Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 199 Kenalkan Aku Amera
Di malam yang sama saat Saga
kembali larut malam dengan wajah lelahnya. Tiga gadis belum ada yang ingin
memejamkan mata. Mereka sedang asik di dalam kamar Jenika. Gadis itu meluruskan
kaki terlentang sambil Sofi memijat kakinya pelan. Padahal dia jelas-jelas
kelelahan hari ini, dan besokpun masih harus bekerja lagi. Tapi matanya bahkan
belum terpejam.
“ Ke bawah lagi sofi. Aku capek
sekali. Detik-detik menuju laporan bulanan. Suasana di kantor sudah seperti
neraka. Semua orang seenaknya berteriak kesana kemari pada anak-anak magang.” Mengomel ke sana-kemari tentang dunia kerja
yang belum sampai ke pikiran Sofi. Sofi hanya geleng kepala tapi menurut saat
tangan Jen menuntun tangannya untuk memijat ke bagian bawa. “ Nah di situ,
tekan lebih keras lagi.” Sofi merengut tapi tetap menurut. Sambil di sela-sela itu melirik hpnya. Kalau
bunyi tring masuk langsung dia berhenti memijat membuat Jen uring-uringan.
“ Sebentar mau balas chat dulu,
ngambek nanti dia.” Menunjukan siapa pengirim pesan yang barusan masuk. Haze,
mereka tentu sudah baikan. Dua bocah seperti mereka mana bisa marahan
lama-lama. Haze menangis di sudut kamarnya saat Sofi benar-benar tidak mau
bicara dengannya. Membuat laki-laki itu yang akhirnya minta maaf duluan karena
sudah mencium Sofi tanpa izin.
Amera yang masih bermain dengan
tabnya menoleh. “ Apa kak Saga benar-benar tidak memperkenalkanmu ke
orang-orang perusahaan.” Dalam bayangan Amera, Jen akan mendapat perlakuan
khusus di perusahaan. Bagaimanapun dia adik presdir Antarna Group.
“ Huhuhu, kalau aku diperkenalkan
sebagai adik kak Saga memang aku akan mengalami nasib seperti ini.” Ikut
memijat tangannya sendiri. “ Tapi yang ada aku memang tidak akan punya
pengalaman kerja apa-apa kalau sampai mereka tahu aku adik kak Saga.” Jen tahu,
apa yang dilakukan kakaknya memang demi kebaikannya. Dunia kerja itu berat,
berbeda dengan dunia kampus yang ia jalani.
Amera ingat pembicaraannya dengan
Saga saat laki-laki itu baru kembali tadi. Idealisme Saga mengatur perusahaan
memang tidak diragukan. Ia menuntut segala sesuatunya untuk sempurna.“ Waktu
aku bilang ingin bekerja di perusahaan dia juga bilang begitu.”
“ Lagian kak Amera kenapa juga si
pakai bilang mau kerja di perusahaan, padahal jelas-jelas kakak tidak sukakan,
Kak Mera sudah punya cita-citakan?” Sofi menyambar hpnya. “ Sudah ya kak aku
mau balas chat dulu.” Tertawa tidak perduli wajah kesal Jen. Dia sudah meraih
bantal dan bersandar di ujung tempat tidur.
“ Dasar kamu adik ngelunjak.” Menghirup udara pelan agar peredaran darah lancar sambil masih terlentang.
“ Inikan rencana ibu.” Amera
mendekat dan naik ke atas tempat tidur di mana Jen berbaring. Gadis itu
mengeser tubuhnya agar Amera mendapat tempat.
“ Memang Ibu bilang apa? Kamukan belum cerita
keseluruhan, apa yang ibu rencanakan” Amera terlihat ragu, ibu sudah
menasehatinya untuk menyimpan semua rencana. Bahkan dari jen dan Sofi. “ Apa
yang ibu bilang?”
“ Untuk bisa dekat dengan kak Saga,
aku harus memulainya dengan bekerja di perusahaan.”
