Terpaksa Menikahi Tuan Muda - Chapter 213 Lepaskan Tanganmu
Aran masih berdiri di tempat Han
menurunkannya, dia menunggu sampai mobil yang ditumpangi laki-laki itu
menghilang dalam pendar cahaya lampu taman. Sampai matanya tidak bisa melihat
dan menembus angin malam. Dia menarik jas yang tadi di pakaikan sekertaris Han
sambil tersenyum malu.
Haha, ayolah Aran berhenti
menyimpulkan segala sesuatu sesukamu. Hardiknya pada dirinya sendiri. Jangan
terlalu percaya diri, dia memaafkanmu saja itu sudah luar biasa. Aran merengut,
karena kata maaf sampai akhirpun tidak terucap dari bibir laki-laki itu.
Walaupun dia memberikan jasnya karena dinginnya cuaca malam, tapi itu tidak
bisa diartikan apa-apa.
Biarkan saja! Aku mau besar kepala
sendiri!
Masih terselip bunga-bunga di ujung
bibir Aran saat ia melintasi rumah utama yang mulai senyap. Dia berjalan dengan
cepat menuju rumah belakang. Di beberapa sudut, tempat para penjaga yang
bersiaga terlihat tengah mengobrol sambil tertawa, menikmati kopi dan juga camilan.
Mereka terlihat senang sekali gumam Aran. Tapi tidak terlalu memperhatikan
karena dia ingin segera sampai di kamarnya. Ada banyak hal yang ingin dia
lakukann malam ini sebelum tidur.
Ada apa ini, kenapa sepertinyaa
ruang tamu ramai sekali. Tanyanya heran pada dirinya sendiri.
Pendar cahaya lampu masih terang
benderang di rumah belakang, terdengan suara berisik. Ada yang tertawa, bahkan
ada juga yang sedang menyanyi bersama.
Apa yang mereka lakukan? Apa mereka
sedang pesta akhir pekan?
Di dorongnya pintu pelan, Aran
mematung sebentar saat beberapa mata tertuju padanya. Membuat dia salah tingkah
sendiri. Eh, apa salahku. Katanya dalam hati sambil menyentuh kerah bajunya
kikuk.
“ Aran! Dari mana saja, kami
mencarimu!” seorang senior melambaikan tangan meminta Aran mendekat. Pesta
kembali di lanjutkan setelah dia masuk dan menutup pintu. Mata Aran melihat
banyak sekali makanan dan juga aneka minuman bersoda serta jus tergeletak
begitu saja di atas karpet.
“ Ada apa kak? Kalian sedang
pesta?” Duduk lalu meraih pizza dengan toping daging dan keju yang berlimpah.
Lapar! Aran yang hanya makan sok cantik di depan sekertaris Han seperti
mendapat berkah Tuhan. Dia mengambil potongan pizzanya yang kedua dan sebotol
jus buah rasa mangga. “ Kenapa banyak sekali makanan?” Bicara dengan mulut
penuh.
“ Ini hadiah dari tuan muda.”
Menepuk-nepuk punggung Aran agar gadis itu makan pelan-pelan. Dia hampir
tersendak karena makan dengan kecepatan penuh. “Pelan-pelan makannya!” Aran
hanya menyeringai, tapi tidak memperlambat makannya.
“ Kenapa?” Tidak seperti biasanya,
walaupun kebutuhan makanan dan minuman di rumah belakang sudah masuk kategori
mewah untuk ukuran para pelayan, tapi ini benar-benar di luar kebiasaan.
“ Hadiah dari tuan muda karena
sudah bekerja keras mensukseskan pesta ulang tahun nona Daniah.”
Apa!
Aran menjatuhkan botol jusnya,
untung saja tutupnya sudah rapat melekat.
Aku lupa membeli hadiah untuk nona!
Nona, maafkan aku. Betapa hinanya aku, hiks. Senyum sekertaris Han sudah
mengalihkan duniaku! Maafkan aku nona!
“ Kenapa?” senior itu bertanya
“ Tidak kak, aku hanya melupakan
sesuatu.” Sambil ingin sekali menitikan airmata. Bagaimana dia bisa melupakan
hal penting setelah semua yang nona Daniah lakukan untuknya. Dia benar-benar
merasa seperti penghianat bangsa.
Aku akan membelinya besok nona, aku
bersumpah!
“ Kamu dari mana? Setelah pesta
nona selesai tadi kamu menghilang?” Senior tadi menyerahkan botol jus Aran yang
tadi terguling.
