The Demon CEO Finds Lost Love - Chapter 478
“Pagi Pa…” seru Azell yang ada di samping Shashuang.
Tanpa menoleh Ludius menjawab dengan santai. “Entah mengapa setiap kali kau datang pasti saat kami sedang menikmati makan bersama. Tapi itu tidak masalah, kalian duduklah”. Perkataan Ludius begitu acuh serta kasar, dan ia mengatakan hal itu tanpa menoleh ke arah Shashuang.
‘Karena Ludius tidak menunjukkan keramahannya pada Shashuang, maka biarlah aku yang menyapa wanita itu. Lagi pula aku tidak ingin membuat tali silaturahmi putus karena masih ada Azell di sisi Nona Shu’. Batin Silvia
Silvia menghentikan sarapannya, ia meletakkan kembali sendok dan garpu lalu pergi dari meja makan dan menghampiri Azell. “Azell Sayang, selamat pagi..” sapa Silvia pada Azell ia setengah berjongkok dan mencubit manja pipi tembem Azell.
“Pagi Nyonya Lu. maafkan atas kelancanganku datang sepagi ini ke mansion Lu”. sapa Shashuang angkuh. Dasar memang sikapnya satu ini susah sekali di ubah.
Demi menjaga ketenangan agar tidak terjadi keributan apalagi di depan Ibu Yuliana, Silvia harus ekstra sabar menghadapi Shashuang. Takutnya jika Silvia sampai terpancing emosi. Nanti malah akan menjadi beban pikiran Ibu Yuliana dan masalah malah akan menjadi semakin membesar.
Silvia berdiri kembali dan tersenyum ramah pada Nona Shashuang. “Pagi Nona Shu, kebetulan sekali kau bisa datang pagi ini, karena Ludius baru saja kembali dari Kerajaan Hardland. Mari kita sarapan bersama, Bibi Yun juga membuat menu cukup banyak hari ini”. kata Silvia mempersilakan Shashuang untuk duduk di meja makan.
“Terima kasih atas tawarannya, tapi aku kemari hanya untuk mengantarkan Azell. Sudah 1 minggu lebih Azell tidak berkunjung dan dia merindukan Ayahnya”. Tolak Shashuang secara halus, sepertinya ia masih memiliki cukup muka untuk bersikap sopan di depan orang lain terutama Ibu Yuliana.
Azell yang ingin tinggal lebih lama menarik lengan pakaian Shashuang. “Mah… ayo kita sarapan bersama dulu dengan Papa, baru Mama pulang deh. Azell juga ingin main di rumah Papa dulu yah. Azell janji tetap berangkat sekolah dengan rajin, kan ada Bunda Silvia”. ujar Azell menyahut perkataan Shashuang.
‘Astaga ini anak! Tidak tahu apa, dengan dia mengatakan itu sama saja memberi muka pada Silvia. Dasar anak tidak berguna!’. Batin Shashuang kesal dengan sikap anaknya yang selalu memberi muka pada Silvia.
“Boleh ya Nona Shu”. Lirik Silvia pada Shashuang. “Biarkan Azell tinggal di sini untuk beberapa hari. Bunda juga kangen sama Azell. Nanti kita jalan – jalan bareng, bagaimana? Bunda bakal buatin makanan kesukaan Azell loh. Tapi sebelum itu, Azell ajak Mama Azell untuk sarapan dulu yah”. Bujuk Silvia,
“Hmm.. boleh kok. Mama izinkan Azell untuk tinggal di sini beberapa hari. Lagian Papamu juga pasti kangen sama Azell karena sudah lama Azell nggak main ke sini”.
Shashuang dan Azell menerima tawaran untuk sarapan bersama. Mereka duduk di tempat yang kosong. Karena tempat yang kosong adalah di samping Ibu Yuliana, terpaksa Shashuang mau tidak mau duduk di samping Ibu Yuliana.
Dengan penuh kesabaran Ibu Yuliana menghentikan makannya dan mencoba bertegur sapa dengan Shashuang dan anaknya. “Selamat pagi Nona Shashuang. Senang bisa melihatmu kali ini. Pasti Putranya Ludius. Ayo sini Nak, perkenalkan diri pada Nenek”. Ujar Ibu Yuliana.
Azell yang di sapa Ibu Yuliana langsung menghampiri beliau dan memberikan salam dengan lagat polosnya khas anak – anak. “Selamat pagi, Nek. Perkenalkan aku Azell, Putra Papa Lu. Kelak Azell akan menjadi Putra yang membanggakan dan menjadi orang besar seperti Papa”. Sapa Azell sekaligus memperkenalkan diri.
Ibu Yuliana menyambut baik Azell, ia mencurahkan kasih sayang melalui sentuhannya dan mengusap pelan kepala Azell dengan senyum ramah. “Anak pintar. Kamu pasti bisa menjadi anak yang membanggakan cucuku. Nenek pasti akan sangat senang jika Azell mau menemani Nenek disini. Ayo lanjut sarapannya. Nanti kita ngobrol lagi”.
