The Demon CEO Finds Lost Love - Chapter 450
Silvia mencubit lengan Ling ling, ia memandang malas pada dua pria yang pernah menjadikannya bahan taruhan, tidak terkecuali suaminya, Ludius Lu. “Ling ling, kau yang mengundang mereka. kau senangkan jika mereka bertemukan.. Lalu mengapa kau mengkhawatirkan permusuhan mereka?!. Jika mereka ingin bermusuhan, silahkan saja.. itu bukan urusanku. Lagi pula aku juga menganggap mereka sama, yaitu hanya sebatas teman. Berhentilah bergosip Ling ling..” balas Silvia tandas masih setengah berbisik, berharap para pria yang sedang memandangi mereka tidak mendengar apa yang sedang di bicarakan mereka,
“Ah iya, aku yang mengundang mereka. Lupakan! Lebih baik kita mulai saja acara makan – makannya..” Ling ling menarik Silvia dan Nadia untuk duduk bersama di sofa yang berhadapan langsung dengan para pria yang sedang duduk santai.
Enam pria yang sedang menikmati wine dengan santai vs 3 wanita yang canggung karena merasa di pantau dan di awasi diam – diam oleh mereka para pria. Terutama Putri Nadia yang barusan menjadi bahan ledekan Zhenyi dan Zack Li sebelum Hans dan Li thian datang.
Keadaan menjadi sunyi, tidak ada yang berani memulai pembicaraan, hanya ada saling pandang antara Ling ling dan Bryan, kecanggungan Putri Nadia dan Wangchu, serta tatapan penuh harap yang masih terlihat jelas di kedua mata Hanson dan Li thian.
Zhenyi dan Zack Li yang memahami situasi menyebalkan ini langsung membuat kegaduhan. “Yi, apa kau tidak merasa suasana saat ini begitu hening?! Bahkan suara lebah pun terdengar nyaring di telinga..” ujar Zack Li dengan malas. Ia mengambil gelas berisi wine dan beranjak dari duduknya. Dengan langkah gontai dia menarik Zhenyi menghindari keheningan yang ada di ruang tamu.
“Brengsek! Kau mau membawaku kemana Zack..” tolak Zhenyi dan melepas paksa cekalan Zack Li yang sudah setengah sadar,
“Aku mau membawamu ke depan menghindari keadaan yang memuakkan ini. Kau mau menjadi obat nyamuk di sini dan melihat mereka saling pandang. Cih!!”.
Wangchu beranjak dari duduknya dan menghela napas.. “Sudah sore, kita langsung saja ke acara barbeque annya. Jika ada yang belum datang, biarkan mereka menyusul nanti. Silvia… bagaimana menurutmu?” Tanya Wangchu melemparkan tanggung jawab dari kata – katanya.
“Yah.. kita lakukan sekarang saja. Sepertinya Zack dan Zhenyi juga sudah muak karena di jadikan obat nyamuk sedari tadi.” Sahut Silvia.
“Pfft.. Ha ha ha.. Nasibmu yang jomblo Zack dan Zhenyi. Aku turut ikut bersimpati dengan segelas wine ini…” ejek Wangchu.
“Berisik kau Wangchu!” seru Zack Li sarkas seraya menoleh di saat dirinya sudah ada di penghujung pintu, Dia memang pria yang memiliki perangaian buruk, tapi juga seorang assassin terbaik di Organisasi Naga Imperial.
Dari dalam Bibi Yun dan Ibu Yuliana keluar dan melihat kejadian yang membuat dua orang tua itu geleng – geleng kepala. Mereka datang mencoba menengahi kondisi para anak muda yang sudah di buat mabuk oleh wine yang ada di tangan mereka. Bulan ini masuk musim dingin, memang paling enak untuk kumpul – kumpul bareng dengan teman dan saudara.
Meski Silvia tidak menikmati wine, ia masih lah menyajikannya untuk semua teman yang datang ke mansionnya. Wine kali ini di datangkan langsung dari Bar Night Dragon milik Ludius. Meski semua pria yang ada di depannya sedang meracau tidak jelas, tapi kerukunan mereka patut di acungi jempol.