“ Maaf kak, aku sudah izin pada pak
Mun tadi karena ada sesuatu yang harus di kerjakan.” Tidak berniat untuk
menceritakan, suara tawa juga sepertinya lebih menarik perhatian senior. Ada
seorang pelayan wanita dan laki-laki bersuara merdu yang sedang berduet
menyayikan sebuah lagu. Semua mata fokus padanya.
“ Ya sudahlah, kamu belum makan
malam kan? Hari ini makanlah sepuasnya.” Berbisik sambil bertepuk tangan.
“ Haha, ia kak. Aku akan makan
sampai kekenyangan malam ini.”
Balas dendam Aran untuk makan malam
cantiknya. Dia kembali teringat hadiah ulang tahun untuk nona. Berteriak dalam
hati, bagaimana dia bisa melupakan hal sepenting itu.
“ Arandita.” Suara sekertaris Han
terdengar lirih namun menyayat. Dia tidak senang. Sedang menahan rasa tidak
sukanya ketika Aran mulai membicarakan privasinya. Apalagi menyangkut sesuatu
yang bahkan tuan mudanya tidak pernah ketahui. Ya, dia memang selalu
menghabiskan akhir pekannya terkadang dengan berolahraga. Setelahnya dia akan
berkeliling sambil berjalan kaki dengan jaket hoodienya, menghabiskan uang cash
yang ada di saku celananya kepada para pedagang kecil yang dia temui. Dia
selalu menyenbunyikan wajahnya, bahkan terkadang dia memakai masker wajah demi
menjaga diri dari bertemu orang yang mengenali. “ Ternyata kesalahan, aku
melepaskanmu beberapa tahun yang lalu ya. Seharusnya aku menghabisimu sampai kau
bahkan tidak bisa menegakan kepalamu.”
Han menyembunyikan itu dari semua
orang, bahkan dari tuan mudanya. Bagaimana bisa gadis di depannya ini. Cih, dia
kecolongan untuk kedua kalinya. Sebelumnya Han hanya menduga Aran membuntutinya
ketika dia muncul ke publik dengan menampakan identitas dirinya.
“ Maaf tuan.”
Aaaaaa. Aku membangunkan harimau
yang tertidur.
“ Apalagi yang kau tahu? Apa kau
tahu kode rumahku juga?” Pertanyaan mengagetkan. “ kenapa kau tidak masuk dan
menggodaku sekalian?” Cibiran halus yang terlihat jelas di bibir Han.
“ Tidak tuan!” menjawab cepat,
tidak mau ada kesalahpahaman yang bisa berbuntut panjang. “ Saya bahkan tidak
bisa masuk ke loby apartemen tuan.” Benar, kalau sampai Aran bicara dia bisa
masuk ke apartemen Han, para pekerja di apartemen malam ini pasti sudah
kehilangan pekerjaan mereka. “ Maafkan kesalahan saya di masa lalu tuan.”
Diam, baik Aran ataupun Han. Aran
meraih gelasnya, dia bahkan sudah tidak punya keinginan untuk melanjutkan makan
lagi. Walaupun jelas-jelas dia merasa lapar. Mendongak sekilas lalu kembali
mengalihkan pandangan, setelah beberapa saat masih membisu laki-laki di depannya.
“ Tuan Han.” Mau melanjutkan
permohonannya, karena sepertinya dia sudah terlanjur menjatuhkan diri ke
jurang. Kalaupun dia harus tamat di sini, paling tidak dia bisa meluapkan semua
pikirannya. Kata-kata yang sudah dia susun di kepalanya.
“ Han! Kamu di sini?” sebuah suara
keras terdengar, Membuat Aran langsung berhenti menutup mulutnya. Han menoleh
melihat siapa penggangu yang datang.
Cih, kenapa aku bertemu dengannya
di suasana seperti ini. Makinya melihat siapa yang baru saja memanggilnya.
Dokter Harun dengan wajah full senyumam yang tersebar di penjuru ruangan. Dia
menyuruh pelayan yang mengikutinya pergi.
“ Pergilah, katakan pada Brian aku
bicara dengan Han sebentar. Aku akan menemuinya nanti”
“ Baik tuan.” Pelayan wanita itu
menggangukan kepala. Lalu pergi, dia terlihat menuju tangga naik ke lantai
atas. Khusus staff.
“ Brian bilang kau reservasi makan
malam di sini. Mana Saga dan kakak ipar?”
Hah! Dasar pembuat masalah, sudah
tahu tuan muda benci sekali kalau anda memanggil nona kakak ipar tapi masih
saja ya.
