Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 202 Sore Hari di Rumah utama
Jen berusaha menutupi wajah
terkejut dan malunya dengan sedikit cemberut dan manyun. Daniah sampai
tersenyum sendiri melihat kelakuan adik iparnya itu. Dia bilang sudah bisa
melepas Raksa karena tahu pacar Raksa orang yang keren. Tapi sepertinya tidak
semudah itu hatinya berpaling dan mengubur perasaannya. Ya seperti itulah hati,
kadang wajah mantan saja masih sering mampir, apalagi ini baru sebatas gebetan.
Tentunya masih sering terngiang-ngiang.
“ Kenapa tidak bilang kalau mau
menemui kakak ipar. Kitakan bisa pulang bareng. Kamu tidak dipersulit di
gerbang depankan? ” Jen duduk nimbrung tanpa di minta di saat adik dan kakak
sedang melepas rindu mereka, dia sudah berperan menjadi pemeran utama. “ Maaf
ya, mereka kadang memang sedikit berlebihan.” merasa prihatin.
“ Haha. Gak papa kok, merekakan
hanya menjalankan prosedur.”
Walaupun aku agak takut kalau tidak
diizinkan masuk tadi.
“ Dan lagi, kitakan gak ada ketemu
tadi di kantor, bahkan saat makan siangpun Jen makan dengan teman
perempuankan.”
Karena aku mau menghindarimu
sedikir demi sedikit, hiks makanya aku begitu. Perebut laki-laki orang itu
adalah kelakuan paling hina yang bisa di perbuat perempuan. Cih, aku jadi
terngiang-ngiang dengan kutipan-kutipan bijak yang sering di sebutkan Sofikan.
“ Sudahlah, lagian kalian bertemu
jugakan di sini.” Daniah melerai, tidak mau Jen mulai bicara dengan penuh
dramatisasi lagi. Alih-alih menutupi diri, dia malah bisa keceplosan
perasaanya. Yang pasti hanya akan membawa keduanya pada situasi tidak nyaman.
Terlebih bagi Raksa, dengan karakternya yang serba tidak enakan.
Pak Mun mengetuk pintu lalu muncul
membawa makanan dan minuman, dia langsung meninggalkan ruangan ketika melihat
Jen juga bergabung di sana. Dia merasa tugas pengawasannya tidak di perlulan
lagi. Nona mudanya pasti akan menjaga sikap pikirnya.
Daniah menunjukan foto-foto yang di
ambilnya di pulau pada saat bulan madu, cerita yang terjadi selama di sana di
kunci rapat dari mulutnya. Tidak ada yang tahu kejadian sebenarnya di pulau
kecuali mereka yang terlibat di sana, dan diantara mereka menutup rapat. Jen
seperti bocah yang ikut ambil bagian, nimbrung tidak pada tempatnya. Walaupun
dia tidak berada di lokasi tapi sudah seperti tahu semua tempat saja di pulau.
“ Kami sudah beberapa kali ke sana
kak. Teman kak Sagakan walikota kota XX”
Aaaa, itukan kota yang bahkan tidak
sempat kami kunjungi. Tuan Saga hanya pergi sendiri karena ada urusan waktu
itu.
Jen sekali lagi menjadi pemandu
wisata melalui foto-foto yang di ambil dari hp Daniah.
“ Haha, apa ini!” Jen dan Raksa
sudah tertawa terbahak menunjuk foto yang ada di hp.
“ Apa?” Kaget mendengar tawa kedua adik di depannya.
“ Kakak ipar dan kak Saga ngapain
aja. Haha.”
Daniah langsung menyambar hp yang
di pegang Jen. Wajahnya merah padam. Langsung refleks dia melemparkan hp.
Foto-foto saat seharian mereka di dalam kamar.
“ Waaahhh, kakak ipar dan kak Saga
pasti bekerja keras selama bulan madu ya.” Jen seperti mendapat mainan baru.
Girang sekali. Raksa juga tersenyum sambil menutup wajahnyanya, tapi dia
melirik Daniah dan mengelengkan kepala.
Aaaaaaa, aku mau masuk ke kerak
bumi! Kenapa Raksa sampai melihat foto itu si.
Kedatangan Raksalah yang membuat
mobil Saga sudah memasuki halaman rumah utama di saat senja baru mulai temaran.
Dia sudah mulai gelisah sepanjang rapat. Membuat Han harus membatalkan dua
agenda mereka. Percuma saja, membuat tubuh tuan Saga ada di acara, tetapi
pikirannya hanya tertuju rumah dan nona. Alih-alih semua akan berjalan lancar,
nanti ada saja hal yang membuatnya kesal. Dan semua rencana yang sudah
terorganisir dengan rapi bisa-bisa mundur dari jadwal.
