The Demon CEO Finds Lost Love - Chapter 457
Sejengkal perasaan cemburu singgah di hati Silvia. Dalam benaknya tumbuh setidaknya satu pertanyaan yang mengusik hati dan pikiran terdalamnya.
‘Siapa kiranya wanita yang berani memanggil suamiku semesra itu?’. Batin Silvia. Pandangannya seketika terlihat kosong dan terbaca jelas oleh Ludius yang melihat istrinya dari balik video call mereka.
[Sayang, mengapa kamu diam saja. Apa yang sedang kamu pikirkan istriku?] tanya Ludius sedikit meninggikan suarnya untuk membuat Silvia tersadar dari lamunannya.
[Ah iya suamiku, jam segini di Hardland masih pagi buta loh. Mengapa kamu repot – repot ngajak video call? Aku tidak pernah memaksa keadaanmu, Ludius].
[Bukankah sebelumnya aku sudah bilang, bahwa saat istriku sedang mengadakan party aku akan menelfon dan memastikan kamu baik – baik saja]
Silvia yang merasa lelah sejak tadi mondar mandir tanpa istirahat melipir terlebih dahulu ke sebuah kursi panjang yang menhadap ke taman. “Ling ling, kamu terusin dulu yah manggang dagingnya, kakiku sudah mulai pegal nih, kayaknya memang harus duduk bentar deh”
“Hmmm. Serahkan padaku. Kau istirahat saja Silvia, dan layani dulu suamimu. Sampaikan salamku padanya, katakan untuk hati – hati terutama masalah hati. Kalau dia sampai melukai hatimu orang pertama yang akan menghajarnya adalah aku!” Ling ling berbicara dengan nada keras.
Sepertinya Ling ling sengaja melakukan itu agar suaranya terdengar oleh Ludius. Perkataan Ling ling meski cepas ceplos tidak jelas. Tapi jelas sekali itu adalah sindiran keras yang merujuk ke sebuah peringatan.
“Baiklah, aku akan sampaikan semua yang kau katakan”.
Silvia melipir ke tempat duduk santai untuk meregangkan otot kakinya yang sudah mulai pegal karena berdiri terlalu lama. Begitu melihat ke ponsel yang masih terhubung dengan Ludius, fokusnya kembali ke suara wanita yang belum sempat Silvia tanyakan.
[Sayang, sepertinya kamu sedang sibuk sampai mengabaikan video call dariku. Tidak bisakah kamu luangkan waktu sejenak untuk suamimu?]
[Suamiku, ini aku sedang mencari tempat duduk yang nyaman biar bisa ngobrol lebih leluasa denganmu. Tapi sebelum itu ada yang ingin aku tanyakan]
[Apa itu Sayang?] tanya Ludius heran dengan pertanyaan apa yang akan Silvia lontarkan padanya, terlebih lagi raut wajah Silvia mudah sekali di tebak jika sedang kesal sekaligus jengkel.
[Barusan suara siapa yang menyapamu suamiku? Mengapa terdengar akrab dan begitu mesra!] tanya Silvia dengan tegas. Kejengkelannya bahkan sangat terlihat jelas, begitu imut dan menggemaskan di padu dengan bibir merah yang bersungut, membuat Ludius yang jauh di sana tidak ingin melewatkan waktu untuk menggoda istrinya.
[Barusan?!]
[Uhm.. tentu saja. Memang mana lagi kalau bukan yang tadi!]
[Apa kamu sedang cemburu, istriku?]
[Tidak! Aku hanya ingin memperingatkan Tuan Lu kalau kamu itu sudah beristri!] ujar Silvia ketus
[Pfft.. Ha ha ha..] tawa Ludius seketika pecah, entah apa yang sedang di pikirkan Ludius asat ini. wajahnya yang tertawa renyah semakin membuat Silvia jengkel.
Pasalnya Silvia sedang terbawa emosi dan malah di tertawakan oleh suaminya dengan begitu keras. Betapa menyebalkan dan usilnya Ludius.
[Ketawa saja terus! Aku tutup nih teleponnya!] ancam Silvia.
[Sayang.. mengapa kamu mengalihkan pembicaraan? Tadi suamimu ini sedang bertanya. Apakah Nyonya Lu sedang cemburu?]
[TIDAK! Kurang kerjaan banget aku cemburu. Nyebelin!] Silvia membuang muka dan semakin membuat Ludius tidak tahan ingin terus menggoda istrinya.
[Sayang, apa sulitnya untukmu jujur dan mengatakan kalau sedang cemburu. Suami mu ini berjanji tidak akan mendekati wanita manapun jika Nyonya Lu mau mengatakannya pada Tuan Lu ini] bujuk Ludius dengan tatapan manjanya.
Ludius Lu yang memiliki tittle pria berdarah dingin ini berubah menjadi pria bucin penuh warna aura yang memancarkan kasih sayang dan cinta tulus hanya pada istrinya. Semua orang juga tahu kalau Ludius adalah pria tyrant yang selalu di takuti. Tapi melihat dia memberikan kasih sayang, siapa sangka bahwa itu orang yang sama dengan si pria berdarah dingin.