“ Gila ya! Kau sudah gila apa? mau
menggangu hubungan kakak ipar dengan kak Saga.” Jen reflek memukul kaki Amera
membuat gadis itu menjerit.
“ Akukan hanya ingin menyelamatkan
kak Saga. Sakit tahu!” Amera berteriak tidak kalah keras. Tapi kali ini Jen
sudah meraih tangan gadis itu lalu menindih tubuhnya.
“ Bodoh! Memang kak Saga kenapa
perlu di selamatkan.” Tidak perduli saat Amera menjerit kesakitan. “Ceritakan
semua rencana ibu, atau kau tidak akan bisa keluar dari kamar ini hidup-hidup.”
Sofi hanya tersenyum mendengar
ancaman Jen.
Lagak kamu kak sudah persis Han
mengancam orang!Kalau dia ia bikin gemetar takut, kalau kamu bikin orang tertawa saja.
Amera dengan ragu akhirnya
menceritakan semua hal yang di ceritakan ibu, sampai pada bujuk rayu ibu yang
akhirnya membawanya kesini. Kedatangannya hanya karena rasa sayangnya kepada
kak Saga. Tidak ada maksud lain. Eh sebenarnya ada.
“ Hei dengar gadis polos bin bodoh,
kalau kak Saga tidak bahagia dengan kakak ipar, kau pikir kami akan diam saja.”
“ Benar.” Sofi sambil chat dengan
Haze ikut nimbrung.
“ Daripada kamu, kami tentu yang
paling sayang dengan kak Saga. Iakan Sof.”
“ ia benar, aku yang paling sayang
pada kak Saga.” Sofi membusungkan dada dengan bangga.
“ Aku.” Jen menunjukan dominasi
dengan suaranya.
“ Hei, aku juga sayang pada kak
Saga.” Amera tidak mau kalah.
Tiga gadis itu sedang pamer tentang seberapa sayangnya mereka pada kak Saga.
Amera menerawang mengingat lagi
yang ibu katakan. Kalau wanita itu, istri saga sekarang bukanlah gadis
baik-baik. Dia bahkan tidak punya keluarga dan tidak tumbuh dikeluarga yang
lengkap. Dia tidak mencintai Saga.
“ Apa dia benar-benar mencintai kak
Saga.” tanyanya serius pada Jen, ibu sudah sedikit berhasil menyusupkan racun di kepalanya mengenai Daniah.
“ Tentu saja!” Jen dan Sofi
menjawab bersamaan. “ Dan yang utama kak Saga mencintainya, dia banyak berubah
sekarang tahu. Kak Saga sudah sering tersenyum dan menunjukan perasaan nya.
Pokoknya luka yang dibuat Helen sedikit demi sedikit tertutupi oleh kakak ipar.” Jen menjelaskan dengan rinci.
“ lalu kenapa ibu tidak suka
padanya.” Bayangan wajah Daniah melintas di kepala Amera. Gadis itu memang tidak secantik Helen, bahkan jika dibandingkan secara fisik mereka terlihat sangat jauh berbeda. Helen dengan tubuh tinggi dan rambut indahnya. Sedang Daniah, begitulah Amera menyimpulkan.
“ Apalagi, tentu karena dia tidak
sepopuler kak Helen.” Sofi membalas setelah selesai dengan chat selamat malam dengan Haze.
“ Padahal apa perdulinya dengan
semua itu, asalkan kak Saga senang aku sudah bahagia dan akan mendukungnya.” Jen benar-benar tidak mau pusing, bahkan jika itu menentang restu ibu sekalipun.
“ Pantas saja, kemarin Han sudah
mengancamku.” getir Amera bercerita.
“ Hah, bilang apa callon suami
Sofia itu.” Terdengar tawa keras dari mulut Jen, membuat Sofi menarik rambut kakak perempuannya.
“ Hei kak Jen, aku sumpahi kamu
juga ya nanti. Jangan bicara sembarangan.”
