorang di balik punggung
Haksan. Dan Laki-laki di depannya ini sama sekali tidak menyadari.
Aku tidak menyadari kalau suasana
sudah setenang ini.
Mata Daniah menyisir ruangan, anak
buah Haksan sudah terjatuh di lantai semua. Dan tim kemanan Antarna Group ada
di dekat mereka, bukan hanya dua pengawal yang tadi mengikutinya.
“ Sayang!” Bahagia namun takut yang
menjalar. Saat pandangan mata Daniah bertemu dengan mata sekertaris Han
laki-laki itu bahkan jauh lebih berkobar seluruh tubuhnya dengan amarah.
Kenapa kau bahkan lebih menakutkan
dari pada tuan Saga si.
“ Haha, sayang. Kau memanggilku
sayang.”
“ Bukan!” Secepat kilat menjawab
saat melihat mata membunuh milik Saga. “Sayang !” Bibir Daniah bahkan gemetar
karena takut dengan pangilannya pada suaminya sendiri. Sekarang dia berharap yang muncul di hadapannya bukan benar-benar
suaminya.
Haksan masih terdengar bisa
tertawa, tidak tahu apa yang merasuki. Kebodohan apa di kepalanya sampai tidak
menyadari sekelilingnya sudah senyap sedari tadi. Mungkin karena antusiasnya
berada di depan Daniah dan merasa dia berada di atas angin membuatnya dibutakaan
keadaan di sekitarnya.
“ Kau mencari tuan Saga suamimu.”
Kata-katanya dibumbui seringai dan tawa tipis, tangan Haksanpun benar-benar
menyentuh rambut Daniah. Gadis itu sampai terlonjak kaget dan mendorong tubuh
Haksan kuat.
Kau sudah gila ya!
“ Padahal kau tahu siapa suaminya.
Berani sekali kau masih berdiri di dekat istriku!” Suara Saga sudah terdengar
seperti bilahan pisau yang bukan hanya mengores tubuh Haksan, tapi juga akan
melukai Daniah. Mendengar sebuah suara di belakang punggungnya Haksan mulai
membeku. Dia mulai terjaga kalau suasana hening di sekelilingnya.
Haksan berbalik cepat, melihat
situasi. Anak buahnya sudah babak belur dan tergolek di lantai. Di belakang
mereka sudah berdiri orang-orang yang tidak tahu dari mana asalnya. Dan yang
harus dia kuatirkan adalah orang yang sedang berdiri tidak jauh di belakangnya.
“ Tuan Saga!” Kakinyanya langsung
terkulai lemas. Semua alat indranya menyuruhnya segera duduk berlutut.
Niah benar-benar istri tuan Saga.
“ Sayang. “ Daniah langsung
setengah berlari mendekati suaminya. “ Terimakasih sudah datang.”
Ayo pergi dari sini. Hanya itu isi
kepala Daniah sekarang, kalau tidak, tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian.
“ Kau tidak apa-apa.” Menyentuh
ujung rambut Daniah lalu meremas rambut itu dengan tangannya. Tempat di mana
tadi Haksan meletakan tangannya. Daniah mulai merasakan takut saat menyadari
apa yang dilakukan Saga dan karena alasannya apa.
“ Sayang aku.” Menyentuh tangan
Saga yang masih meremas ujung rambutnya. Kata-katanya terhenti yang ingin
memberi penjelasan.
Kalau aku tidak bicara mungkin
benar-benar akan terjadi pertumpahan darah. Dia melihat kak Haksan menyentuh
rambutkukan tadi. Makanya dia begini.
Ketakutan itu harus ditahan. Daniah
meraih tangan Saga walaupun tangannya sendiri bergetar. “Sayang.”
“ Han.” Suara Saga yang bicara
terdengar memenuhi ruangan. Karena semua orang diam membisu.
“ Ia tuan muda.” Han mendekat
beberapa langkah.
“ Bawa Daniah ke ruangan lain.”
Tangan Daniah semakin bergetar Saat
Saga melepaskan gengamannya. Bahkan laki-laki itu tidak memandangnya saat
bicara. Matanya tertuju pada Haksan yang sedang berlutut gemetar di lantai.
Daniah mendengar sekertaris Han memanggil Aran untuk mendekat.
“ Sayang, aku tidak apa-apa.
Kumohon.” Membawa Saga keluar dari kafe ini adalah pilihan utama.