“Wah.. rame sekali sore ini.. Bibi dengar kalian mau barbeque an bareng?! Kagak jadi nih, kok malah pada ngerumpi sambil minum – minum?!”. Tanya Ibu Yuliana setengah menyindir, ia menghampiri Silvia yang sedang duduk dengan kedua temannya.
“Sore tante.. ah ya.. maafkan kami yang sudah membuat ribut dan gaduh di rumah Tante tanpa permisi. Perkenalkan tante, saya Bryan.. Senior dari Silvia dan kebetulan menikah dengan Ling ling yang menjadi teman satu kampus dulu”. sapa senior Bryan dengan ramah.
“Nak Bryan tidak perlu seformal itu dengan Tante, Ling ling juga sudah tante anggap putri sendiri. Apalagi dia juga selalu menemani Silvia selama bertahun – tahun di China”.
“Baik Tante, maafkan kelakuan istri saya, kadang dia memang senang membuat onar..”
Perkataan Bryan terdengar jelas oleh Ling ling, dengan hitungan detik Bryan mendapat tatapan tajam dan kesal Ling ling “Hnng.. terus saja ngomong kayak gitu, jelek – jelekin istri di depan orang lain!”. Gerutu Ling ling sangat lirih, bahkan tidak terdengar oleh Silvia yang ada di sampingnya, seperti desisan napas sesaat.
“Hustt.. jangan gitu Nak Bryan. Ling ling itu baik kok sama Tante, Nak Bryan ngomong kayak gitu bisa – bisa istrinya marah loh..” ledek Ibu Yuliana.
Beliau menepuk tangan Bibi Yun seraya mengangguk. “Bi.. sajikan makanannya, lalu siapkan segala keperluan untuk barbequean di taman depan yah..” perintah Ibu Yuliana setengah berbisik pada Bibi Yun.
“Baik Nyonya besar.” Bibi Yun meletakkan segala macam makanan dan minuman yang di bawa pelayan yang ada di belakangnya ke meja tamu.
Zhenyi dan Zack Li yang sedang berdiri menatap hampa taman mansion dengan posisi berdiri menyender di ambang pintu utama menoleh ke belakang. Mereka berdua tersentak kaget begitu melihat Ibu Yuliana datang sambil membawa camilan dan minuman penghilang mabuk.
Dengan cengiran raut wajah tak bersalah, Zhenyi dan Zack Li menyapa Ibu Yuliana secara bersamaan. “He.. sore Tante.. perkenalkan saya Zhenyi, salah satu teman sekaligus bawahan Tuan Lu. Dan pria setengah teler di samping saya ini adalah Zack Li, juga salah satu teman dan bawahan Tuan Lu. Kami di sini di tugaskan untuk menjaga Nyonya Silvia selagi Tuan Lu pergi.” Sapa Zhenyi ia mendekat melangkah menghampiri meja tamu.
“Saya Zackk Li tante. Salam kenal..” sahut Zack Li mengikuti Zhenyi kembali ke meja tamu.
“Kalian tidak perlu sungkan disini. Anggap saja rumah sendiri, Tante akan senang sekali kalian mau menemani Silvia disini, biar dia tidak kelayaban keluar tanpa izin dari tante..”
“Ibu.. Ibu sedang menyindirku atau memperingatkanku nih?”. Celetuk Silvia.
Ruang tamu menjadi ramai dengan celetukan dan humor dari teman – teman Silvia sambil menikmati makanan yang Ibu Yuliana hidangkan sembari peralatan untuk barbequean di siapkan Bibi Yun.
Kegundahan hati Silvia yang sempat memenuhi otak dan pikirannya seketika sirna karena kehadiran teman yang sangat mensupport dirinya, terlepas dari adat, kebiasaan dan kepercayaan yang berbeda, mereka adalah teman yang dapat di andalkan.
Di tengah ramaiinya suasana di ruang tamu, dari arah depan datang seorang yang tidak ingin Silvia lihat. Dengan senyum ramahnya dia bahkan masuk tanpa mengetuk pintu atau permisi.