Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 180 Aran (Part 1)
Ternyata agenda bulan madu yang
sudah di susun Han benar-benar terealisasi dengan baik. Persen-persenan yang dibuat seenaknya oleh Saga. Karena kejadian kemarin,
hari ini tuan Saga memutuskan tidak ada kegiatan di luar rumah. Dia hanya ingin
menghabiskan hari di dalam kamar. Apa yang akan mereka lakukan?
Terserah! Aku tidak perduli apa
yang akan nona dan tuan muda lakukan di dalam kamar?
Menjawab gusar pertanyaan yang
muncul di kepalanya sendiri. Laptop di depannya sudah menyala. Di layar sudah
tampak beberapa orang sedang duduk untuk memberikan laporan pekerjaan. Ada
beberapa proyek baru yang terealisasi dalam minggu ini. Han meminta laporan
detailnya. Karena berhubung hari ini tidak ada kegiatan apapun di luar ruangan.
Dia sedang memeriksa hpnya, orang-orang di dalam layar menunggu. Sambil
merapikan penampilan mereka.
“ Kita mulai rapatnya.” Han
mendonggak dan meletakan benda kecil di tangannya. Semua orang langsung sigap
menyentuh berkas laporan di depan mereka. Bergiliran menyampaikan laporan. Han mengoreksi banyak hal. Sangat
mendetail. Dia memang sangat perfeksionis jika berhubungan dengan data laporan.
Kurang sedikit saja, dia akan meminta semua menganti laporan kerja dalam
hitungan jam. “Aku akan mengirim Leela besok. Berikan semua berkas yang di
perlukan.”
“ Baik tuan.”
Rapat masih berlangsung saat Arandita
mendekat. Gadis itu tidak melihat layar laptop di depan sekertaris Han. Dia
hanya melihat laki-laki itu sedang duduk diam sambil melihat layar hp. Dia
ingin mengendap-endap dan mengagetkan sekertaris Han.
Kau mau mati!
“ Tuan Han, apa nona belum keluar
kamar?” Memilih langsung bertanya dengan suara keras tanpa menyapa terlebih
dahulu.
Han menoleh dari pekerjaannya,
menatap Aran tanpa ekspresi. Membuat yang di tatap mundur beberapa langkah.
Apa-apa salahku? Bulu kudunya
merinding. Lalu menangkap gerakan di layar laptop.
“ Maaf, saya tidak melihat tuan
sedang bekerja. Tadi saya pikir tuan sedang melamun.” Menaundukan kepalanya
sampai punggungnya lurus. “ Maafkan saya tuan.”
Habislah aku. Aran belum mengangkat
kepalanya.
“ Pergi!”
“ Baik tuan. Saya pergi. Maafkan
saya”
Bergerak cepat memutar tubuh. Lalu
mengambil langkah seribu. Ingin segera lenyap dari hadapan sekertaris Han.
Sepanjang keluar Aran mengutuki kelakuannya.
Mengerikan sekali, akukan tidak
sengaja mengintip tadi. Dia sedang rapat dengan siapa ya?
Penasaran mengelitik, tapi karena
masih sayang pada nyawanya dia memilih keluar Vila dan berjalan ke pantai.
Melihat pemandangan aneh yang selama beberapa hari ini tidak dilihatnya para
pelayan dan tim keamanan Antarna Group sedang asik bermain di pantai, dengan
memakai semua fasilitas vila sesuka mereka.
Kenapa mereka santai sekali?
“ Pak Mun!” Aran berteriak ketika
melihat punggung Pak Mun dari kejauhan, laki-laki itu berjalan ntah mau kemana.
Dia berhenti berdiri diam menunggu, menunggu Aran mendekat. Setelah gadis itu
ada di depannya dia langsung bertanya.
“ Apa luka di tanganmu sudah
sembuh?” Menunjuk siku tangan Aran yang masih terbalut perban. “Kemarin nona
muda berpesan kalau kau membutuhkan sesuatu katakan saja.” Aran tersenyum
sambil meraba sikunya.
Nona memang baik sekali, aku
benar-benar mengidolakannya.
“ Sudah membaik pak terimakasih.
Maaf pak apa boleh saya bertanya?” fokus pada tujuannya memanggil pak Mun.
“ Katakan?”
Pak Mun ini walaupun jauh lebih
ramah dari sekertaris Han tapi kalau bicara sama-sama tho the poin tidak ada
basa basinya. Wajahnya juga sama-sama pelit ekspresi.
“ Kenapa semua orang terlihat
santai hari ini pak. Para pelayan dan tim keamanan saya lihat pada bermain di laut?” mereka
bahkan bisa mengunakan semua fasilitas permainan dengan bebas seprti rumah
mereka sendiri. Tidak, seperti mereka yang membayar tagihan saja.
“ Apa kau tidur saat apel pagi tadi?”
Duarrr, Aran lupa siapa orang yang ada di depannya. Kepala pelayan rumah utama.
Menyesal kenapa dia berteriak memanggil pak Mun tadi. Mau berbalik dan
menundukan kepala saja rasanya. Tapi dia sudah jatuh tertangkap sekarang.
Aku ngapain saat apel pagi tadi?
Aku berdiri di ujung barisan dan setengah terjaga dan setegah bermimpi. Memang
apa yang aku lewatkan di apel pagi tadi!
Wajah panik Aran sudah tidak bisa
di tutupi. Pak Mun bisa melihatnya dengan sangat jelas.