Aku akan membereskan beberapa hal
lalu pulang, begitu akhirnya rencana Han.
“ Dimana Niah?” Baru turun dari mobil, Pak Mun menyambut. Dia menunjuk lantai dua. “ Apa
mereka hanya berdua?” Tanyanya lagi. Pak Mun dan Han mengikuti dari belakang.
Han terlihat membawa tas kerjanya, lalu langsung menuju ruang kerja Saga.
“ Tidak tuan muda, nona Jen sudah
pulang juga.”
Hah! Ternyata Jen berguna juga
dalam situasi semacam ini. Tidak ada ruginya Han menyuruhnya cepat pulang tadi.
“ Siapkan makan malam untuknya.
Niah pasti senang kalau adiknya ikut makan malam nanti ”
Eh, makan malam. Agak terkejut juga
saat mendengar perintah. Tidak seperti biasanya tuan muda perduli dengan orang
lain.
Tentu saja, diakan adiknya nona.
“ Apa tuan mau saya sampaikan pada
nona, kalau tuan sudah kembali.” Pak Mun mengikuti langkah kaki Saga menaiki tangga.
“ Tidak perlu, aku yang akan datang
nanti. Aku mau mandi sekarang. Siapkan saja semuanya. Pergilah, aku bisa sendiri.”
“ Baik tuan Muda.”
Saga hanya melewati ruangan dimana
terdengar gelak tawa dari dalamnya. Dia berhenti sebentar. Pintu yang terbuka
menyiarkan suara mereka dengan jelas. Mendengar apa yang membuat Daniah sampai
tertawa senang seperti itu. Membuat hatinya ikut berdebar.
Baiklah, bersenang-senanglah. Kau
pantas untuk mendapatkannya.
“ Sepertinya kalian
bersenang-senang ya.” Saga muncul di depan pintu, sudah dengan pakaian
santainya. Membuat semua orang terperanjak dan langsung bangun dari sofa.
Dia pulang, aaa, kenapa pak Mun
tidak memanggilku tadi.
“ Sayang, sudah pulang ya.” Daniah
beranjak mendekat.
Hah! Kenapa langsung memelukku. Di
depan mereka lagi.
“ Aku mendengar tawamu sampai ke
kamar tadi. “ Ciuman di rambut. Sekali, dua kali, tiga kali. Membuat Daniah
frustasi sendiri. Satu kecupan dari Daniah di pipi Saga membuat laki-laki itu
menghentikan apa yang dia lakukan.
“ Raksa jangan hiraukan mereka.” Jen
menarik lengan Raksa untuk duduk. “ Mereka itu pemilik dunia, kita cuma numpang
sewa.”
Raksa ikut terperanjak dan cepat
menguasai diri. Dia memalingkan wajah dan ikut duduk di samping Jen. Tapi
terlihat dia tersenyum senang melihat dan mendengar tawa Daniah dengan
matanyanya sendiri.
Terimakasih Tuhan, jagalah Kak
Niah. Karena hanya itu yang bisa dia lakukan, berdoa. Tapi hatinya benar-benar lega.
“ Sayang, hentikan, ayo duduk.” Tersadar sekarang dia ada dimana, dan ada siapa di dalam ruangan. Daniah menarik paksa Saga duduk di sebelahnya. Sepanjang menunggu waktu makan malam suasana yang tadinya riuh terlihat cukup canggung. Raksa mulai menjaga sikap, Jen mendesah melihat kakaknya yang tidak bisa melihat situasi betapa tidak nyamannya Raksa.
Sementara yang lain mengobrol basa basi, Saga hanya mendengarkan sambil memeluk istri di sampingnya. Tidak perduli dengan yang lain.
” Apa kau melihat hal seperti ini setiap hari Jen?”
” Hahaha.”
Yang jomblo mengaruk tembok dengan kukunya berkali-kali.
Setelah membereskan semua pekerjaannya Han keluar dari ruangan Saga. Pak Mun yang memintanya menunggu waktu makan malam di tolaknya.
” Ada yang mau ku kerjakan setelah ini.” Jawab Han sambil mengambil sebotol air dari dalam kulkas. ” Terus awasi ibu dan Amera seperti yang kukatakan kemarin.”
” Baik.”
Han keluar rumah dengan membawa botol airnya. Melihat dari kejauhan seseorang sedang menempel di dekat pintu mobil.