Azell dengan tunduk menerima nasehat Ibu Yuliana dan meneruskan makan. Dalam sekejap suasana ruang makan begitu tenang. Tidak ada suara apapun slain bunyi dari gesekan sendok dan piring. Cuma yang cukup mengherankan adalah Shashuang tidak banyak tingkah saat makan bersama Ibu Yuliana. Setidaknya hal ini Shashuang melakukan hal benar, kalau tidak Silvia sudah tidak bisa memikirkan bagaimana menanganinya di depan Ibunya.
15 menit berlalu dan Azell baru saja selesai dengan sarapannya. Ia terlihat bahagia dan kekenyangan. Wajah polos Azell memang menggemaskan, ia beranjakk dari duduknya dan berlari kecil mengelilingi meja makan menghampiri Silvia yang berada di sisi berlawanan.
“Bunda.. Azell sangat merindukan bunda”. Celetuk Azell. Ia mendekap kaki Silvia yang masih duduk di depan meja makan.
“Bunda juga, Sayang. Sudah kenyang sarapannya? Mengapa tidak nambah. Biar gemukan”. Silvia sudah selesai dengan makanannya, ia mengangkat tubuh Azell dan mendudukkannya di atas pangkuannya.
“Tidak ah Bunda. Azell tidak mau gemukan. Nanti tidak sispek seperti Papa. Lihat tubuh Papa yang sispek Azell juga akan seperti itu nanti”. Ujar Azell polos. Ia mengatakan apapun yang ada di dalam hatinya.
Silvia melirik ke arah Ludius dengan tatapan penuh pertanyaan. “Apa saja yang sudah kau ajarkan Ludius? bagaimana bisa anak kecil tahu kata – kata seperti itu?”. Tanya Silvia selidik.
“Loh, kok malah tanya aku. Bukankah kalian yang selalu bersama Azell. Seharusnya aku yang tanya hal ini pada kalian. Tapi Azell benar. Kau harus memiliki bentuk tubuh bagus di masa mendatang, agar banyak wanita yang jatuh hati padamu, seperti Papa dulu”. ujar Ludius. ia melirik nakal pada Silvia,
“Ternyata Papa senang mempermainkan wanita yah? Kata buku yang aku baca, orang yang selalu mempermainkan wanita itu di namakan PLAYBOY. Berarti Papa dulu playboy dong!”.
JLEB!!
Perkataan Azell begitu menusuk hati terdalam Ludius meski benar adanya dan di sahut tawa Silvia serta Ibu Yuliana. “Pfft.. Ha ha ha.. akhirnya ada orang lain yang mencap mu sebagai pria Playboy Tuan Lu” celetuk Silvia.
“Tega sekali kamu mengatai suamimu seperti itu, istriku. Aku hanya mencintaimu seorang loh, Sayang”. sahut Ludius tidak terima di tertawakan istrinya.
Namun sepertinya ucapan Ludius ada yang sedikit menyinggung Shashuang. Ia melirik tajam dan kesal pada Silvia. “Ehm… Azell, kamu yakin tidak ingin pulang dengan Mama?!” sela Shashuang dengan kasar. ia merasa tersinggung dengan perkataan LUdius yang mengatakan hanya mencintai Silvia seorang.
Di tengah canda dan tawa yang sedang berlangsung di ruang makan, tiba – tiba saja Silvia merasakan pandangannya kabur, kepalanya terasa berat dan pening.
‘Ada apa denganku. Bukankah tadi baik – baik saja, tapi mengapa kali ini pandanganku kabur dan rasanya pening sekali? Tidak… jangan sekarang. Aku mohon..’ batin Silva.
Author Note :
Hallo kakak readers semua di manapun kalian berada? bagaimana dengan bab kali ini? adakah yang bisa embun bantu. kalau ada yang perlu di pertanyakan silahkan tulis di kolom komentar atau di review yah.. embun bakal lihat satu persatu kok kalau ada waktu senggang.
ngomong – ngomong soal novel nya embun, menurut kalian bagian mana yah yang nggak menarik atau perlu di revisi? biar embun telaah lagi dan perbaiki kedepannya. embun usahakan dengan sepenuh hati kok. soalnya embun juga masih sibuk di kekhidupan nyata.
ada salamsalam nih dari pemain Novelnya embun, salam dari abang Lu, Silvia Zhuan, Longshang, Wangchu, Kakak Lian, Linzy abigail, Putri Nadia, Putri Emilia, Pangeran Richard.
kalau gitu, di tunggu kritik saran, Komentar, PS serta reviewnya dong. biar embun makin semangat ngetiknya. kalau bisa buka babnya pakai koin yah,,, biar embun dpt penghasilan walau dikit ttp di syukuri kok.
embun juga nggak maksa, bagi yg mau ajh. kalian udah mau baca ajh embun udah terima kasih bgt..
embun selalu mencoba yang terbaik untuk kakak, agar tidak memberatkan kalian. salam sayang dan cinta dari Embun untuk kakak. dan selamat membaca