Apa aku pura-pura pingsan saja
supaya tidak terjadi pertumpahan darah.
“ Hentikan! Kalau sedikit saja kau
membelanya, aku pastikan kau akan lebih menyesal nanti.” Daniah langsung
mengunci rapat mulutnya. Tahu maksud pembicaraan Saga. Aran sudah berdiri di sampingnya. Dia tahu
gadis itu terluka, tapi dia masih bisa berdiri tegak.
“ Nona ayo kita pergi.” Aran
melihat kemarahan yang meluap-luap di mata tuan Saga. Tapi tangan yang dia
pegang masih membeku. Dia tahu kalau nona Daniah sedang sangat mengkuatirkan
laki-laki yang sudah berlutut itu. Pasti dia sedang menebak apa yang akan
terjadi padanya kalau sampai dia pergi.
“ Sayang aku mohon.” Daniah masih bersikeras
berdiri di tempatnya.
Aku benar-benar tidak kuatir
padanya sayang. Aku hanya tidak mau kau melakukan hal di luar kendali.
“ Jangan membuatku mengulangi
kata-kataku. Bawa Daniah keruangan lain!” Aran terlonjak ketika kata-kata itu
tertuju untuknya. Dia gagap menjawab dan mengangukan kepala.
“ Ba, baik tuan.”
Pasrah Daniah menyeret kakinya
beberapa langkah, tapi dia kemudian berbalik cepat.
Kalau aku pergi bagaimana kak
Haksan. Aku tidak mau tuan Saga sampai jadi pembunuh gara-gara aku. Naluri
kemanusiaan menariknya lagi. Saat Daniah membalikan badan Han
mendekat dan berdiri di depannya.
“ Nona pergilah dengan Aran ke
ruangan lain. Saya mohon.”
Hah! Dia sampai memohon dengan
wajah membunuh begitu. Nona sebaiknya kita segera pergi. Aran sekali lagi
tersadar, kemarahan tuan Saga adalah kemurkaan laki-laki di hadapannya ini.
“ Sekertaris Han, dia cuma teman
masa laluku. Kami tidak pernah punya hubungan apapun di masa lalu ataupun
sekarang.”
Percayalah padaku, paling tidak
tahan tuan Saga untuk melakukan hal terburuk.
“ Jangan membelanya nona. Kalau
nona membelanya, saya ataupun tuan muda semakin tidak akan bisa menahan diri.”
Apa!Kenapa kau ikut-ikutan marah
begitu.
Bahkan saat Daniah dan Aran baru
saja menutup pintu sudah terdengar teriakan keras. Daniah mengenali suara itu
milik siapa.
“ Nona, saya mohon.” Aran mencegah
Daniah yang sudah memegang handle pintu. “Tuan Saga sangat marah tadi. Kalau
nona membela laki-laki itu bisa-bisa dia benar-benar.” Tidak berani melanjutkan
kalimatnya sendiri.
“ Aran tapi.”
Dari ruangan terdengar suara
sekertaris Han. Daniah berjanji tidak akan membuka handle pintu, dia hanya
merapatkan telinganya ke pintu. Aran mengikuti. Mereka sama-sama penasaran,
hingga memutuskan tetap berada di balik pintu.
Matilah aku kalau tuan Han tahu.
Aran bahkan sudah tidak menyadari darah menetes di sikunya.
“ Tuan muda cukup.”
“ Lepaskan aku Han, aku mau
menguburnya dan meratakan tempat ini dengan tanah.” Terdengar suara Haksan
terjatuh dan merinting. Dan beberapa kali pukulan.
“ Jangan kotori tangan tuan muda
karena bocah tidak berharga ini. Biarkan saya yang membereskannya.”
Dibalik pintu Daniah dan Aran
saling bersitatap dan sedikit bernafas lega. Tapi sedetik kemudian mereka
saling mencengkram tangan mereka masing-masing. Saat suara Haksan jauh lebih
terdengar mengiris ketimbang tadi.
“ Nona ayo kita pergi ke ruang
ganti dan menunggu.”
Sekujur tubuh Aran gemetar membawa
langkah kakinya. Seharusnya dia tahu kalau sekertaris Han jauh lebih menakutkan
ketimbang tuan Saga. Beberapa tahun lalu dia bahkan menjadi saksi bagaimana
laki-laki itu membereskan masalah hidupnya.
Habislah aku nanti. Tangannya mulai
berdenyut.
Bersambung