“ Hei, sejak kapan Han jadi calon
suamimu Sofi. Diakan calon suamiku.” Amera menghardik serius.
“ Haaa, mulai deh. Sampai kapan si
kamu mau tergila-gila sama orang menakutkan seperti dia. Kalau aku walaupun
tersisa satu orang dimuka bumi ini aku gak akan mau kalau dia.” Sofi merinding
takut.
Bukannya ikut merinding ngeri, Amera malahan terlihat merona wajahnya. Dia menyentuh pipinya. “Kalian tahu dia bilang apa kemarin. Nona Amera anda tahukan saya tidak berbelas kasih, apalagi untuk orang yang menggangu kenyamanan tuan muda.” bicara dengan intonasi sama persis yang diucapkan Han padanya kemarin. ” Aku merinding sekaligus terpesona. Dia tetap keren seperti biasanya.”
” Dasar gila.” Kali ini Jen dan Sofi sepakat, sambil toss tangan bersama.
Setelah sarapan pagi selesai, seperti kemarin Amera melihat Daniah mengantar kak Saga sampai ke mobilnya. Dan di samping mobil sudah berdiri sekertaris Han. Dia melihat sampai semua memasuki mobil, dan kendaraan itu meninggalkan Daniah sendirian.
” Bisa kita bicara?” Saat Daniah masuk ke dalam rumah, pak Mun masih berdiri di belakangnya tampak tidak senang.
” Nona Amera, anda tahukan kalau tuan muda tidak akan suka kalau nona menggangu nona muda.”
” Aku hanya ingin bicara dengannya sebentar pak Mun.” Jawab Amera lugas, lagipula diakan tidak sejahat itu. memang mau melakukan apa.
” Pak Mun tidak apa-apa, lagipula aku tidak ada pekerjaan apa-apa.” Daniah menginkuti langkah Amera menuju sofa.
Keduanya menatap pak Mun bersamaan, pandangan mereka seperti mengusir. Baik Daniah maupun Amera. Tapi pak Mun masih tidak bergeming. Tugasnya adalah melindungi nona mudanya.
” Pak Mun, memang tidak ada yang di kerjakan, kami hanya akan mengobrol.” Daniah tertawa, mengusir secara halus. Bahwa mereka akan baik-baik saja.
” Silahkan mengobrol nona, anggap saja saya tidak ada.”
Bagaimana aku menggangapmu tidak ada kalau kau melotot di depan kami begitu. Seperti kami mau main jambakan rambut saja.
Pakai diawasi.
Mengusir pak Mun juga percuma, akhirnya keduanya hanya terdengar menghela nafas saja. Pandangan Daniah beralih pada Amera. Gadis cantik dengan raut sepolos Jen dan Sofi. Walaupun dia terlihat mengibarkan genderang perang Daniah sudah terbiasa melihatnya.
Dia mirip siapa ya? haha benar, dia seperti Risya. Tatapan tidak bersahabatnya, tapi sepertinya dia sama manisnya dengan jen dan Sofi.
” Apa kau tahu kenapa aku dianggap seperti adik oleh kak Saga?” Amera membuka suara. Daniah tersenyum, walaupun dia masih tidak suka dengan gadis di depannya ini. Tapi karena penjelasan Saga dia akan berusaha menerima keberadaan Amera. Kalau dia tidak melewati batas, begitu pikir Daniah.
” Aku tahu.”
Mendengar jawaban itu Amera terbelalak tidak percaya.
” Bohong, memang kau tahu dari mana?”
Lucunya gadis ini, dia benar-benar sepolos Jen dan Sofi. Daniah memutuskan tidak mau membenci Amera.
” Tuan Saga yang mengatakannya.”
” Tidak mungkin, kak Saga tidak mungkin menceritakan pada sembarangan orang.”
” Haha, maaf ya, tapi aku bukan sembarangan orang tu. Akukan istrinya.” Jawaban sok polos Daniah membuyarkan kepercayaan diri Amera.
Seperti kata Jen, dia memang pandai bicara.
Bersambung