Mau apa lagi bocah itu?
“ Kenapa?” Han masuk ke dalam mobil lalu minum. Amera mendekat dan membuka pintu mobil lagi meminta Han keluar. Wajah gadis itu mulai terlihat malu-malu.
Sambil mencengkram tangannya sendiri ragu. “ Kalau nona tidak mau bicara saya
pergi, saya masih punya bayak pekerjaan.” Belum keluar dari mobil.
Merepotkan saja.
“ Tunggu, ada yang mau aku
bicarakan. Keluarlah dulu.” Han mendesah kesal, tapi dia keluar dari mobil. membanting pintu. Amera mundur terperanjak. Tapi dia berhasil menguasai dirinya.
Ya, ya dia Han. Kalau dia tersenyum ramah bukan Han namanya. Aku sudah kebal dengan sikapmu.
“ Silahkan katakan nona.”
Apalagi yang mau dibicarakan bocah
satu ini, apa dia benar-benar mau menggangu hubungan tuan Saga dan nona hanya
karena ibu mendukungnya.
“ Aku berteman dengan kak Niah.”
Lalu! Han diam menunggu kelanjutan
tanpa memberi reaksi apa-apa.
“ Hei, kenapa tidak memberikan
reaksi apa-apa. Kau mengancamku kemarinkan kalau aku sampai melakukan apa-apa pada istri kak Saga.”
“ Mengancam? Siapa? Saya mengancam
nona.” Seperti binggung dengan perkataan Amera. Membuat gadis itu kesal.
“ Terserahlah, yang penting aku dan
kak Niah sudah berteman sekarang. Dan aku merestui hubungan Kak Saga dan Kak Niah.” Berharap dengan mengatakan begitu sikap Han akan menjadi ramah padanya. Mustahil! teriaknya sendiri kesal.
Cih, memang pentingnya apa restu
anda.
Masih tidak memberi reaksi dengan
kata-kata.
“ Sekarang bisa kita bicara
serius.” Han mulai jengah ketika ternyata Amera belum mengakhiri pembicaraannya.
“ Apa ada lagi yang mau nona
katakan?”
Melihat sikap Han yang mulai kesal
malah membuat antusias Amera semakin menjadi.
“ Apa kau ingat aku pernah
menyatakan perasaanku padamu.” Langsung to the poin.
“ Tidak!” Acuh.
Apa! kenapa aku harus suka pada
orang seperti ini sih.
Han benar-benar tidak terlihat tertarik, satu tangannya bahkan sudah meraih handle pintu mobil. walaupun kakinya belum masuk.
” Aku sudah besar sekarang.” Teriak Amera.
” Lalu?”
” Kau bilang setelah aku dewasa dan tidak tidur sambil berliur waktu belajar aku sudah boleh memikirkan cinta. aku sudah lulus kuliah sekarang.” Han tergelak kecil, dia ingat kejadian ini. Saat bocah ingusan ini menyatakan perasaan padanya. Dan itulah jawabannya.
” Berapa umur anda nona?”
Amera diam, hanya mengigit bibirnya tidak mau menjawab. Kalau dia menjawab hanya menunjukan seberapa bocahnya dia.
” Apa! memang apa hubungannya dengan umurku, kau juga masih jomblokan?”
” Kak Mera!” terlihat Sofi berlari cepat setelah turun dari mobil dan mendengar Amera berteriak di depan Han. “Sudah gila ya dia sampai memprovokasi Han.” Sofi mendekat, menarik tangan Amera menjauhi mobil Han. ” Apa yang sedang kau lakukan.” berbisik.
” Menyatakan perasaanku pada Han.”
” Apa! sudah gila ya.”
Sofi langsung menciut saat pandangan matanya bertemu dengan Han.
” Minggir.”
” Ia! kami minggir. Maaf!” Menarik tangan Amera yang belum mau menyerah pergi. ” Sudah gila ya, dia sudah kesal.” Sofi benar-benar mendorong tubuh Amera untuk berjalan menuju rumah utama. ” Kau mau mati!” kesal karena Amera masih memandang mobil Han yang menjauh. Saat mobil itu lenyap Sofi melepaskan tangannya.
” Kenapa mencegahku si, akukan sudah berhasil menekannya tadi. sedikit lagi dia menjawab perasaanku tadi.”
Aaaaa. Bisa gila aku.
Sofi meninggalkan Amera dan masuk ke dalam rumah. Lagian apa si yang di sukai dari Han, Hiiii, menakutkan begitu. Tengkuk Sofi saja masih merinding.