[Hnng.. buat apa aku memberitahu hal ini padamu, lagi pula kamu sebentar lagi akan di datangi wanita. Saat itu tiba, aku pastikan akan membencimu Tuan Lu!] kata Silvia seraya mengalihkan pandangannya dengan kasar dan semakin di buat jengkel.
[Ya Tuhan Sayang, harus aku katakan berapa kali lagi sampai kamu tahu bahwa aku tidak mungkin mengalihkan hatiku darimu. Kamu benar- benar tidak mempercayaiku, Sayang?] bujuk Ludius kembali.
[Lalu siapa orang yang memanggilmu, Ludius. Mengapa tampak akrab sekali?]
[Dia itu hanya seorang anak dari salah satu selir Raja. Kamu tenanglah istriku, aku tidak akan menanggapinya. Apa kamu percaya Sayang?]
Lama Silvia tidak menyahut perkataan Ludius. Tidak semudah itu membuat istri percaya dengan kata – kata seorang suami yang sedang jauh di Negeri orang.
[Baiklah, aku akan percayai semua kata – katamu. Istirahatlah, aku juga harus menemani mereka makan petang ini]
[Ohya, ada satu hal lagi yang harus aku sampaikan padamu Sayang. Berhati – hatilah dengan Daniel dan Dokter Martin]
[Kalau kamu memintaku untuk menjaga jarak dengan Daniel, aku paham alasannya. Tapi kalau dengan Dokter Martin, mengapa kamu seperti mencurigai ada hal lain darinya, suamiku?]
[Entahlah, aku tidak bisa mengatakannya sekarang. Hanya feeling ku mengatakan masih ada yang tidak beres dengan Dokter Martiin itu. Kamu mau mendengarkan permintaan suamimu, kan Sayang?]
[Iya suamiku, aku tutup teleponnya yah?]
[Love you babe. Jaga selalu kesehatanmu dan baby kita. Tunggu aku kembali]
Silvia langsung memutus panggilan mereka, ia tidak ingin berlarut – larut dalam obrolan mereka, karena pasti akan berujung perasaan rindu yang akan berkepanjangan.
‘Seberapa jauh cobaan ini akan berjalan, Tidak adakah cara untuk keluar dari masalah ini? kondisi tubuhku sudah semakin menurun dan tidak tahu sampai kapan bisa bertahan.’
Perlahan Silvia mengusap – usap dngan lembut perutnya berharap kedua janin di dalam kandungannya tenang dan tidak terkena dampak dari emosi dalam perasaannya.
“Nyonya Lu, rupanya anda di sini. Saya mencari anda sejak tadi”. Sapa Dokter Martin dengan sedikit menyunggingkan senyumnya.
“Ada hal apa Dokter Martin mencariku di jam segini? Apakah kau ingin menikmati acara bersama? Silahkan, masih banyak daging yang sudah matang dan belum di panggang”.
“Saya kemari bukan untuk mengikuti acara makan bersama, tapi untukmu Nyonya Lu”
“Untukku?!”. Silvia memicingkan sebelah matanya.
“Benar, saya datang kemari hanya untuk mengantarkan obat dan beberapa vitamin pada Nyonya untuk memperlambat kerusakan sel dalam tubuh.” Dokter Martin mendekatt dan duduk di samping Silvia.
“Oh..” Sahut singkat Silvia.
“Nyonya Lu, tidakkah anda mempertimbangkan tawaran Tuan Daniel yang ingin menyembuhkan luka yang anda derita? Sebenarnya Tuan Daniel sangat mengkhawatirkan anda, tapi…”
Author Note :
Hallo kakak, hmmm… embun nyapa kalian tidak ada yang balik balas sapaan embun kah, hiksss pengen nangis deh kalau nggak ada yang mau balas sapaan embun.
Ohya, Kalian pengen ending season 2 kek gimana nih? haruskah Embun buka – bukaan tentang identitas Silvia? tapi kalau secepat itu embun buka, maka konsekuensinya adalah musuh akan datang lebih cepat dari seharusnya.
atau sembuhin penyakit Silvia dulu. biar kondisi Silvia pulih dan bisa hamil sampai lahiran dengan tenang? tapi konsekuensinya maka jalan satu2nya Silvia kasihkan ke Daniel dan menjalani kehidupan bersama Daniel untuk beberapa waktu.
atau embun harus ngungkap musuh yang kemarin di masukin alat pelacak dan pengendali pikiran, pas waktu terjadi penyerangan Ludius?
maafkeun Embun kalau banyak sekali masalah dan konfliknya. tapi ini demi agar bisa memudahkan kakak memahami konflik yang sbenarnya. konflik yang bertebarann itu sebenarnya adalah jalan menuju ke jawaban konflik yg sebenarnya.
soalnya embun memang begini cara mengolah ceritanya, jadi demi terpecahkannya konflik besar, embun harus pecahin dulu konflik2 kecil yg bertebaran, nanti di satuin. di sambung- sambung jadi satu ketemulah jawabannya.
he he he.. bikin pusing ya kak… kalau iya, kedepannya bakal embun permudah deh penjabaran konfliknya