Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 210 Disebut Kencan?
“ Pergilah, temui gadis itu seperti
permintaan Daniah. Kau ingatkan ini hadiah ulang tahunnya?” Saga mendongak dari lembaran kertas yang dibacanya.
“ Baik tuan muda.”
“ Jangan membuatnya menangis Han,
pastikan dia kembali dengan selamat.” Terdengar suara ketukan pintu, di susul suara ibu meminta izin untuk masuk.
“ Baik tuan muda.”
“ Kau bisa mulai memikirkan hidupmu
sekarang, bukankah kau lihat aku hidup bahagia bersama Niah.” Han
tidak menjawab dan hanya menggangukan kepala. “ Cih, dasar keras kepala. Pergilah!
Jangan bertengkar dengan ibu, suruh dia masuk.”
“ Baik tuan muda.”
Benarkah? Janji Ayah pada tuan
besar sudah selesai. Apa sekarang aku sudah bisa bernafas untuk diriku sendiri.
Han masih ragu, sejauh apa harapan yang ada di pikirannya untuk tuan Saga. Seperti apa kebahagiaan yang dia harapkan untuk Saga. Dia memikirkannya dengan
serius sepanjang jalan.
Mungkin setelah nona hamil aku bisa bernafas lega.
Cih, dia benar-benar pintar ya
memakai koneksinya.
Han masih di dalam mobil, melihat
sebuah kendaran yang tidak asing di depannya yang masuk sesaat setelah dia
memarkir mobilnya. Mobil milik nona Daniah. Dan gadis yang mengendarainya
bergegas keluar setelah mobil terparkir dengan sempurna. Arandita, dia
memastikan lagi mobil terkunci dengan baik. Merapikan rambut dan penampilannya di kaca mobil. Membuat segaris senyum dengan
bibir menyeringai. Melompat-lompat mengusir gelisah sepertinya. Setelah itu
mengepalkan tangan ke udara dan meneriakan sesuatu untuk menyemangati dirinya
sendiri.
Apa dia sudah gila! Melakukan hal
begituan di area parkir.
Tapi tingkah Aran itu berhasil
membuat Han fokus dan tertawa di mobilnya. Dia masih belum keluar dari mobil
dan menatap Aran yang berjalan cepat memasuki gedung mall milik Antarna Group. Terlihat dia mengepalkan tangan ke udara lagi.
Baiklah, karena ini hadiah ulang
tahun nona Daniah, aku tidak akan mengacaukannya. Aku akan mengajakmu nonton,
makan makanan mewah dan mendengarkannmu bicara. Dan tidak akan membuatmu
menangis. Kau bisa bicara apapun yang kau mau hari ini, dan aku akan duduk diam mendengarkan. Walaupun aku muak sekalipun.
Han mengambil hp di saku jasnya yang bergetar. Pesan bertubi masuk. Nona Daniah yang memberi peringatannya lagi. Menggingatkan janji
yang sudah dibuatnya di depan tuan Saga.
“ Jangan membuatnya menangis!”
“ Jangan membuatnya menangis!”
” Jangan membuatnya menangis!”
Dia sampai mengcopynya tiga kali!
“ Kau sudah berjanji, atau kuadukan
pada tuan Saga kalau kau sampai ingkar.”
Han sengaja tidak membalas pesan
Daniah walaupun membacanya, membuat Daniah yang mencuri-curi waktu sambil bicara dengan keluarganya itu gusar.
“ JAWAB DONK!” pesan dari Daniah
masuk lagi. Dengan caps lock yang jebol karena kesal.
Akhirnya Han mengetikan sesuatu
yang hanya membuat Daniah semakin geram saja.
“ Hemmm.”
Setelah lewat beberapa waktu
akhirnya Han keluar dari mobilnya meninggalkan area parkir, memasuki mall megah yang ramai pengunjung. Dia menuju lif menuju lantai pusat hiburan di mana gedung bioskopXX berada. Ramai, akhir
pekan tempat ini memiliki pengunjung bisa dua sampai tiga kali lipat. Terakhir
kali dia menonton mungkin saat kencan tuan muda dan nonanya. Ya, dia memang
jarang menonton sendiri. Tidak penting, saking banyaknya pekerjaan yang dia
lakukan. Waktu liburannya biasanya hanya ia habiskan untuk berolah raga dan
diam di dalam rumah. Rutinitas yang membosankan yang hampir ia dapati setiap
minggunya. Tapi anehnya dia menikmati itu.
“ Tuan saya di sini.” Aran
melambaikan tangan dari kejauhan sambil melompat-lompat senang melihat orang
yang dia tunggu terlihat batang hidungnya. Dia merapikan rambutnya lagi ke
belakang telinga. Han sudah mendekat. “ saya tidak terlambatkan? Nona meminjamkan mobilnya pada
saya.” Memamerkan kunci mobil di tangannya. Penuh kebanggaan karena mendapat dukungan dari nona.