“ Apa yang dokter jomblo lakukan di
akhir pekan begini? Percuma saja kalau tuan mendapat cap playboy tapi setiap
malam selalu berkeliaran sendiri.” Jawaban jengah Han. Di ikuti dengan suapan
ke mulut, tak acuh. Bahkan Han tak sudi melihat ke arah Harun.
“ Kurang ajar! Di mana kakak
iparku?” Sengaja memanaskan suasana, pikirnya kalau Saga mendengarnya begitu
bisa saja botol minuman sudah melayang di kepalanya. Menjadi sinyal keberadaan
kakak ipar pikirnya.
“ Nona dan tuan muda pasti sedang
bersama menghabiskan malam di tempat tidur mereka.” Masih jawaban acuh yang
memanasi hati nurani.
“ Cih, lantas apa yang kau lakukan
di sini?” Kesal mendengar jawabab Han yang mengusik kejombloannya. Kenapa harus
menjawab menghabiskan malam di tempat tidur, membuatnya mengigit bibir geram.
Seharusnya jawab saja di rumah
kenapa? Membuat orang kesal saja.
“ Kencan!” Jawaban Han membuat
kilatan di mata dokter Harun. Hp ditangannya bahkan sampai jatuh membentur
lantai. Lalu matanya baru tertuju dengan seseorang yang duduk di hadapan Han.
Eh kenapa ada perempuan? Dia
benar-benar kencan? Si gila menakutkan ini!
Seperti tidak terima, Harun bahkan
tidak melihat ketika dia melangkahi hpnya yang ada di lantai. Dia mendekati
gadis yang sedang duduk itu. Meraih tangannya. Aran yang kebinggungan karena
sekali lagi melihat sisi Han yang banyak bicara, berusaha melepaskan tangan
yang di gengam laki-laki yang tidak dikenalinya.
“ Apa yang anda lakukan dokter?”
Han terlihat geram sambil melihat tangan Aran yang ada di gengaman Harun.
“ Diam! Aku sedang memeriksa denyut
nadinya.” Harun meletakan jemarinya di nadi Aran sambil memejamkan mata. “ Dia
hidup! Nona anda benar-benar makhluk hidup.” Menatap Han tidak terima. “ Apa
yang kau lakukan padanya sampai dia duduk di depanmu begini? Kalian benar-benar
berkencan?” Protes keras.
“ Lepaskan tangan anda dokter!”
Kata-kata Han bukan hanya membuat Harun merinding, Aran bahkan langsung menarik
tangannya cepat. Mendorong kursinya sedikit menjauh.
Siapa si dia?
“ Baiklah, baiklah aku hanya
memeriksa kondisinya saja. Ternyata dia benar-benar manusia hidup, denyut nadinya masih berdetak. ” Aran mengeryit mendengar penjelasan Harun. ” Jangan menatapku begitu, kau bisa mengiris nadiku
dengan pandanganmu itu. Hahaha.” Han tidak bergeming. Membuat Harun mengalihkan
fokus pada wanita di sebelahnya. Dia sudah menarik kursi duduk. Walaupun
terlihat Han sama sekali tidak menyukainya.“ Nona, apa kamu tahu siapa dia?”
menunjuk Han, benar-benar seperti tidak terima bagaimana mungkin Han bisa
kencan dengan karakternya seperti itu.
Aku yang baik hati, murah senyum
dan kepala rumah sakit saja masih jomblo. Orangtua Harun saja yang mencintainya
sampai lelah menjodohkannya dan mulai
angkat tangan. Pasrah.
Aran melihat Han lalu menggangukan
kepala.
“ Kau tahu siapa dia?” berteriak,
sambil menunjuk wajah Han dengan pisau yang tadi di pakai Aran.
“ ia.” Aran menjawab sambil
pelan-pelan meraih pisau.
Dia ini kenapa si, pakai
menunjuk-nunjuk dengan pisau segala?
“ Siapa dia memang?” Harun
melepaskan pisau ditangannya.
“ Tuan Han.” Jawab Aran, yang
melirik tangan Han.
Kenapa sekarang dia yang menggengam
pisau geram begitu. Mereka bukan musuh bebuyutankan?
“ Cih, bukan itu. Bukan namanya?
Tapi kau tahu siapa dia? Si gila menakutkan yang sedang duduk di depanmu itu.”
Han tidak bereaksi mendengar kata-kata Harun. Dia hanya menatap Aran dengan
tatapan tajam seperti biasa.
“ Dia, sekertaris Han. Sekertaris
tuan Saga, presdir Antarna Group.” Jawab Aran sambil tersenyum.
Apa dia tahu? Siapa perempuan ini sebenarnya?
Senyum tipis kemenangan di wajah Han semakin
membuat Harun tidak terima.
Bersambung