“ Maaf pak Mun, saya tidak akan
mengulanginya lagi.” Lagi-lagi menundukan kepalanya pasrah. Buku setebal
skripsinya waktu kuliah dulu yang berisi peraturan rumah utama sudah dia
terima. Sudah dia baca, tapi dia suka lupa mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
“ ini peringatan pertamamu. Saat
bekerja, bekerjalah dengan baik. Karena kau sudah mendapatkan waktu istirahat dan
gaji yang jauh lebih besar dari dimanapun kau bekerja. Jangan membuat kesalahan
apapun seperti pagi ini. Baca buku peraturanmu lagi!”
Seseorang yang selalu menjaga
segala sesuatu berjalan ddengan sempurna untuk urusan rumah tangga rumah utama.
“ Baik pak Mun, maafkan saya.”
Mengangukan kepala dalam.
“ Hari ini hari bebas, tuan muda
dan nona akan menghabiskan waktu di dalam kamar jadi kalian bisa menikmati
liburan sepuas kalian hari ini. Tapi aku sarankan, jangan meninggalkan
lingkungan vila.”
Aran masih bengong mencerna
penjelasan pak Mun, sementara laki-laki tu sudah pergi tidak menunggu. Meninggalkannya
yang diam mematung.
Hah! Seharian menghabiskan waktu di
dalam kamar. Mereka mau melakukan apa?
Daripada pusing memikirkan apa yang
dilakukan nona dan tuan Saga, Aran memilih bergabung menuju pantai. Tapi dia
hanya duduk-duduk di pinggir pantai. Dia belum akrab dengan siapapun di rumah
utama. Pak Mun memberinya kamar kosong di rumah belakang. Karena para pelayan
sudah memiliki teman sekamar mereka masing-masing. Dia hanya sudah memberi
salam perkenalan diri waktu pertama kali datang. Tapi wajah-wajah para pelayan
lain juga belum benar-benar tersimpan dalam ingatannya. Tapi percayalah lingkungan kerja di rumah belakang milik tuan muda sangat nyaman. Tidak ada yang bersaing menjadi orang yang sok hebat. Semua bekerja menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing dengan baik. Menutup mulut mereka rapat untuk urusan keluarga tuan Saga. Hingga Aran merasa bisa menyesuaikan diri dengan mudah di rumah belakang, walaupun dia termasuk anak bawang di sana.
Dua orang wanita terlihat mendekati
Aran dari arah bibir pantai. Pakaian dan tubuh mereka sudah basah.
“ Aran!”
“ Ia.” Mereka menyapa duluan.
“ Apa mau bergabung bersama kami.
Kita mau main banana boat.” Menunjuk area bermain air.
“ Aaaa, aku ingin sekali. Tapi luka
jahitanku belum kering.” Mereka terlihat terkejut.
Aaaaa, mati aku! Mulutku keceplosan.
Merekakan tidak tahu apa-apa mengenai kejadian kemarin. Akan runyam kalau
mereka bertanya.
“ Baiklah kalau begitu. Istirahatlah,
kami ke sana dulu ya.”
“ Ia.”
Eh mereka tidak bertanya. Terlalu banyak mencari tahu itu bisa memperpendek umurmu. Kenapa kata-kata itu terngiang-ngiang ya. Apa sekertaris Han memakai kata-kata itu benar-benar pada semua orang?
Karena merasa bosan hanya bisa
melihat orang lain bersenang-senang akhirnya Aran membawa langkah kakinya masuk
ke area vila. Iri ketika menolehkan kepala lagi. Tapi lukanya benar-benar belum
kering. Dia mandi bahkan harus membungkus sikunya agar tidak terkena air tadi.
Kenapa aku harus terluka di waktu
seperti ini si. Padahal sudah lama sekali aku tidak pergi berlibur. Bahkan
kapan ya terakhir kali aku mandi air laut. Aaaa sudah lama sekali. Bahkan saat
bekerja dulu di stasiun tv aku tidak punya waktu berleha-leha.
Termenung menatap langit-langit
kamar. Lalu bergegas beranjak. Mengeluarkan laptop dari tas di bawah tempat
tidurnya. Serta Hp pribadinya.
Seharusnya aku menulis saja
sekarang! Bodohnya aku.
Semua peralatan tempur sudah
menyala. Senjata menulis, laptop yang sudah cukup umur. Hp miliknya sendiri,
berkedip-kedip layarnya menandakan beberapa pesan masuk. Baru saja semua benda
itu menyala ketukan keras di pintu kamarnya. Aran menoleh kesal.
Siapa si, tidak tahu hati sudah
semangat bergejolak malah ada gangguan lagi.
Gedoran semakin keras.
“ Ia sebentar!”
Berlari menuju pintu, bahkan
melompati kursi. Untung saja tidak terjungkal. Dia lebih ingin terjungkal saat
melihat siapa yang sedang berdiri di depan pintu. Harimau gila.
“ Tuan kenapa?” Bertanya cepat.
“ Kemana saja kau?” Masuk tanpa
permisi ke dalam kamar Aran.
“ Katanya hari ini hari bebas, saya
mau menulis.” Mundur seirama dengan langkah kaki Han memasuki kamarnya.
Laki-laki itu melihat keatas meja. Lalu berjalan mendekat. Aran terperanjak
kaget langsung berlari menabrak tubuh Han.
“ Kau mau mati ya?”
“ Maaf tuan.” Tangannya bergerak
cepat menutup layar laptopnya. Terlambat, mata tajam Han sudah melihat apa yang
coba di sembunyikan Aran.
Bersambung….