Aku pintarkan? Padahal aku tidak
mengatakannya tapi nona yang berinisiatif. Dia memang dewi penolongku. Aku akan membeli hadiah ulang tahun untuk nona nanti.
“ Kau pintar juga ya. Jam berapa
filmnya mulai.”
“ 30 menit lagi. Anda mau menonton
film apa tuan?”
“ Horor!”
Apa! kenapa horor! Aku tidak mau.
“ Kenapa? Kau tidak suka. Nona tidak memilihkan film apa yang akan ku tonton jadi terserah aku mau menonton apa. Kalau kau tidak mau tunggu saja di luar sampai aku selesai menonton.”
Apa! gila ya!
“ Haha tentu saja saya suka. Ayo
kita menonton film horor tuan.” Tertawa senang seperti film horor adalah fil kesukaannya.
” Berikan tasmu.” Kaget. kenapa? Apa dia mau membeli tiket pakai uangku. Ragu, Aran menyerahkan tas miliknya ke tangan Han. Lalu mengikuti langkah kakinya menuju tempat pembelian tiket.
Cih tidak seru. Sepertinya waktu tuan muda yang melakukannya saat kencan dengan nona terlihat lucu dan menyenangkan. Tapi ini tidak seru sama sekali.
” Pegang sendiri tasmu, tidak seru.” Melemparkan tas Aran yang ditangkap dengan gelagapan oleh Aran. Plus dengan tatapan penuh tanya.
Apanya yang seru si, memang aku menyuruhmu membawakan tasku?
Beberapa adegan kencan tuan Saga dan Daniah di reka ulang. Tapi kenapa terasa mengelikan begitu batin Han. Padahal saat melihat tuan mudanya yang melakukannya untuk nona Daniah dia benar-benar merasa terhibur saat itu. Aran hanya mengikuti langkah kaki Han dengan seribu tanda tanya.
Dia benar-benar melambaikan tangan padaku sambil tersenyumkan tadi? Itu bukan tanda-tanda dia mau menghabisiku nantikan? kenapa tuan Han aneh begini si!
Aku tidak mau nonton film horor. Hiks. Aku takut!
Film baru saja dimulai, Aran sudah beberapa kali menjerit sambil menutup matanya. Dia melirik kesal laki-laki yang ada di sampingnya. Sekertaris Han sedang menonton dengan khidmat, seperti sedang mengheningkan cipta. hanya matanya saja yang sesekali terlihat berkedip. Serta hidunya yang berkedut saat dia menarik nafas. selebihnya, mimik wajahnya tidak berubah. Adegan apapun yang ditampilkan layar besar di depan sana.
Masih lebih baik aku menonton wajahnya saja.
Dan Aran benar-benar hanya menatap wajah Han selama beberapa menit. Sambil mengunyah popcorn, tidak mau melirik sedikitpun layar di depan sana. Masih terdengar suara-suara seram, tapi sepertinya teredam oleh wajah yang sedang ia pandang.
” Apa yang sedang kau lakukan?” Han menoleh membuat Aran tersendak, dia langsung memalingkan wajah. Menjerit sambil menutup mulut saat layar menampilkan adegan mengerikan, yang langsung tertangkap matanya. ” Lihat ke depan!”
” Baik tuan.”
Cih, suka-suka aku donk mau lihat kemana, inikan mataku! Aaaaa, aku takut!
Karena tidak mau membuka mata, Aran memilih tertidur saja. Dia benar-benar memejamkan mata sambil menyandarkan kepala ke kursi. Tak selang berapa lama kepalanya sudah bersandar di bahu Han. Dia benar-benar terlelap. Han melirik sebentar lalu mengoyangkan bahunya. Tidak ada reaksi.
” Aran!” Han mengoyangkan bahu. ” Bangun!” Tidak bereaksi.
Awas kau kalau pura-pura tidur.
Karena sepertinya Aran benar-benar tidur akhirnya Han menghentikan gerakan bahunya dan membiarkan gadis di sampingnya terlelap dalam mimpinya. Matanya kembali beralih ke layar besar di depan. Dia melirik sekilas, lalu memiringkan kepalanya sedikit. Terlihat menunduk sampai hidungnya menempel di rambut Aran.
Hemmm, wangi. Jadi ini yang suka di cium-cium tuam muda.
Tidak mau terpergok melakukan hal aneh Han langsung menggangkat kepalanya lagi. Kemudian fokus melihat film. Dia tahu kalau gadis di sebelahnya ini membenci film horor setengah mati, untuk itulah dia memilih jenis film ini.
Sebenarnya apa yang dia takutkan, padahal filmnya tidak ada seramnya sama sekali.
Bersambung